Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.
Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.
Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya. 
Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi Yang Penuh Drama
Di pagi pertama saat Sera, kembali ke kediaman Darren. Jam dinding masih menunjukkan pukul 04.00 wib, Lio sudah terbangun untuk kesekian kalinya, karena bayi itu akan meminta jatah makannya selama dua jam sekali dan Sera, harus siap bangun kapanpun.
"Hoam ...." Sera, menguap sambil menutup mulutnya.
"Sepertinya aku harus minum kopi, biar gak ngantuk lagi," kata Sera, yang langsung menidurkan Lio.
Tiba-tiba "Prokk" Lampu di kamar mati dan berubah menjadi gelap bersamaan dengan Sera, yang menepuk kedua tangan hendak menangkap nyamuk.
Sera, celingukan ia buru-buru mengambil handphone untuk menyalakan light pada ponselnya.
"Kenapa tiba-tiba mati lampu, ya? Bagaimana dengan Lio, aku takut dia engap dan bangun. Kalau seperti ini aku tidak bisa turun ke bawah untuk membuat kopi."
"Lio, kamu tunggu sebentar di sini, ya. Jangan bangun tidur yang nyenyak Bi Sera mau ke bawah dulu," ucapnya setengah berbisik.
Sera, bangkit turun dari ranjang, hendak berjalan keluar kamar. Akan tetapi, netranya tidak sengaja melihat pantulan cahaya dari luar. Langkahnya terhenti lantas berbalik lalu berjalan ke arah jendela balkon. Sera, membuka tirai sedikit, matanya membola ketika melihat lampu rumah-rumah di depannya menyala.
"Lo, kok yang lain nyala. Masa mati lampu cuman ini doang, ya, nggak mungkinlah ... Nyonya lupa bayar listrik," gumamnya lantas berjalan keluar.
Setibanya di luar Sera, mencoba menyalakan ruangan di atas yang ternyata lampunya bisa menyala, tapi anehnya kenapa lampu kamarnya mati tidak bisa menyala sama sekali ketika di tekan tombol saklarnya.
"Apa lampunya rusak, ya?" Dugaannya.
Sera, berjalan ke bawah hendak menemui Inah, atau petugas yang lain akan tetapi ia tidak tega meninggalkan Lio di tengah gelap seperti ini. Akhirnya Sera, memutuskan untuk mengganggu penghuni kamar sebelah, yaitu Darren.
Sera, mengetuk pintu kamar Darren, hampir tiga kali tetapi tidak ada jawaban dari dalam.
"CK, dasar kebluk! Nggak dengar apa aku ketuk-ketuk pintu dari tadi."
Sera, kembali mengetuk pintu dan kali ini lebih keras, membuat Darren yang ada di dalam kesal, pria itu sudah menutup telinganya dengan bantal, tapi tidak mengecilkan suara Sera, akhirnya Darren, menyerah yang bangun dari tidur.
"Sumpah, dia selalu menggangguku. Apa harus pagi-pagi buta begini!" Darren kesal, karena ia baru saja tertidur tiga jam yang lalu, berkat pekerjaan yang tidak bisa ditunda.
Darren, turun dari ranjangnya, berjalan ke arah pintu lalu membukanya. Di luar Sera, berdiri dengan santai hingga saat pintu terbuka, ia segera menegaskan perawakannya.
"Apa? Kamu tidak bisa nggak ganggu sehari saja!"
"Ini sudah pagi sudah waktunya bangun."
"Kamu siapa berani membangunkan aku! Aku pikir ada apa, dasar komet!"
"Eh, tunggu!" Tahan Sera, ketika Darren hendak menutup pintu kamarnya lagi.
"Apa lagi?"
"Lampu kamar mati, tolongin dong, nyalakan aku takutnya nanti Lio sesak. Kamu nggak mau, kan Lio kenapa-napa?"
Darren memutar bola matanya malas, lalu berjalan ke arah kamar Lio. Darren, diam sejenak lalu memindai sekeliling, ia melihat lampu di rumah seberang menyala, itu artinya tidak ada pemadaman listrik.
Darren pun menyalakan saklar, tetapi masih tidak menyala. Akhirnya, ia teringat satu hal.
"Kamu menyalakan sensor gerak?" tanyanya demikian tapi tidak dimengerti Sera.
"Sendiri gerak apa itu? Aku hanya menepuk nyamuk tiba-tiba lampunya mati."
Darren mendesah.
"Prokk!"
"Prokk!"
Mata Sera melebar, ketika melihat lampu kamar yang menyala lalu mati lagi tanpa menekan tombol saklar. Darren, hanya bertepuk tangan ruangan seketika terang.
"Wah! Kok bisa?" tanya Sera dengan heboh.
"Ini namanya gesture control."
"Apa itu?"
"Sebuah perangkat yang bisa mendeteksi gerakan tangan atau suara," jelas Darren, Sera, hanya geleng-geleng. Lalu mencoba bertepuk tangan mengendalikan gesture control.
"Ini keren ... rumah kamu terbuat dari apa, sih? Ada yang kayak gini, nya. Kaya handphone aja sekali sentuhan langsung nyala kalau ini sekali tepukan."
"CK, dasar kuno!" umpat Darren, lalu hendak kembali ke kamar tapi langkahnya di tahan lagi oleh Sera.
"Tunggu dulu!"
"Apa lagi?"
"Tolong tungguin Lio sebentar, aku mau ke bawah mau bikin kopi."
"Kopi? Nggak! Aku nggak izinkan kamu minum kopi, caffein tidak sehat untuk ibu menyusui nanti rasa ASI nya gak enak lagi."
"Kata siapa? Sotoy, ya!" Sera nyolot. "Kamu tahu gak kopi itu bagus untuk ASi, apalagi kopi hitam bisa menguatkan rasa pada ASI. Pokoknya kamu tungguin sebentar aku mau bikin kopi."
"Enak aja nyuruh-nyuruh!" tahan Darren ketika Sera hendak melewatinya. "Yang bos, itu siapa, hah?"
"Apa sulit, ya, ngejagain anak sendiri? Mau tunggu di sini atau bikini kopi?"
Darren terdiam ketika diberikan dua pilihan. Jika dia yang menunggu Lio, bagaimana jika Lio bangun nanti dan ingin menyusu, tetapi jika ia membuatkan kopi untuk Sera, di mana harga dirinya sebagai majikan.
Darren, mendesah. "Ya, sudah sana pergi! Gak pake lama, ya. Buatkan aku juga kopi, kopi hitam gulanya sedikit saja."
Sera tersenyum. "Baik Tuan Bos."
Akhirnya Darren menunggu Lio, ia langsung berbaring di samping Lio, karena rasa kantuknya masih ada Darren ikut tertidur di sana. Sementara Sera, dia pergi ke dapur, ternyata di dapur sudah ada Bi Inah, yang sudah siap-siap menyiapkan menu untuk sarapan.
Tugas Inah bukan hanya menyiapkan sarapan untuk kedua majikannya tetapi juga untuk semua pegawai di sana, seperti penjaga, security dan yang lain.
Namun, sebelum memasak Inah membersihkan area dapur lebih dulu.
"Eh, Mbok Inah, sudah bangun?"
"Kapan sih, aku bangun siang. Kamu enak, bisa bangun siang terus tinggal makan, lah aku ... pagi-pagi begini sudah mengepel gimana gak bronitis coba."
"Pakai baju anget, Mbok biar gak kedinginan."
"Hmm ... kamu ngapain pagi-pagi ke dapur?"
"Oh, aku ... mau bikin kopi, soalnya Lio bangun terus malam ini jadi aku kurang tidur deh. Makanya aku mau bikin kopi Mbok."
"Wadah kopi belah sana," ujar Inah memberitahukan Sera.
"Makasih, Mbok. Kalau gula sebelah mana?" tanya Sera, cari-cari wadah gula.
"Mau bikin kopi instan tapi paket gula."
"Buat Tuan Darren Mbok, katanya pengen kopi hitam gulanya sedikit."
Inah tertegun, ia menatap intens ke arah Sera, sambil berpikir 'Ada apa Tuannya ngopi bersama dengan ibu susu bayinya, malam-malam, apa mereka tidur barengan?'
"Mbok!"
"Eh, iya." Inah terkejut.
"Kopinya udah jadi, aku ke atas dulu, ya." Sera, melewati Inah sambil membawa nampan berisi dua cangkir kopi.
Jiwa kepo Inah meronta, ia langsung menyimpan alat pelnya untuk mengikuti Sera. Setibanya di atas, Inah melihat Sera memasuki kamar, masih dengan penuh curiga, Inah berjalan berjinjit menuju kamar Lio, yang kebetulan pintunya tidak ditutup.
Sera, sengaja tidak menutup pintunya karena ada Darren di dalam, Sera hanya tidak ingin penghuni rumah yang lain salah paham.
"Itu Tuan, Darren tidur di sini? Apa jangan-jangan mereka tidur bersama? Wallah ... dallah ... repot ini, ada skandal di rumah ini, aku harus lapor Nyonya kalau begini."
Inah, pergi meninggalkan kamar Sera, jadi detektif dadakannya sudah cukup pagi ini. Ia terkejut mendapati Tuannya yang tidur di samping Lio. Sementara, Sera ia menatap Darren, diam.
Sedetik bayangan di kamar mandi pun terlintas. Entah, kenapa wajah Darren, terbayang-bayang olehnya, Darren terlihat tampan malam ini apalagi ketika tubuhnya dalam keadaan basah waktu itu.
"Ih ..., ngapain sih, aku ngebayangin gituan. Otakku udah eror ini, Tuan Darren lagi, ngapain sih, tidur di sini katanya mau ngopi."
Sera, mencoba membangunkan Darren, yang hendak menepuk pundaknya, tapi ... tubuhnya malah oleng, yang terhuyung dan terjatuh tepat di atas tubuh Darren.
Tangannya gemetar mencoba menahan tubuhnya agar tidak terjatuh, dan bibirnya tidak menyentuh bibir lelaki itu. Hatinya semakin dah dig dug, ketika Darren, membuka matanya.
...----------------...
Kok sepi, sih?
Dukungannya dong biar novel ini masuk ranking. O iya, tiap hari aku double up kok, hanya saja jam nya yang tidak tentu. Ini aja baru bisa update, semoga kalian selalu menunggu, ya 🤗
jangan lupa Like, Vote, Hadiah, Bintang 5 dan Komentarnya ... biar aku semangat setelah baca komen kalian