NovelToon NovelToon
Putra Rahasia Sang Aktor

Putra Rahasia Sang Aktor

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Pernikahan Kilat / Single Mom / CEO / Anak Genius / Romansa
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Quenni Lisa

Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.

Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.

Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.

Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 17 - Awal Pertemuan

Setelah pertemuan singkat yang cukup bermakna itu, Cedric hanya berdiam diri di kamarnya. Ia yakin, Bundanya telah di fitnah. Ia tak ingin membenarkan sifat Lucian yang menilai sesuatu dari luarnya saja.

Akan tetapi, ia tak rela jika Bundanya di fitnah dan di permalukan, atas kesalahan yang tidak ia lakukan.

Tok! Tok! Tok!

Tak!

Cedric yang mendengar bunyi ketukan pintu dengan spontan menutup laptopnya.

"Masuk, Bun!" teriaknya menyahuti ketukan pintu.

CEKLEK!

Anna menatap Cedric, ia lalu tersenyum hangat sembari berjalan mendekati putranya itu. "Kenapa belum tidur? Bunda kasih laptop supaya kamu bisa belajar lebih banyak lagi, tapi ada waktunya," jelas Anna, mencoba membuat Cedric mengerti.

Anna membawa Putranya menjauh dari Lucian, adalah karena ia tak ingin Putranya di paksa menjadi Pewaris Perusahaan. Ia takut Putranya tak memiliki waktu untuk bermain dan bersenang-senang bersama teman-temannya, seperti yang di lakukan Edward pada Lucian.

Tak menutup kemungkinan, jika Lucian juga akan melakukan hal yang sama. Melihat Cedric yang berkerja keras seperti sekarang membuatnya merasa terpukul.

"Ya, Bunda. Ceddy terlalu asik bermain, hingga lupa waktu. Maaf, ya..." Cedric menatap Anna dengan wajah polosnya, membuat Anna tersenyum dengan kepala yang geleng-geleng.

"Dasar kamu ini... " Anna mencolek hidung Cedric, membuat keduanya saling tertawa.

"Sudah, sana siap-siap tidur."

"Baik, Bunda." Cedric melangkahkan kakinya ke atas ranjang, lalu dengan sigap Anna menarik selimut menutupi tubuh Putranya.

"Selama malam, sayang... Jangan lupa berdoa."

Cup!

Anna mengecup kening Cedric singkat, lalu mematikan lampu kamar.

...****************...

Di lain kota.

Lucian berdiri di taman rumahnya. Satu-satunya tempat yang tak pernah lagi ia kunjungi, setelah kepergian Anna. Ia menatap pepohonan dengan raut wajah yang tak dapat diartikan.

Ia menikmati, setiap semilir angin menyentuh tubuhnya. Ia merasa seolah tersihir akan halus dan dinginnya angin malam.

"Anna..." Satu nama yang tak pernah bisa ia lupakan dalam benaknya. Entah karena kebenciannya yang mendalam, atau karena sesuatu yang lain.

Taman ini adalah tempat favoritnya sebelum di rebut oleh seorang gadis bernama Anna. Saat ia ingin bersembunyi dan lari dari segala permasalahan hidupnya, ia akan bersembunyi di taman rumahnya, di balik pohon besar yang tenang dan menyejukkan.

"Kenapa aku harus mengizinkannya waktu itu..."

Lucian kembali mengenang, kala pertemuan pertamanya dengan Anna di taman ini.

FLASHBACK ON!

Saat itu, terik matahari menyorot tajam. Tak menyisakan tempat untuk berteduh kecuali sebuah pohon besar yang rindang, terlihat tua akan tetapi menyejukkan.

Di baliknya, terdapat seorang lelaki tampan yang sedang berbaring dengan buku yang menutupi wajahnya.

Ya, dia Lucian berusia 16 tahun. Karena kesal dan marah akan perlakuan Kakeknya, yang terus memaksanya untuk mempelajari tentang pengelolaan perusahaan.

Srak!

Tap!

Bunyi langkah kaki, berserta gesekannya pada dedaunan kering, sontak mengusik tidurnya. Ia terbangun, namun ia tak bergerak karena ingin mengetahui apa yang akan di perbuat oleh seseorang itu.

"Wah... "

Seorang gadis cantik menatap takjub pada pohon di hadapannya. Ia menengadah menatap seberapa tinggal pohon itu menjulang ke atas langit, sehingga ia bisa berteduh tanpa takut terkena sinar matahari yang terik.

"Hai, pohon tua. Kau pasti sangat kesepian, bukan?" tanyanya dengan sendu. Ia tahu betul, apa arti dari sebuah kata 'Kesepian'.

"Mulai sekarang, aku akan menemanimu disini, ya. Aku mengerti bagaimana rasa sendirian, disaat semua orang sedang berkumpul di sekitar kita... Jadi, setidaknya aku akan menemanimu dan kau akan menemaniku. Jadi kita tidak akan kesepian," celoteh Anna, sembari menyentuh pelan pohon dihadapannya.

Tanpa menyadari seseorang tangah mendengarkan semua perkataannya.

Perlahan ia berjalan menelusuri pohon tua di hadapannya. Namun, langkah kakinya terhenti kala melihat seseorang yang sedang berbaring di balik pohon dengan wajah yang tertutup buku.

Hening...

Tak ada satupun kata yang terucap dari mulutnya. Namun, ia perlahan duduk di samping lelaki itu. Ia penasaran. Namun, ia tak memiliki keberanian untuk menyapa.

'Siapa dia?' batinnya bertanya-tanya.

Srek!

Lucian dengan perlahan menarik buku dari wajahnya dan menatap gadis di hadapannya, yang terlihat terdiam dengan ekspresi terkejut diwajahnya.

"Siapa kau?" tanya Lucian, ia mendudukkan tubuhnya lalu bersandar di pohon tua itu. Matanya menelisik gadis dihadapannya.

"A-aku... Aku Anna," jawabnya dengan terbata. Ia terkejut, tak menyangka lelaki dihadapannya akan membuka buku sesaat setelah ia duduk, lebih tak menyangka lagi jika lelaki itu sangat tampan.

'Anna... Gadis ini, apakah yang di bicarakan para pelayan?' batin Lucian. Sedari pagi, Mansion di hebohkan dengan gosip seorang gadis kecil yang menyelamatkan Kakeknya satu Minggu lalu. Ia mendengar bahwa gadis itu akan tinggal di Mansion karena tak lagi memiliki keluarga, alias yatim piatu.

"Lalu... Apa yang kau lakukan disini?" tanya Lucian, dengan tatapan tajam khasnya. Tak semua orang boleh mendekati pohon ini.

"Ak-Aku sedang melihat taman. Da-dan tidak sengaja melihat pohon ini," jelas Anna, ia merasa telah melakukan kesalahan sehari setelah ia berada di rumah besar ini.

'Apakah dia anak pemilik rumah ini? Cucunya Kakek Edward?' batin Anna bertanya-tanya.

"Apa kau gadis yang menyelamatkan Kakekku?" tanya Lucian. Anna mengangguk cepat, dengan senyum tipis di bibirnya.

"Haah..." Lucian hanya bisa mendes*h pasrah. Ia mengangkat tubuhnya, hendak pergi meninggalkan gadis itu, karena ia merasa tak nyaman.

"Tu-Tuan!" panggil Anna. Entahlah keberanian darimana, ia merasa seolah terpesona keindahan mata Lucian. Ia bisa melihat raut wajahnya yang tampan, meski terlihat guratan kesedihan dimatanya.

Lucian menoleh dengan malas. Menunggu apa yang akan dikatakan gadis itu.

"A-apakah saya boleh terus berada disini? Saya sudah berjanji akan menemui pohon ini," jelas Anna, dengan gugup. Walaupun, terkesan sangat absurd.

"Terserah." Lucian berbalik pergi meninggalkan gadis itu.

Di benaknya, ia merasa gadis itu unik. Ia merasa tersentuh oleh kata-katanya, walau ia berusaha menyangkal itu.

FLASHBACK OFF!

1
tia
lanjut thor
alyssa bunga: oheyy
total 1 replies
tia
dikit amat thor
alyssa bunga: oh kurang panjang, oklah nanti di panjangin makasih😂
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!