Rossa memeiliki suami yang selalu berpihak kepada keluarganya karena dia satu-satunya lelaki dalam keluarganya
Dirinya selalu merasa tersisihkan manakala ipar dan mertuanya selalu berusaha memonopoli suaminya dari segala sisi baik keuangan maupun perhatian,
Dia beruntung dibalik sikap mertua dan ipar bak Seorang madu untuknya, suaminya akhirnya sadar dengan semua perbuatannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ummu Umar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17
Setelah dari kantor polisi Fatan melajukan mobilnya menuju toko tempat usahanya berada, dia juga membeli makan siang untuk dirinya dengan sang istri, mulai saat ini dia akan memperbaiki kehidupannya dan komunikasinya dengan sang istri yang selama ini terabaikan karena dirinya sendiri.
"Bagaimana sayang sudah selesai? , kita makan siang yuk". Ucapnya masuk kedalam ruangannya itu.
Rani memekik senang kemudian setengah berlari menggunakan kruk menghampiri sang ayah dengan pelukan bahagia,
"Hati-hati nak, kakimu belum pulih, jangan seperti itu". Tegurnya dengan lembut sambil memeluk sang anak.
"Ayo makan siang dek, mas bawah kan makanan kesukaan kalian". Ucapnya menenteng kresek berisi makan siang untuk mereka.
Rossa mengangguk kemudian menyimpan data yang telah dia revisi dan dia catat, dia akan memberikan semua itu kepada suaminya nanti setelah makan.
Mereka pun makan dengan lahap dan penuh kebahagiaan kecil, Fatan sadar selama ini dia terlalu sibuk memperhatikan keluarganya tanpa memperdulikan anak dan istrinya sampai kebahagian seperti ini jarang dia dapatkan, dia bersama keluarganya tapi ada sisi kosong dan inilah yang dia inginkan.
"Bagaimana urusan dengan kak Farah di kantor polisi mas, apa sudah selesai?? ". Tanyanya dengan pelan setelah mereka makan.
Dia memang diberitahu suaminya tentang permasalahan itu, dia tidak mau banyak berkomentar takut suaminya malah tersinggung dan membuat mereka bertengkar seperti biasa
"Sudah selesai dek, kak Farah sudah mengembalikan dana yang dia ambil dengan tunai, kita bisa menggunakan itu untuk mengembalikan semua yang telah hilang di toko sekaligus menambah cadangan untuk barang".
"Baguslah, karyawan kemaren jadi mas pecat?? ". Tanyanya lagi dengan pelan.
"Aku tidak memecat mereka dek, mereka semua adalah tulang punggung keluarga, mereka sudah mengganti uang yang mereka ambil dan terima dari kak Farah, mereka juga sudah menandatangani perjanjian untuk tidak melakukannya lagi". Ucapnya meyakinkan sang istri.
"Baiklah, hanya saja jangan biarkan mereka berurusan dengan supplier kita dan pencatatannya nanti mas harus pastikan sendiri barangnya ada atau tidak".
Fatan mengangguk setuju, dia akan jauh lebih berhati-hati dari sekarang, bahkan saudaranya saja menusuknya dari belakang apalagi orang lain, kali ini dia harus meminta istrinya yang membantunya.
"Dek, kamu aja yang membantuku berurusan dengan supplier dan juga barang digudang, kamu bisa datang jika kamu mengantar Rani dan pulang jika mau menjemputnya". Ucapnya memberi alasannya.
Rossa tersenyum tipis, akhirnya pikiran suaminya terbuka seperti ini, dan itu membuatnya sedikit lega, tinggal bagaimana caranya dia bisa membuat suaminya tidak berat sebelah lagi.
"Boleh, aku akan datang seperti yang mas bilang, toh ini usaha kita berdua, maju tidaknya harusnya kita yang menjalankannya bersama".
Wajah Fatan langsung berubah sendu, ini adalah kesalahannya selama ini karena tidak pernah mempercayai istrinya untuk membantunya.
"Maaf yah, aku tidak pernah percaya padamu untuk membantuku, aku terlalu percaya pada keluargaku sampai melupakanmu, aku akan berusaha untuk adil kedepannya, maafkan aku".
"Sudahlah, tidak apa, aku yakin kamu sedang berusaha, jangan khawatir, kita pelan-pelan saja".
Fatan mengangguk dan tersenyum, dia mengelus kepala sang anak karena terlelap dalam pangkuannya, dia memindahkan anaknya untuk tidur di sofa ruang kerjanya begitu juga yang bungsu, sedangkan dirinya dan sang istri sedang sibuk memperbarui dna memperbaiki semua keadaan dan kekacauan yang dibuat oleh kakaknya ditempat usahanya ini.
Kasih yang kini sampai dirumahnya akhirnya duduk termenung, dia memikirkan bagaimana caranya untuk bisa membuat anaknya kembali tunduk dan patuh kepadanya seperti dulu.
"Aku harus mencari cara agar Fatan kembali seperti dulu, tidak akan kubiarkan perempuan sialan itu menguasai putraku dna semua yang dia miliki".
"Bu, benar yah Kak Fatan memasukkan kak Farah tadi kekantor polisi, tega banget?? ". Tanya Fani yang baru datang dari kampusnya itu.
Dia sangat terkejut mendengar perkataan sang kakak perempuan yang menelponnya tadi sambil menangis, dia masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar
"Ya begitulah nak, kakakmu juga keterlaluan, dia mengambil uang Fatan sangat banyak lebih dari 2 Milyar, itu buka uang sedikit, pantas saja Fatan marah, walau caranya salah karena mau menjerumuskan kakaknya sendiri ke penjara".
"Apa 2 Milyar??, Kak Farah gila yah mengambil uang banyak begitu, itu memang keterlaluan, terus bagaimana sekarang??". Tanyanya dengan terkejut.
Dia tidak menyangka kakaknya mengambil uang yang tidak sedikit dan itu bisa fatal untuk usaha kakak lelakinya itu dan jika usahanya bermasalah maka yang akan kena dampaknya itu adalah dirinya dan sang ibu.
"Itu bukan langsung diambil semua sekaligus nak, kakakmu sudah melakuannya selama usaha Fatan berlangsung, pantas saja Fatan marah, apalagi dia tadi berkata hanya mengirim sesuai kemampuan dia saja, dan milikmu akan dikirim langsung, kan kamu punya ATM, jadi kamu atur sendiri karena ibu juga akan dipotong karena insiden ini".
"Loh kok gitu sih bu, keterlaluan amat". Fani mendelik tidak terima.
"Itu imbas dari usaha kakakmu yang hampir bangkrut, dan ini semua karena Farah, makanya Fatan marah pada ibu karena membela Farah".
Kasih memijit pelipisnya, dia sangat pusing dengan anak-anaknya terutama sikap Farah yang memang kadang keterlaluan.
"Aku tidak mau kalau begini terus, aku tidak mau bulanan ku dipotong bu, keterlaluan sekali, kenapa kita kena padahal kita tidak ngapain, nanti aku akan ku semprot kak Farah itu, gara-gara dia kita dalam masalah begini".
Fani menghentakkan kakinya menuju kamarnya, dia tadinya begitu mendukung kakak perempuan nya itu, setelah tahu apa yang terjadi sebenarnya barulah dia kesal setengah mati padanya.
Farah yang baru tiba dirumahnya kini menatap tajam suaminya itu, dia jelas melihat ada koper besar yang dia bawah entah mau kemana.
"Mau kemana mas?? ". Tanyanya dengan pelan.
"Aku mau pergi dari sini dulu menenangkan pikiran, aku mau kerumah ibu, pusing kepalaku selalu menghadapi tingkahmu yang kelewat batas". Ucapnya tanpa memperdulikan istrinya itu.
"Mas jangan begini, aku mint maaf, kau janji tidak akan melakukannya lagi, aku mohon, jangan pergi". Tangis Farah pecah seketika.
Dia tidak menyangka perbuatannya akan membuat rumah tangganya menjadi seperti ini.
"Tidak apa, aku tidak akan lama, aku lelah, aku ingin mengistirahatkan kepalaku dari masalah yang kamu buat".
Dia mendorong kopernya keluar, dia ingin jauh-jauh untuk sementara dari istrinya, dia tidak ingin membuat istrinya terluka karena amarahnya.
"Jadi kamu akan kerumah kedua orang tuamu?? ". Tanya Farah dengan penuh tangisan dimatanya.
Dia menahan koper dan suaminya untuk tidak pergi, dia takut kalau suaminya adalah akan menceraikan dirinya setelah ini.
"Yah, kalau ada apa-apa kamu datang saja kesana tapi untuk saat ini jangan datang kesana karena aku butuh ketenangan".
Pras mendorong pelan istrinya untuk menyingkir dari jalannya karena dia akan keluar dari rumah.
Farah menjerit sambil menangis melihat kepergian suaminya, biasanya suaminya akan luluh jika dia sudah seperti ini tapi ternyata tidak.
"Akan ku buat perhitungan padamu Fatan jika rumah tangga ku dalam masalah".
sekarang sudah tau kan tindak tanduk kakak & ibumu... kasih ketegasan dong fatan. jangan menyudutkan rossa apalagi rani sering sekali di bully oleh keponakanmu... jangan buat mereka makin tertindas harusnya kamu bisa melindunginya...