NovelToon NovelToon
The Big Families 2

The Big Families 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO
Popularitas:102.9k
Nilai: 5
Nama Author: Maya Melinda Damayanty

Sekuel ke empat Terra The Best Mother, sekuel ke tiga Sang Pewaris, dan sekuel ke dua The Big Families.

Bagaimana kisah kelanjutan keluarga Dougher Young, Triatmodjo, Hovert Pratama, Sanz dan Dewangga.
Saksikan keseruan kisah pasukan berpopok dari new generasi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERSIAPAN PERNIKAHAN

Hotel Bram kembali jadi tempat perhelatan akbar — pernikahan Andromeda dan Sinta. Banyak karyawan dekorasi sibuk mondar-mandir membawa segala pernak-pernik mewah.

Bahkan sebuah candi mini turut dibangun, sesuai permintaan Bart. Pria tertua itu menatap hasil karya para dekorator dengan mata puas. Nuansa emas, hitam, dan abu-abu mendominasi seluruh ruangan.

Bahan styrofoam menjadi material utama hiasan karena ringan dan mudah dibentuk.

“Aku mau pelaminan seperti istana! Harus banyak bunga dan manik-manik berkilau!” seru Bart lantang.

“Baik, Tuan Besar!” jawab para dekorator serempak.

Untaian bola-bola emas dan kristal dipasang satu per satu. Kursi pelaminan dilapisi kain berwarna emas dengan kilau manik-manik mewah.

Sementara itu, Lastri memimpin bagian katering. Menu ala kerajaan sudah berjejer di meja panjang. Booth makanan pun tampak tak kalah megah — berpadu warna emas dan krem elegan.

“Kalau bisa, nanti ada tungku di sini! Kita buat cerobong asapnya juga, biar efeknya nyata!”

ujar Lastri sambil menunjuk sudut ruangan.

Andromeda menatap semua itu dengan mata berkaca. Ia tahu, pesta ini bukan sekadar megah — tapi penuh makna.

Enam tahun lalu, ia masih bocah liar yang gemar balapan jalanan. Suatu malam, usai menang besar, ia dibuat mabuk oleh teman-temannya dan uang kemenangannya dirampas. Tubuhnya terkapar di pinggir jalan — hampir tak bernyawa.

Andai saja bukan karena Virgou, mungkin hidupnya berakhir di sana. Virgou yang menyelamatkannya, membawanya ke rumah sakit, dan kemudian memasukkannya ke pelatihan Savelived.

Butuh lima tahun keras untuk bisa lulus dan dipercaya menjadi pengawal keluarga besar itu. Di rumah Terra, Andromeda mengenal arti “rumah”.

Ia punya banyak ibu — Khasya, Maria, Layla, dan yang lainnya.

Punya ayah seperti Herman.

Dan tentu saja, dua sosok kakek luar biasa: Bart dan Bram.

“Nak…” suara lembut memanggilnya.

Andromeda menoleh. “Bunda.”

Khasya mengusap punggungnya pelan. “Jangan terbebani dengan apa pun, ya. Kami semua melakukannya dengan hati yang tulus.”

Andromeda menunduk haru. “Terima kasih, Bunda.”

“Sama-sama, Nak.”

Tiba-tiba Dahlan muncul tergesa.

“Andromeda! Cepat ikut! Baby Zaa dan Baby Kean menghilang!”

“Apa?!”

Andromeda langsung mengikuti Dahlan, tapi tak lama keduanya lega — Kean datang sambil menggendong Zaa.

“Baby, bisa nggak kalau keluar itu bilang dulu!” seru Dahlan gemas.

“Abi, tadi itu urgent banget. Lagian cuma sebentar!” bela Kean.

“Wiya, iya Abi!” timpal Zaa sok yakin.

Kean lalu membawa tante kecilnya kembali ke kamar. Dahlan dan Andromeda hanya bisa saling pandang dan menggeleng.

“Andromeda! Ngapain masih di sini?!” teriak Bart dari seberang aula.

“Saya masih tugas, Tuan!” jawab Andromeda gugup.

“Apa?! Boy!”

Virgou yang tengah berbicara dengan tamu bisnis langsung menggaruk telinga.

“Grandpa…” keluhnya.

“Dad, jangan teriak-teriak!” tegur Leon.

“Aku tidak teriak!” bantah Bart keras kepala.

Virgou datang mendekat dengan gaya tengilnya.

“Ada apa lagi, kakek tua?”

“Hei, anak sia—”

“Dad!” potong Khasya cepat.

“Coba bayangkan, Andromeda belum dikasih cuti! Apa dia nggak butuh foto prewed, hah?”

“Grandpa, cuma seminggu lagi akadnya!” desis Virgou.

“Waktu Baby Mai bisa kok!” tukas Bart tak mau kalah.

“Itu karena studionya kosong!” sahut Virgou ketus.

“Usahakanlah! Percuma kau dijuluki BlackAngel kalau urusan studio aja nggak bisa kelar!”

Virgou mendesah berat.

> “Astaghfirullah, Andromeda… kau berutang banyak padaku!”

Andromeda refleks bersembunyi di belakang Khasya.

“Sayang…” rayu Virgou pada ibunya.

“Marahi dia, Khasya! Aku pusing lihat tingkahnya!” omel Bart.

Khasya hanya tersenyum sabar.

“Nak, tolong, iya-in aja, biar kakekmu tenang.”

Virgou merengut.

“Bunda…”

“Sayang, kamu kan anak bunda yang paling sabar dan pengertian. Nurut ya, sekali ini saja?”

Virgou akhirnya menyerah. “Baiklah, Bunda…”

Di kamar lain, para bayi perempuan sudah berkumpul. Semua duduk bersila, wajahnya bosan.

> “Posen!” keluh Jamila.

“Wawu papayin memangnya?” tanya Chira lesu.

Tak lama, Kean datang sambil menurunkan Zaa dari gendongannya.

Seketika, protes bergelombang.

> “Ata’ Teyyan bilih tasyih!” rengek Khadijah berkaca-kaca.

“Jangankan sama kamu, Onty juga nggak pernah diajak!” timpal Nisa cemberut.

“Atuh eh aku juga!” sambung Chira.

“Pa’a ladhi atuh!” celetuk Aquila.

Kean hampir kalah argumentasi.

> “Baby, bukan gitu. Yang paling dekat sama Kakak kan Onty Baby Zaa.”

“Ah, bolon!” seru Mala.

"Basti talaw tabun walaw yan detat atuh yan dijajat suma Onty!' imbuhnya kesal dan semua mengangguk setuju.

“Iyaaa judha!” tambah Zora, tunjuk jari.

Akhirnya Kean diadili secara “adil” oleh pasukan berpopok perempuan.

Handayani masuk sambil menghela napas.

“Babies, kok suka banget sih kabur?”

“Tamih bawu jalan-jalan, Tinti!” jawab mereka kompak.

“Ya udah, nanti Tante ajak jalan-jalan, tapi sekarang makan siang dulu ya.”

Sementara itu, Haidar gelisah di kamar sweet room. Dua hari ia dikurung karena alasan “keamanan keluarga.”

Ketika Terra keluar dari kamar mandi, suaminya sudah siap dengan baju kasual dan celana jeans belel.

“Pa?"

“Sayang, kabur yuk!” bisiknya serius.

“Apa?!”

“Ayo dong! Aku bosan di kamar terus. Yang nikah Andromeda, tapi yang dipingit malah aku!”

Terra menatap suaminya tak percaya.

“Tapi Kak Virgou—”

“Tenang. Aku yang tanggung jawab!” ujar Haidar mantap.

Akhirnya Terra luluh. Ia mengenakan kaos pink lengan panjang, jilbab instan, dan topi hitam bergambar macan.

Mereka berjalan cepat ke pintu darurat.

“Ayo sebelum sepuluh menit. Kita harus sampai basement!” kata Haidar setengah berlari.

Langkah mereka cepat tapi ngos-ngosan. Nafas memburu, kaki terasa berat.

Terra sempat berhenti di pertengahan tangga.

“Pa… aku bukan lagi umur dua puluhan, tahu!”

“Hhh… nggak apa-apa, sayang! Yang penting, bebas!”

Mereka tertawa kecil di antara rasa lelah dan degup jantung yang berpacu.

“Itu pintu basement!” seru Haidar, menunjuk ke arah pintu bertuliskan Exit.

Wajah keduanya sudah memerah, keringat membanjiri pelipis, napas tersengal satu-satu. Bayangan aula parkir yang penuh mobil sudah menari di kepala Haidar — tempat kebebasan menanti. Ia bisa membayangkan udara segar, jalan-jalan santai, dan kemenangan kecil dari “pelarian” ini.

Tangannya meraih gagang pintu, siap membuka. Tapi saat kepalanya menoleh ke belakang, Terra yang tadinya menunduk kini mendongak dengan mata melebar. Langkahnya langsung terhenti.

“Ayo, sayang!” seru Haidar, senyum kemenangan belum juga luntur dari wajahnya.

“Mas…” Terra memberi kode lewat tatapan mata, pelan tapi jelas.

“Sayang!” Haidar kesal, buru-buru menoleh—dan seketika senyumnya membeku.

Di hadapannya berdiri sosok pria tegap bermata biru, kedua tangan terlipat di dada. Tatapan tajamnya membuat udara di sekitar tiba-tiba dingin.

“Mau ke mana?” tanya Virgou datar, menaikkan sebelah alis.

“Kabur!” seru Haidar spontan, mencoba melarikan diri.

Sayang, lawannya bukan pasukan berpopok. Langkahnya terbaca mudah oleh Virgou. Dalam sekejap, pria bermata biru itu bergerak cepat dan menghadang. Tubuh keduanya nyaris terjungkal, kalau saja topangan kaki Virgou tidak sekuat baja.

“Berani-beraninya kalian kabur di bawah hidungku! Aku adukan kalian ke Grandpa!” geram Virgou, suaranya rendah tapi penuh tekanan. Ia berbalik, melangkah pergi dengan aura kesal yang kental.

“Kakak!” seru Terra panik. Ia langsung berlari kecil menahan laju pria dengan sejuta pesona sekaligus sejuta aturan itu.

"Apa?" sengit Virgou kesal.

"Kakak baik. Jangan ngadu ... Please," pinta Terra membujuk.

"Atau kita kabur bareng?' ajak Haidar dan Virgou menatapnya.

"Ah ... Aku sedikit pusing. Sepertinya ...."

"Boy, sama siapa kamu di situ?" Bart kecarian Virgou.

"Terra kenapa kamu ada di sini?" tanya Bart menatap cucu cantiknya.

"Dia baru berusaha kabur Grandpa!' seru Virgou dan Haidar bersamaan.

'Mas, kakak!' seru Terra kesal.

Dan ketiganya mendapat ocehan panjang dari Bart.

Bersambung.

Ah gitu deh ...

next?

1
Raisya Almira
Gak lah patlet Mimas...justru kayaknya lebih bersinar deh...karna ada dukungan dari pasangan...ayo dong patlet...💪
Nengs
ketinggalan aku kak may baru baca ini pdhl setiap hari ditengokin notif'a ga ada😄 mks semangat😍😍
@E𝆯⃟🚀BuNdAιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
jangan diredupkan, Dimas. dukunglah seroja agar semakin bersinar terang
Lia Fitria
Wah kali ini ga perlu nguping & laporan sama onty Za ya baby😄😄
Lia Fitria
Bukan lagi di suapin makanan baby 🤭🤭
Eni Istiarsi
wah Paklek kok ragu gitu
Zay Zay
patlet mimas janan beunyelah pulu don,atuh beundutung muh.💪💪💪💪💪
nurry
lanjutkan menjodohkan mereka kakak, kan ata' Seroja juga ada rasa pada paklek Dimas pliiisss 🙏👍💪❤️
nurry
lanjut terus kak Maya 🙏💪❤️
nurry
aah paklek Dimas kenapa ragu, ayolah maju terus mdh2an ata' Seroja akan tetap bersinar👍💪❤️
nurry
hmmm yg lagi kasmaran🤭🤭🤭
nurry
😄😄😄😄😄
nurry
para kurcaci ikutan kepo 🤭🤭🤭
nurry
hahahaha ata' Kean, polos amat sih 😄
nurry
hadeuuhh papa Idal,kenapa nge gas terus🤦🤦🤦
Atik Marwati
kalo ditempatku namanya jalan tikus thor🤭
nurry
nah ketangkep kan 😄😄😄
Atik Marwati
🤣🤣🤣ga jadi kaburkan...
nurry
nekat bener, salah cari lawan pak Nanda
nurry
wah mau nyuap rupanya si Nanda 🤦🤦🤦
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!