Kekurangan kasih sayang dari papanya, membuat Jessica Maverick selalu mencari perhatian dengan melakukan tindakan di luar batas, hingga dia juluki sebagai manizer atau pemain pria.
Sampai-sampai pengawal yang ditugaskan untuk menjaga Jessica kerap kali mengundurkan diri. Mereka tidak sanggup memantau pergerakkan Jessica yang liar dan binal itu.
Tindakan yang dilakukan Jessica bukan tanpa sebab, dia hanya ingin mendapatkan perhatian dari sang papa. Namun, bukannya mendapatkan perhatian, malah berujung mendapatkan pengawalan lebih ketat dari sebelumnya.
Felix namanya, siapa sangka kehadiran pria berkacamata itu membuat hidup Jessica jadi tidak bebas. Jessica pun berencana membuat Felix tidak betah.
Apakah Felix sanggup menjalankan tugasnya sebagai bodyguard Jessica? Lalu apa yang akan terjadi bila tumbuh benih-benih cinta tanpa mereka sadari?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocean Na Vinli, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Licik
Felix tersentak, buru-buru menundukkan kepala sedikit pada pria yang disinyalir seumuran dengannya. Di belakang pria ini terlihat pula pria lebih tua, menatap ke arahnya sekarang dengan sorot mata menyelidik.
Felix menebak bila keduanya seorang ayah dan seorang anak.
"Saya minta maaf Tuan," ucap Felix segera.
Lelaki itu tak membalas, hanya memandang hina Felix sambil menyapu sedikit jasnya yang tersentuh Felix tadi, seolah-olah Felix itu hanya lah butiran debu yang kotor.
Felix menahan diri agar tak melayangkan pukulan pada sosok di depannya ini. Dia tak boleh membuat keributan di sini, apalagi kedua orang ini sepertinya orang terdekat Aiden.
"Felix tidak sengaja, masuklah Charlie." Di belakang sana, Aiden pun memberi reaksi.
Charlie terkekeh pelan.
"Ya, ayo Mike, sudah jangan diperbesar lagi," katanya sambil sesekali melirik Felix.
Mike mendengus lalu melangkah pelan, dengan sengaja pula dia menabrak pundak Felix.
Felix terdiam cukup lama kemudian menggeserkan kaki agar tidak menghalangi Charlie untuk masuk ke dalam. Charlie lantas bergegas melangkah sambil melirik ke arah Felix lagi.
Setelah itu, Felix benar-benar keluar dari ruangan. Meninggalkan Aiden dan Charlie saling berjabatan tangan dengan hangat. Setelah puas menyapa, ketiganya duduk di sofa.
"Sudah lama tidak berjumpa, kau ini sibuk sekali," kata Charlie, dia duduk tepat di hadapan Aiden.
Aiden mengulum senyum sebentar. "Aku baik, bukankah kita sama-sama sibuk."
Charlie mengangguk samar sambil sesekali melirik ke arah putranya yang saat ini, duduk di samping.
"Bagaimana kabar putrimu?" tanya Charlie lagi.
"Jessica?" Aiden mengangkat sedikit alis mata.
Charlie malah tertawa pelan. "Ya, siapa lagi putrimu selain Jessica, jangan terlalu menghindarinya Aiden, Jessica tidak tahu apa-apa."
Saat membahas Jessica, riak muka Aiden berubah muram. Sebagai salah satu teman kuliah, Charlie tentu saja mengetahui permasalahan temannya itu. Charlie adalah saksi kisah cinta Aiden dan Brenda dulu.
"Tahu apa kau!" balas Aiden kemudian, nadanya sedikit ketus.
"Haha tentu saja aku tahu segalanya tentang calon menantuku itu." Charlie melirik Mike sekilas.
"Benar, sebelumnya aku minta maaf sama Paman, sebenarnya akhir-akhir ini aku diam-diam memantau gerak-gerik Jessica di kampus, jujur aku suka sama putri Paman." Dengan malu-malu Mike pun menimpali. Walaupun belum pernah bertatap muka, hanya dengan melihat foto Jessica, Mike sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.
"Lihat Aiden, putraku tergila-gila pada putrimu, aku tidak sabar menjadikan Jessica sebagai menantuku," ungkap Charlie, diiringi tawa rendah setelahnya.
"Kata siapa aku mengiyakan kau akan menjadi besanku Charlie," ujar Aiden, tersenyum jahil.
Charlie tertawa rendah lagi. "Baiklah, baiklah, tapi Aiden apa penjagaanmu kali ini tidak berlebihan, sampai harus menyuruh pengawal Jessica menetap di mansionmu." Charlie mendapat kabar itu dari orang kepercayaannya.
"Tidak, justru aku yang menyesal, karena kesibukanku sampai membuat putriku tersakiti." Aiden baru tahu bila yang memegang kendali di rumah adalah Stella. Sungguh bodoh dirinya.
Kerutan di dahi Charlie seketika muncul. "Maksudmu?" tanyanya sambil lempar pandang ke arah Mike.
Aiden menarik napas panjang sesaat. Permasalahan pelik yang terjadi di mansion, membuat mata Aiden kini mulai terbuka lebar.
"Pria yang baru saja keluar itu mengungkapkan apa yang terjadi di mansionku selama ini, dan aku baru sadar sepertinya terlalu keras pada putriku."
"Maka dari itu lupakan lah Brenda, terimalah Stella, jika dipikir pikir Stella juga korban kau kan!" Charlie berulang kali memberi nasihat pada Aiden untuk segera move on!
Charlie tahu cinta Aiden pada Stella terlalu besar. Sampai-sampai putrinya sendiri yang tidak tahu apa-apa menjadi korban kebodohan Aiden.
"Jangan gila kau, korban apanya? Aku yang korban, aku menikahi Stella juga karena terpaksa, seandainya saja perusahanku tidak bangkrut waktu itu, aku tidak akan menikahinya, pikirku Stella bisa juga memberi kasih sayang pada Jessica, tapi nyatanya Stella bukanlah wanita yang baik."
Dulu ketika Brenda pergi meninggalkannya. Hidup Aiden terpuruk hingga membuatnya lupa akan tanggung jawabnya sebagai pemilik perusahaan. Dia jarang masuk berkerja, sibuk meratapi kepergian Brenda. Sampai-sampai bayi mungil Jessica diurus Derick.
Sampailah di mana ada satu orang yang sangat Aiden percaya membuat perusahaannya hampir saja bangkrut. Dengan bantuan keluarga Owen perusahaannya kembali bangkit asal harus menikah dengan salah satu anggota keluarga mereka yaitu Stella Owen, yang pada saat itu sudah menjanda dan memiliki dua orang anak dari suami sebelumnya.
Tak lain dan tak bukan teman sekolah Aiden dulu, yang ternyata sudah berkeluarga. Jadi, Stella itu selingkuhan temannya. Aiden tahu skandal Stella dari penyelidikan Felix pula. Stella wanita berbisa.
"Aku makin tidak mengerti, jelaskan padaku." Charlie bertanya lagi, penasaran pula dengan cerita di balik Aiden yang menikahi Stella. Kala itu Charlie memang sudah pindah ke Canberra, Australia. Dia menetap di sana bersama istrinya. Jadi dia hanya mendengar kabar saja bila Aiden menikah lagi.
Sudah dua bulan Charlie menetap di Washington DC bersama Mike. Charlie sudah bercerai dengan sang istri, sebab istrinya ternyata telah menduakannya. Hari ini baru bisa bertemu Aiden karena temannya memang sibuk sekali dan susah ditemui.
Aiden pun mulai menceritakan semuanya pada Charlie.
Setelah mendengarkan penjelasan, Charlie terdiam cukup lama. Merasa bersalah karena tak bersama Aiden saat temannya itu berada di titik terendahnya.
"Hmm, Aiden jadi kalau kau sudah tahu sekarang, apa langkahmu selanjutnya, aku tidak mau menantuku disakiti Stella lagi, aku punya ide bagaimana kalau kita nikahkan Mike dan Jessica segera," kata Charlie kembali.
Aiden tak segera membalas, menilik Charlie dan Mike secara bergantian sesaat.
"Tunggu beberapa tahun lagi Charlie, itu pun kalau putramu pantas menjadi suami putriku, Jessica harus menyelesaikan pendidikannya dulu. Tenanglah, kali ini Jessica tidak akan disakiti lagi, ada Felix yang akan selalu menjaganya."
"Untuk Stella aku sedang menunggu moment yang tepat untuk menceraikannya, dia masih berguna untukku sekarang, aku curiga perusahaanku hampir bangkrut ada hubungannya dengan keluarga Owen," tambah Aiden, menyeringai sangat tajam.
Di Amerika selain keluarga Maverick, keluarga Owen juga memiliki kekuasaan. Keluarga Maverick terkenal akan kedermawannya, sedangkan keluarga Owen terkenal akan kontroversinya.
Charlie menyeringai juga. "Wow, kau memang pebisnis yang licik, haha, makanya aku heran kalau kau tidak cinta pada Stella kenapa tidak bercerai, ternyata karena sesuatu," ujarnya lalu mengambil rokok dari saku jas.
Aiden mengangguk samar lagi.
"Untuk masalah Jessica, bukankah kuliah juga bisa menikah. Hanya Jessica yang pantas menjadi menantuku," kata Charlie seketika sambil menyelipkan rokok di bibir yang sudah menyala.
"Akan kupikirkan lagi nanti."
"Bagus, tapi ngomong ngomong di mana kau menemukan pengawal baru Jessica? Asalnya dari mana?" tanya Charlie kali ini riak mukanya terlihat sangat serius. Dia sesekali menghembuskan asap ke udara.
Mendengarkan pertanyaan papanya, Mike mengerutkan dahi samar-samar.
"Aku tidak mencarinya, dia yang melamar berkerja, kalau tidak salah asalnya dari Vermont, kenapa kau bertanya? Tumben sekali kau penasaran," kata Aiden dengan tatapan menyelidik.
Charlie malah mengerakkan mata ke segala arah sambil tertawa hambar sesaat.
"Oh Vermont, tidak aku hanya penasaran saja karena wajahnya tidak asing, sepertinya hanya mirip saja."
Aiden hanya mengangguk samar. "Hmm, aku dengar dia baru pertama kali datang ke sini dan melamar menjadi pengawal karena terdesak membayar pengobatan Neneknya."
"Jadi dia punya Nenek?" Charlie membuat ekspresi yang membuat tanda tanya besar di benak Aiden dan Mike saat ini.
"Ada apa denganmu? Tanyakan langsung padanya, kau ini, matikan rokokmu itu, Brenda pasti akan memarahiku jika ada asap rokok di ruangan ini!" seru Aiden beranjak dari kursi sambil menggerakkan tangan ke udara.
Charlie hanya tertawa hambar mendengar temannya yang belum bisa melupakan Brenda, meski sudah menikah.
Padahal Aiden sebelum berpacaran dengan Brenda, perokok berat. Dulu, dia dan Brenda saling bermusuhan. Karena ketampanan Aiden dan kecantikan Brenda, keduanya menjadi primadona kampus.
Entah bagaimana ceritanya mereka bisa jatuh cinta, tapi pada suatu hari saat pertandingan baseball digelar. Aiden yang menjadi pemain baseball menyatakan cinta pada Brenda di tengah-tengah lapangan.
Banyak orang yang patah hati dengan pernyataan cinta Aiden. Junior dan senior yang naksir pada keduanya, tampak lesu dan lemah. Termasuk Charlie yang diam-diam jatuh cinta pada Brenda. Aiden tidak tahu hal itu. Dia tak mau pertemanannya dengan Aiden jadi rusak. Cukup dia simpan cintanya dalam diam.
Kedatangan Charlie kemari bukan hanya serta merta ingin berbicara dengan Aiden, tapi juga ingin menghibur Aiden sebab dia tahu esok adalah hari peringatan kepergian Brenda.
***
[Mansion Aiden]
Waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Jessica tersentak ketika baru saja membuka pintu kamar. Melihat Felix membawa kue ulang tahun.
"Selamat ulang tahun, Nona."
siapa pulak itu yang datang