Kematian Winarsih sungguh sangat tragis, siapa sebenarnya dalang di balik pembunuhan wanita itu?
Gas baca!
Jangan lupa follow Mak Othor, biar tak ketinggalan updatenya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cucu@suliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKW Bab 17
Selepas subuh Wati malah terdiam sambil melamun, dia memikirkan obrolannya tadi malam bersama dengan bi Tuti. Semakin dia pikirkan, dia semakin paham kenapa bi Tuti bisa bersikap kejam. Bisa menjadi pemuja setan dan bahkan harus memberikan tumbal dalam setiap tahunnya.
Namun, tetap saja apa yang dilakukan oleh wanita itu merupakan hal yang salah. Karena mengambil jalan sesat, bukan tetap berjalan di jalan yang benar walaupun terkadang jalan benar itu akan membuat kita semakin merasa sengsara.
Akan tetapi, terlepas dari apa pun yang terjadi di masa lalu, Wati merasa kalau dia perlu merangkul wanita seperti bi Tuti. Karena kalau wanita seperti itu dihujat atau ditinggalkan, justru akan semakin menjadi.
Bila didekati dan juga dirangkul, maka akan lebih cepat dalam membenahi diri. Wati mulai berpikir, mungkin ini saatnya dia membawa wanita itu ke jalan yang benar.
Dia tidak menginginkan menjadi nyonya Bagas, justru dia hanya ingin mengasuh Cantik Karena rasa bersalahnya. Wati sadar diri siapa dia, tak pantas bersanding dengan Bagas.
Di saat sedang asyik melamun, dia mendengar suara tangisan Cantik. Wanita itu langsung tertarik ke alam nyata, selalu menghampiri Cantik dan mengelus lembut pipi gembul bayi itu.
"Neng Cantik aus ya?"
Wati membuatkan susu formula untuk Cantik, lalu memberikan susu itu kepada Cantik sambil menggendongnya. Cantik senang seperti biasanya, dia bahkan tak henti menatap Wati dengan sorot mata penuh keceriaan.
"Makin hari makin cantik aja, makin hari makin kaya bu Win aja. Jadi kangen sama bu Win," ujar Wati.
Wati dulu merupakan karyawan perempuan satu-satunya yang bekerja di toko sembako milik wanita itu, dia selalu perhatian kepada Wati. Kini mengetahui bi Tuti adalah ibunya dan kemungkinan tersangka kematian Winarsih, Wati merasa sedih dan bersalah.
"Kalau Ibu aku yang bikin bunda kamu meninggal, aku minta maaf. Aku rela jadi pengasuh kamu seumur hidup aku, aku rela rawat kamu sampai kamu punya suami nanti. Tapi, kamu harus bahagia. Maafkan wanita itu," ujar Wati sambil menangis.
Selepas memberikan susu kepada Cantik, dia menjemur bayi itu. Lalu, dia memandikan Cantik dan membawa wanita itu untuk duduk di teras depan sambil melepas kepergian Bagas yang hendak bekerja.
"Lihat ayah kamu, dia sangat rajin bekerja. Jangan marah kalau dia tidak ada waktu untuk menggendong kamu, karena dia mencari uang untuk masa depan kamu."
Cantik seolah paham dengan apa yang dikatakan oleh Wati, bayi mungil itu tertawa sambil menatap Wati dengan penuh keceriaan.
"Anak pandai, mau masuk atau jalan-jalan?"
Anak itu malah menguap, Wati yang tak tega akhirnya membawa bayi mungil itu menuju kamar. Dia menidurkan bayi itu dan mengelus lembut punggung bayi mungil itu.
"Hawanya kok tiba-tiba terasa panas ya?"
Wati merasa kalau tubuhnya panas, tak lama kemudian dia bahkan merasa kalau tubuhnya begitu dingin. Terkadang panas, terkadang dingin.
"Duh! Ini kenapa tiba-tiba merasa merinding?"
Wati mengusap tengkuk lehernya, dia merasa bulu kuduknya berdiri semua. Bahkan tak lama kemudian kedua pundaknya terasa begitu berat, dia seperti sedang menggendong seorang manusia.
Dia merasa seperti ada mahkluk halus yang datang, dia merasa kalau hari ini hawanya tidak seperti biasanya.
"Ehm! Jika ada Karuhun yang datang, tapi saya tidak menyapa, tolong maafkan saya. Karena saya tidak mengenal Karuhun dari Neng Cantik, kalau ada makhluk halus yang kesenggol oleh saya, saya minta maaf. Lagian salah sendiri gak keliatan, jadinya kesenggol," ujar Wati.
Ting! Tong!
Di saat dia merasa ketakutan, Wati mendengar bunyi bel pintu berbunyi dengan keras. Wati sempat berdecak sebal karena bi Tuti tak segera membuka pintunya.
"Ck! Ke mana sih dia?" tanya Wati.
Walaupun dia menggerutu, tetapi dengan cepat melangkahkan kakinya menuju pintu utama. Tentunya sambil menggendong Cantik, karena bayi itu belum pulas. Wati takut anak itu akan menangis kalau ditinggalkan.
"Loh! Siapa kamu? Ke mana menantu saya?"
Saat Wati membukakan pintu utama, dia merasa bingung karena ada seorang wanita paruh baya bersama dengan seorang wanita muda. Kedua wanita itu menatap dirinya dengan tatapan penuh pertanyaan, apalagi dengan wanita paruh baya yang ada di hadapannya, wanita itu menatap dirinya dengan tatapan tidak suka.
"Saya pengasuh Neng Cantik, anda siapa ya? Kenapa datang ke sini?"
"Pengasuh? Winar sudah melahirkan? Di mana dia?"
Bukannya menjawab pertanyaan dari Wati, wanita itu malah balik bertanya kepadanya. Hal itu membuat Wati bingung karena selama ini belum pernah bertemu dengan wanita paruh baya itu.
"Ehm! Maaf, ibu siapanya bu Win?" tanya Wati yang merasa heran karena wanita itu tidak mengetahui kematian dari Winarsih.
wis kapok mu kapan bjo gaib mu wis modyarrr
hadiahnua bisa diambil dirumah kk othor ya...😂😂😂
Bu Tuti syok berat ini.. udah beli segala macam perlengkapan pemujaan lagi.. /Facepalm//Facepalm/
secara suami gaib nya musnah tp apakh nnti akan menuntut blas yg lebih kejam lagi ga yaaa /Smug//Smug//Smug//Smug/
trus kalau bi Tuti pulang nanti bagaimana ya....
Bagas kok masih bisa menahan emosinya saat melihat bi Tuti... keren banget kamu bagas
setanya marah yaaa tp.klo marah masa iya g bisa sih dinlwan dgn doa
minta sm yg esa gtu 🤔
dan si tuti dpt karmanya
undg pak uztad ngajiin biar keluar tuhh mahkluk gaib biar aman rumah
Halah... paling geh nanti Bagas juga suka sendiri sama Wati. 🤭