Ini adalah perjalanan cinta kedua putri kembar Ezar dan Zara.
Arsila Marwah Ezara, si tomboy itu akhirnya berhasil bekerja di sebuah perusahan raksasa yang bermarkas di London, Inggris, HG Corp.
Hari pertama nya bekerja adalah hari tersial sepanjang sejarah hidupnya, namun hari yang menurutnya sial itu, ternyata hari di mana Allah mempertemukan nya dengan takdir cintanya.
Aluna Safa Ezara , si gadis kalem nan menawan akhirnya berhasil menyelesaikan sekolah kedokteran dan sekarang mengabdikan diri untuk masyarakat seperti kedua orang tuanya dan keluarga besar Brawijaya yang memang 90% berprofesi sebagai seorang dokter.
Bagaimana kisah Safa sampai akhirnya berhasil menemukan cinta sejatinya?
Karya kali ini masih berputar di kehidupan kedokteran, walau tidak banyak, karena pada dasarnya, keluarga Brawijaya memang bergelut dengan profesi mulia itu.
Untuk reader yang mulai bosan dengan dunia medis, boleh di skip.🥰🥰
love you all
farala
💗💗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17 : Keusilan mama Arini
Singapura .
Seorang pria tampan berdiri terpaku menatap Safa yang baru saja masuk ke dalam ruangannya.
Wajah ayu nan mempesona dengan jilbab panjang dan riasan seadanya, nampaknya mampu menarik perhatian pria itu.
" Perkenalkan, beliau adalah kepala departemen kita yang baru, dokter Arhan Hartawan. Beliau keturunan Indonesia yang sudah lama mengabdikan diri demi kemajuan kesehatan reproduksi wanita wanita Singapura."
Tepuk tangan bergemuruh, termasuk Safa yang berdiri paling di belakang.
Perkenalan singkat dan hangat begitu berkesan untuk Arhan.
Pertemuan berakhir setelah para junior mendapatkan wejangan wejangan dari Arhan. Mereka bubar dan meninggalkan ruangan pertemuan itu, kecuali...
" Tunggu..."
Orang terakhir yang berada di ruangan itu adalah Safa.
Safa menoleh, gagang pintu yang sudah dia pegang di lepasnya lagi.
" Saya, prof?"
" Iya."
Safa kembali dan berdiri di depan Arhan.
" Siapa nama mu?"
" Safa , prof."
" Nama lengkap."
" Aluna Safa Ezara , prof."
Arhan tersenyum." Apa benar jika dokter Ezar adalah ayahmu?"
Safa terkejut, pria baru itu mengenal abinya.
Dengan sedikit gerakan kepala, Safa mengiyakan. " Iya dok."
" Thats right. Sudah ku duga. Wajahmu perpaduan wajah ayah dan ibumu. Kamu penasaran di mana aku mengenalnya?"
Safa tersenyum simpul.
" Dulu, aku koas di Brawijaya."
Safa tidak memberikan respon , hanya anggukan kepala yang menjawab pernyataan itu.
Arhan tertawa.
" Baiklah, kamu boleh pergi. "
Beberapa saat kemudian, Arhan nampak membuka laci dan meraih ponselnya.
Di dalam sana , nampak gambar Safa sedang tersenyum manis di depan kamera. Foto itu di ambil saat Safa masih mondok di pesantren.
Tatapan memuja terlihat jelas dari netranya.
" Sepertinya sekarang sudah waktunya, Fa. " Ucapnya sembari mengusap layar ponselnya.
*
*
London , Inggris.
Arga menarik nafas dalam sembari menatap keluar jendela . Cahaya bulan di langit London nampak redup tertutup awan .
Dia baru saja pulang dari mansion mewah Hatcher di pinggiran kota . Niat awalnya untuk menemui sang papa, tapi sayang, papanya tiba tiba ada perjalanan bisnis ke Belgia sore tadi.
Kepulan asap rokok memenuhi udara . Arga sedang melampiaskan kegundahan hatinya.
" Brawijaya....aku sering mendengar nama itu di sebutkan. Semoga papa mengenalnya dan mau membantuku ." Gumamnya.
Arga kembali mengingat segala usaha yang di lakukan opa Alden untuk membuatnya menikah, beberapa keluarga dari pengusaha hebat dan sukses seantero Inggris, tidak juga membuat Arga luluh dan ingin menikah.
Tapi kali ini, beda. Entah dorongan itu datangnya dari mana, Arga sangat antusias ingin memiliki Safa.
Sedari dulu, Arga memang menyukai seorang wanita berpenampilan sederhana tapi elegan. Dan, itu benar benar mencerminkan kepribadian seorang Safa. Walau hanya mengenakan pakaian murah , pakaian itu tetap akan terlihat mahal jika Safa yang memakainya.
Mereka baru bertemu sekali, itupun sekilas dan tidak lama, tapi pertemuan itu mampu membuat Arga mengalami insomnia berat.
Membayangkan senyuman manisnya seketika membuat jantung Arga berdebar kencang , dia tertunduk.....tersipu malu.
" Sial,,,aku benar benar sudah jatuh cinta." Ungkapnya.
*
*
Indonesia.
Perjalanan dari pesantren Al Hidayah kembali ke kota nampak berbeda. Mama Arini lebih cerewet dan terus membicarakan Barra pada Marwah meski Barra ada di sana.
Liam tersenyum simpul melihat Barra yang memijit kepalanya karena mendengar ocehan mama Arini yang terkadang menjatuhkan martabatnya di depan Marwah. Puas? Ya...Liam puas.
Mungkin itu sedikit balasan untuk tuannya ya hampir setiap saat selalu memarahinya.
" Cukup ma."
Barra tidak tahan lagi. Bagaimana tidak, mama Arini sudah berbicara tentang kehidupan pribadi Barra, tentang Priscilla yang sangat tidak di sukai mama Arini.
Situasi sedikit memanas. Mama Arini mulai emosi karena menganggap Barra membela Priscilla.
Ending dari kejadian itu, Barra memilih keluar dari mobil.
Barra kesal, membanting pintu mobil dengan keras.
Setelah Barra turun, mobil kembali melaju, meninggalkan penguasa HG sendirian di tengah hutan di sore hari.
Beberapa meter di depan, mobil kembali berhenti. Marwah nampak setengah berlari menghampiri Barra yang berjalan sendirian.
Setelah benar benar berjalan berdampingan, mobil melaju dengan kencang meninggalkan keduanya.
Helaan nafas terdengar berat di hembuskan perlahan . Marwah terpaksa turun agar Barra tidak sendirian.
Di dalam mobil.
Mama Arini tertawa terbahak-bahak.
" Bagaimana akting ku, Liam?"
" Akting?"
" Ya, kau pikir aku serius ?"
Liam mengangguk, apalagi dari pertengkaran barusan tidak ada sedikitpun terdengar keraguan mama Arini saat menghina Priscilla di depan Barra.
" Jadi nyonya sengaja membiarkan mereka berdua?"
Mama Arini mengangguk sembari mengusap ujung matanya yang berair.
" Tapi, ini di tengah hutan, nyonya."
" Sekitar satu atau dua kilo di depan, ada penginapan. Lagian , Marwah sangat hapal daerah sini."
Liam mengernyit." Apa nyonya punya maksud tertentu melakukan ini?"
" Ya, kau tau aku sangat tidak menyukai kekasih Barra, jadi aku berencana menjodohkannya dengan Marwah."
Liam terdiam.
" Liam..."
" Iya nyonya."
" Bagaimana pendapatmu soal Marwah?"
" Dia wanita yang cantik, baik dan ramah."
" Kau benar. Tapi, apa kau tau latar belakang keluarganya?"
" Sejauh ini, yang saya tau kalau nona Marwah memiliki orang tua yang berprofesi sebagai dokter."
" Hanya itu?"
" Iya , nyonya."
Mama Arini menghela nafas.
" Dengarkan baik baik. Marwah adalah cucu dari keluarga Brawijaya."
Mobil tiba tiba saja berhenti, mengeluarkan suara decitan yang cukup keras.
" Hati hati , Liam !! " Pekik mama Arini.
Terkejut, Liam tanpa sadar menginjak rem secara mendadak, membuat kepala mama Arini terantuk di jok depan.
" Maaf nyonya, saya kaget."
Mama Arini mengusap kepalanya .
" Ja,,jadi...nona Marwah adalah salah satu cucu Brawijaya ?" Liam kembali menanyakan seolah tidak percaya.
" Mmmm...aku juga baru tau."
Liam sumringah.
" Ini jackpot , nyonya."
" Iya, kau benar. Tugasmu sekarang, buat bos gila mu itu jatuh cinta pada Marwah."
" Siap, nyonya."
Kendaraan melaju dengan kecepatan sedang. Tadinya, Liam berencana untuk kembali dan membawa serta Barra dan Marwah, kasihan juga melihat sang bos berjalan kaki di pinggiran hutan. Tapi sekarang, niat tulusnya itu dia urungkan.
Sementara itu, Barra berjalan sembari mengumpat. Marwah di belakangnya hanya menggeleng pelan.
" Kenapa kau turun?"
" Oo,,,aku hanya takut, di sini banyak hewan buas, nanti pak Barra kena makan,,bagaimana?"
Barra terdiam sesaat, tiba tiba bulu kuduknya berdiri. Bagaimana jika betul itu terjadi? Apa mungkin hidupnya akan berakhir di kunyah singa lapar?
Marwah terkekeh .
Barra berhenti melangkah, menoleh ke belakang dan menatap Marwah dengan tatapan tajam.
" Ada yang lucu?"
Marwah mengatupkan kedua bibirnya, kemudian menggeleng. " Tidak ada."
" Kenapa kau tertawa?"
Sifat jahil Marwah muncul ke permukaan.
" Saya hanya membayangkan singa singa itu muncul dan menerkam pak Barra. Kalau itu terjadi , pak Barra tidak akan bisa marah marah lagi."
" Ooo...jadi kau mau membunuh ku?! Kau pikir singa itu hanya akan menerkam ku? Jangan salah, mereka juga menyukai tulang tulang wanita cantik seperti mu." Kesal Barra.
Kembali Marwah terkekeh, kali ini lebih keras dari sebelumnya." Jadi, di mata pak Barra saya terlihat cantik, ya?"
Barra terkesiap. Perkataannya beberapa detik lalu terlintas.
" Siapa bilang?!" Barra salah tingkah.
" Tadi,,,katanya singa menyukai tulang wanita cantik seperti saya, iya kan?"
" Hhmmmm.."
Akhirnya Marwah tertawa . Saking lucunya, dia sampai memegang perut nya.
Barra tak henti menatap sekertaris pribadinya itu. Tawa itu begitu candu, di tambah raut kemerahan yang terpancar dari terpaan sinar mentari sore yang semakin mempercantik kulit putihnya.
Barra terpana sesaat.
Setelah bisa menguasai keadaan. Marwah menghentikan tawanya, apalagi Barra sedang memindainya dengan tatapan aneh.
Netra mereka bersitatap. Saling menyelami apa yang ada di pikiran mereka masing masing. Namun, Marwah segera memutus nya. Netranya memilih menatap hutan di sisi jalan yang mulai terlihat menyeramkan karena matahari hampir tenggelam.
" Hmm..apa ada penginapan dekat sini?"
" Ada, sekitar satu kilo lagi di depan."
" Percepat langkah mu....malam hampir tiba."
" Iya, pak..."
...****************...
semoga aja Arhan ga jadi nikah sama Safa
ada sesuatu,bom yg akan meledak nantinya
hati2 Arhannnnn😈
padahal sudah di tawari 😌
egois kamu hannnn
Jan gitu dongggg
cewek di dekati ambil hatinya dulu
(grudak gruduk kaya giniiiiii😏)
sama2 bukan orang sembarangan
yg 1 sudah dapat dukungan dr keluarga besar dan Abi Ezar
yg satu pergerakan masih ketinggalan siapa diantara kalian yg akan jadi jodoh safa😃💪🏻💪🏻💪🏻
astagfirullah knpa jadi mendoakan yg engga2 /Facepalm/