Seorang gadis melihat sang kekasih bertukar peluh dengan sang sahabat. seketika membuat dia hancur. karena merasa di tusuk dari belakang oleh pengkhianatan sang kekasih dan sang sahabat.
maka misi balas dendam pun di mulai, sang gadis ingin mendekati ayah sang kekasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tulisan pena R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Om Arif memarkirkan mobilnya di taman kota, siang siang begini taman kota terlihat sangat sepi.
Om Arif memberikan sebuah paperbag ke arah ku.
"Kamu sudah makan siang?? Kalau belum makan lah itu dulu, baru setelah itu kita bicara."
Aku mengintip isi paperbag itu. Nasi kotak dan sebotol air mineral. "Apa perlu waktu lama???" Tanya ku.
"Tidak."
"Kalau begitu, aku makan nanti saja di kos."
"Jadi, apa kita bisa mulai pembicaraan kita??" Tanyanya seperti sebuah permintaan izin.
Aku pun mengangguk.
"Aku sudah bilang tadi di chat kalau aku akan kembali ke Surabaya malam ini. Ada pekerjaan yang harus aku urus. Apa kamu sudah tidak apa-apa???" Tanyanya yang terdengar khawatir.
"Aku??? Kenapa dengan aku, Om???" Aku malah balik bertanya heran.
"Apa kamu butuh sesuatu???"
Aku menggeleng. "Tidak . Sebenarnya apa yang ingin Om katakan??"
Om Arif mengusap wajahnya dengan kasar.
"Bisa nggak kamu tidak membuat aku khawatir seperti malam itu?? Jangan sendiri an di tempat sepi!!!"
Aku terperangah. Dia memang mengkhawatirkan aku.
"Aku akan ke Surabaya, Rel. Bagaimana jika hal seperti malam itu terjadi lagi???" .
"Tidak akan. Aku Janji, Om. Saat cuaca mendung. Aku tidak akan kemana mana." entahlah melihat dia mengkhawatirkan ku, hatiku terasa berdenyut nyeri.
"Tentang pekerjaan part time kamu disini.... Apa bisa kamu gunakan kartu itu saja, Aurel??? Bekerja sampai malam, itu tak baik untuk gadis seperti kamu. Kartu itu sudah jadi milik kamu "
"Rencananya aku memang mau resign, Om...."
Om Arif menatap ku lekat. Aku membeku. Harus kah aku katakan jika aku akan kembali ke Surabaya.???
Ah, tidak tidak. Rencana ku, aku tidak akan pulang ke rumah dulu. Aku akan mencari kos dekat perusahaan.
Aku tidak ingin bertemu Papa dulu, papa tahu kalau Om Arif bekerja di Surabaya. Bisa bisa papa akan menyuruh aku tinggal bersama nya. Aku tidak mau terlalu banyak berinteraksi dengan Om Arif.
Toh bulan depan wisuda ku, jadi Om Arif tidak akan sampai tahu kebohongan ku.
"Kamu yakin mau resign??"
Aku mengangguk. "Aku ada pekerjaan lain, Om.\_
"Apa???"
"Pekerjaan kantor. pagi sampai sore. Rekomendasi dari profesor aku."
Aku sengaja menutupi pekerjaan ku yang akan aku jalani kedepannya. Om Arif tidak perlu tahu kalau aku di Surabaya. Surabaya kan luas.
Om Arif mengangguk. "Masih tinggal di kos itu???"
"Aku sudah bayar sampai akhir September, sampai wisuda bulan depan. " Ujar ku. Aku tak bohong kan??? Meskipun tak aku tempati tapi kan benar aku sudah bayar.
Om Arif mengangguk. "Jangan terlalu memaksa kan diri, Aurel. Gunakan kartu itu saja. Insya Allah untuk keperluan kamu itu cukup. Kabari saja jika kamu butuh lebih."
"Baiklah, Jangan sampai menyesal jika tiba-tiba kartu ini saldonya kosong, Om jangan menagihnya. Itu bukan hutang." kekeh ku
"Tidak akan." Tegas Om Arif. "Ingat Aurel walaupun aku tidak disini, kamu jangan ragu kabari aku tentang apapun. Sebisa mungkin aku akan membantumu. Meskipun bukan dengan tangan ku sendiri. Tapi aku pastikan akan ada yang membantu kamu."
Aku tercekat. Kenapa dia harus se care itu padaku??? Dia sungguh terlalu mendalami peran.
"Satu lagi, Jangan sampai lupa laporan kamu. Atau aku benar benar akan mendatangi kamu dan menyeret kamu ikut aku ke Surabaya." Ancam nya.
"Astaga, iya iya, Om. Sadis banget sih jadi orang." Keluh ku.
"Patuh lah, maka aku tidak akan menyulitkan kamu." Ujarnya.
Aku mengangguk. "Iya, iya, On. Tapi kedepannya seperti nya aku akan sangat sibuk. Mungkin senggang saat jam istirahat kantor dan pulang kerja....."
"Sebelum berangkat, saat istirahat, dan saat pulang. Pastikan 3 waktu utama itu. Aurel. Meskipun hanya satu huruf saja yang kamu kirimkan itu sudah cukup. Paling tidak aku yakin kamu aman." Tandas Om Arif.
Aku mengangguk patuh. Hatiku berdesir hebat. Kenapa perhatian nya membuat aku cemas sekarang?? Apa aku melewatkan sesuatu???
*
"Aurel!!"
Sebuah suara dari arah belakang membuat aku turun dari ojek online yang aku tumpangi.
Bang Aril, sang pemilik cafe tempat aku bekerja. Terlihat berjalan cepat ke arah ku.
Aku melepas helm yang aku gunakan, lalu mengembalikan pada kang ojol.
Kang ojol kembali menjalankan motor nya kembali untuk berpetualang mencari penumpang.
Bang Aril mensejajari langkah ku. "Bisa ke ruangan ku sebentar, Rel??? Ada yang ingin aku bicarakan padamu."
"Ada apa ya, Bang???"
"Di ruangan ku saja. Gak enak kalau disini nanti ganggu pengunjung."
Aku pun mengangguk. "Aku check clock dulu ya Bang, sekalian ganti baju."
Bang Aril mengangguk.
Setelah itu aku langsung ke ruangan Bang Aril.
Tok Tok Tok
Aku mengetuk pintu ruang kerja Bang Aril.
"Masuk.!!"
Aku membuka pintu itu lebar lebar, lalu masuk ke dalam ruangan nya. Bang Aril mempersilahkan aku duduk.
"Aku dengar bulan depan kamu sudah wisuda, Rel. Lalu apa rencana Kamu setelah nya???"
Aku menautkan kedua alis ku. "Rencana???" desis ku tak mengerti.
Bang Aril tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Ya Rencana kamu Setelah wisuda?? Apa kamu masih tetap bekerja disini atau ...".
"Aku akan pulang ke Surabaya, Bang. Ke kota asal ku. Kebetulan aku juga sudah menerima tawaran kerja disana."
"Tawaran kerja???"
Aku mengangguk. Profesor aku yang merekomendasikan aku di perusahaan Surabaya. Insya Allah Senin besok aku sudah bisa masuk kerja."
"Senin besok???" Mata Bang Aril terbelalak kaget.
"Iya, Bang. Jadi, sekalian aku mau izin resign. Insya Allah kamis besok aku bawa surat pengunduran diri aku, Bang."
Bang Aril bangkit dari tempat duduk nya. Dia terlihat gelisah.
"Kenapa semendadak ini, Rel??? Kamu baru kembali dari Surabaya dan...." Bang Aril menyentak nafas kasar.
"Aku juga baru dapat kabar dari profesor tadi pagi Bang. Saat aku menyerahkan revisi ku."
Bang Aril menarik nafas dalam-dalam. Lalu kembali duduk di sofa depan ku.
"Sebenarnya, bukan masalah jika kamu resign dari sini, Rel, karena cepat atau lambat kamu pasti akan resign. Pekerjaan disini tidak menjanjikan apapun. Hanya saja....." Bang Aril menggantung kan kalimat nya.
Dia menatap ku dengan intens dan itu membuat aku tidak nyaman.
"Pacar kamu kemarin datang. Dia terlihat kacau. Jika aku tidak salah menebak hubungan kalian sudah berakhir kan???
Aku terkesiap.
"Aku berbicara sedikit dengan nya kemarin yang aku tangkap, seperti itu."
"Maaf, Bang hubungan ku dengan Aldo aku pikir tidak ada hubungan nya dengan pekerjaan. Jadi tidak etis jika Abang membahas nya." Sergah ku menunjukkan ketidak sukaan ku.
"Aku tahu, Rel, maaf. Seharusnya aku memang tidak mengatakan apa apa. Tapi jika kamu semendadak itu untuk keluar dari sini. Aku takut kalau aku tidak memiliki kesempatan lain." ujar Bang Aril.
Kesempatan????
ak nantika eps berikutnya
kasian om Arif 😔
Aurel Aurel kamu menyebalkan
Brravo Om Jo. semangat Aurel untuk mendapatkan hati Om Arif.