Ashella Zyla Aurora, gadis yang sangat suka membaca komik. Ia sangat suka membaca novel online atau komik, tapi yang paling Ashel suka adalah membaca komik karena ia bisa melihat langsung karakter tokoh yang sangat tampan dengan gambar yang di buat oleh sang penulis.
Namun sesuatu terjadi, ini sangat diluar akal sehat. Bagaimana bisa saat ia sedang membaca komik, ia malah masuk ke dalam komik tersebut. Dan yang paling parah ia memasuki tokoh antagonis yang sering membully, bahkan saat ia memasuki komik tersebut ia sedang membully seorang cowok culun yang memakai kacamata.
"Udahlah Sha, kasian tuh cowok culun udah babak belur."
"Lo ngomong sama gue? "
"Iya Aleesha."
"Aleesha? gue? " tunjuk Ashella pada dirinya sendiri.
"Ya lo lah, yang namanya Aleesha iris Zephyrine kan cuman lo."
Nama yang sangat familiar, Ashel sangat tahu siapa pemilik nama tersebut. Itu adalah nama antagonis perempuan di komik Charm Obsession.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Echaalov, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 - Cowok imut
"Jadi gue benar-benar ngebully dia karena dia imut? " Sheryn dan Lucas menganggukkan kepalanya.
"Tapi kenapa Lucas gak gue bully? "
"Gue kan pacar Luna," ujar Lucas menatap Sheryn.
"Masuk akal, tapi ini beneran gue bully dia karena dia imut? bukan karena dia numpahin kuah ke sepatu gue atau nabrak gue? " tanya Aleesha masih tidak percaya dengan alasan Aleesha membully Aidan.
"Itu terlalu dramatis tapi ada kok yang lo bully karena itu, tapi gak tahu yang mana soalnya korban bully lo banyak," ucap Sheryn santai, seakan-akan itu bukan hal yang besar.
"Emang sebanyak itu? " Aleesha tidak percaya, namun anggukan Sheryn dan Lucas akhirnya membuat Aleesha percaya. Karena tidak mungkin mereka berdua berbohong kepadanya.
Bruk!
Suara orang menabrak meja, mengalihkan perhatian Aleesha. Ia menatap kepada dua orang temannya."Sheryn, Lucas gue mau nyelesain masalah yang gue buat."
Aleesha mendekati tempat terjadinya pembullyan itu. Sheryn dan Lucas hanya menatap kepergian Aleesha. Kalau datang masalah yang membuat Aleesha kewalahan, baru mereka maju membantu Aleesha.
"Kita ngawasin aja? " tanya Sheryn.
"Untuk sekarang kita awasin dulu, tapi kalau Aleesha butuh bantuan, saat itu kita maju," Sheryn menganggukkan kepalanya.
Kedatangan Aleesha disambut baik oleh rombongan perempuan itu. Aleesha menatap penampilan mereka, baju yang kurang bahan dan make up yang tebal. Pantas saja mereka jadi anak buah Aleesha karena dandanan mereka seperti Aleesha. Tapi kalau Aleesha begitu terlihat cantik dan elegan sedangkan mereka terlihat seperti ondel-ondel. Ingin rasanya ia tertawa tapi ini bukan waktu yang pas untuk melakukan itu.
"Aleesha mau gabung ya."
"Udah lama kamu gak gabung ngebully dia."
"Liat muka memelasnya keliatan jijik banget."
"Cowok kok lemah gini."
"Ngeliat wajahnya bikin gue jijik."
Aleesha menatap pemuda yang menundukkan kepalanya sepertinya ia malu atau ia takut dan tidak mau bertatapan dengan orang yang sudah membullynya.
Aleesha memegang dagu pemuda itu agar bisa menatapnya. Kini wajahnya terlihat jelas di matanya.
Wajahnya emang imut tapi tidak seimut Lucas. Tapi pemuda ini terlihat imut dengan aura soft boy. Matanya terlihat berkaca-kaca, Aleesha jadi merasa bersalah.
Melihat Aleesha yang begitu semua orang mengira Aleesha akan kembali membully cowok itu.
"Langsung aja Sha tampar dia gue enek liat wajah memelasnya."
"Cowok kok letoy gitu, jijik banget kayak cewek."
"Minimal ngelawan lah kalau emang merasa cowok, ini mah diam aja jadi keliatan banget lemahnya."
"Guys gimana kalau ternyata dia cewek."
"Kita harus buktiin."
Cewek-cewek itu mendekat ke arah Aidan. Aidan terlihat ketakutan badannya gemetaran, mereka sudah keterlaluan.
"Berhenti disana jangan bergerak, jangan sentuh dia," suara Aleesha terdengar dingin.
"Oh mau lo yang buktiin? " ucap salah satu dari mereka, yang lainnya terlihat tertawa.
"Berisik," mereka semua langsung menghentikan tawanya begitu Aleesha menatap mereka datar.
Aleesha memegang tangan Aidan, membuat cowok itu terkejut. Bukan hanya Aidan semua orang yang ada disana terkejut.
"Ikut gue," ujar Aleesha kepada Aidan.
"Kalian jangan sok akrab sama gue, kita gak sedekat itu," Aleesha menatap cewek-cewek itu dengan wajah yang tidak suka.
"Gue lebih jijik liat wajah lo semua yang dempul," sinisnya.
Aleesha membawa Aidan menuju meja Sheryn. Semua mata menatap pergerakan Aleesha, mereka semua seperti tidak ingin mengalihkan pandangan dari Aleesha.
Aleesha sudah berdiri di meja Sheryn, ia duduk di kursi yang ada. Ia meminum susu strawberry kesukaannya.
"Sha," panggil Sheryn. Aleesha menaikkan sebelah alisnya bertanya. Sheryn menatap Aidan yang masih berdiri di sebelah Aleesha. Aleesha mengikuti tatapan Sheryn.
"Kenapa gak duduk? "
"Duduk dimana? " tanya Aidan. Namun ia segera sadar tidak mungkin Aleesha menyuruhnya duduk di sampingnya. Pasti Aleesha menyuruhnya duduk dilantai. Aidan merutuki dirinya yang menanyakan pertanyaan bodoh. Ia pun akan duduk di lantai, namun segera ditahan oleh Aleesha.
"Lo mau ngapain? " tanya Aleesha terkejut.
"Duduk dilantai sesuai perintah Aleesha," ujarnya pelan.
Aleesha menghembuskan nafasnya lelah, ternyata menjadi orang baik tidak semudah itu.
"Gue emang nyuruh lo duduk tapi bukan di lantai, sini duduk di samping gue," Aleesha menepuk kursi kosong disebelahnya.
Aidan merasa tidak enak. Karena Aidan masih tidak bergeming, Aleesha pun menarik tangannya. Akhirnya Aidan duduk di kursi sampingnya.
"Gue ambil makan dulu," Aleesha beranjak dari tempat duduknya menuju stan makanan.
Aidan menatap kepergian Aleesha, kemudian ia menatap canggung Sheryn dan Lucas yang menatapnya.
"Lo baik-baik aja? " tanya Lucas.
"Aku baik-baik aja," ucap Aidan tersenyum.
Aleesha datang dengan membawa nampan makanan. Ia memberikan makanan dan minuman itu kepada Aidan.
"Buat aku? " Aidan memastikan takutnya ia terlalu kegeeran.
"Iya buat lo, makan jangan sampai tersisa sedikit pun," di pikiran Aidan tu terdengar seperti ancaman.
"Iya," Aidan mulai memakan makanannya. Begitupun dengan Aleesha.
Setelah mereka selesai makanan barulah Aleesha ingin memulai pembicaraan dengan Aidan.
"Aidan," panggil Aleesha, Aidan menatap Aleesha menunggu kelanjutan ucapannya.
"Gue minta maaf udah ngebully dan bikin orang lain juga ngebully lo, kesalahan gue pasti sulit dimaafkan tapi gue janji gue gak akan biarin orang lain ngebully lo lagi," terlihat penyesalan dimata Aleesha.
"Aku udah maafin kamu kok jauh sebelum kamu minta maaf," ucapnya tersenyum.
Membuat Aleesha tidak enak. Bisa-bisanya Aleesha asli ngebully cowok sebaik ini.
"Serius? "
"Iya," Aidan terlihat tidak membencinya, dan tidak ada kebohongan dimatanya.
"Kok lo bisa maafin gue semudah itu."
"Lagian itu wajar kok, semua cewek emang ngeliat aku gak suka karena dimata mereka aku imut, mungkin karena itu mereka tidak suka ngeliat aku," ujarnya sedih.
"Benar sangat sulit mempunyai wajah kayak gini," ujar Lucas. Bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Aidan. Sheryn menatap pacarnya lalu ia memegang tangan Lucas. Lucas tersenyum menatap Sheryn.
"Tapi mungkin karena itu juga aku bisa dilirik oleh agensi dan menjadi trainee."
"Gini aja sebagai penebus kesalahan gue selama ini, mulai sekarang lo jadi teman gue dengan begitu lo gak akan di bully lagi, karena tidak ada yang berani sama gue," Aleesha mengibaskan rambutnya membanggakan diri.
"Teman? "
"Iya teman, lo mau kan? " tanya Aleesha, takutnya Aidan mempunyai trauma karena pembullyan yang ia lakukan jadi ia harus memastikan ini. Memikirkan ini tiba-tiba ia teringat kepada Theo. Ia tidak menanyakan hal seperti ini kepada Theo. Aleesha merasa bersalah mungkin saja Theo menjauhinya karena pemuda itu mempunyai trauma saat menatap Aleesha.
Gue akan nanya ini ke Theo
"Iya mau aku mau," ujar Aidan dengan mata yang berbinar.
"Oke mulai sekarang lo teman gue," Aleesha tersenyum.
Di meja tidak jauh darisana ada seorang pemuda yang sedaritadi memperhatikan Aleesha.
Kenapa dia bisa tersenyum kepada cowok lain?
Pemuda itu mengepalkan tangannya marah. Lalu pergi begitu saja dari kantin.