Hidup Brianna hancur lebur, karena ulah seorang pria tidak bertanggung jawab yang mengincar saudara kembar nya. Briella telah melakukan sebuah kesalahan fatal, hingga membuat Aarav Anderson menaruh dendam pada nya. Niat hari ingin membalas dendam pada Briella, tapi justru Brianna lah yang harus menanggung semua nya.
Brianna diusir dari rumah dalam keadaan terhina. Tidak ada satu orang pun yang membela nya, termasuk juga Briella. Bahkan gadis itu menutup mata walaupun tau jika tragedi ini disebabkan oleh ulah nya sendiri. Seolah takdir belum cukup mempermainkan hidup nya, beberapa tahun kemudian dia mendapatkan kabar jika pria yang dulu menghancurkan hidup nya, akan bertunangan dengan Briella.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mecca SK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Briella terbangun ketika hari sudah menjelang siang. Begitu dia membuka mata nya, suasana berantakan kamar hotel lah yang pertama kali tertangkap oleh indra penglihatan nya.
Ah... Benar. Tadi malam dia mabuk dan menghabiskan waktu dengan menginap di hotel ini!
Dia menoleh ke samping, guna mencari keberadaan Erlangga, namun cowok yang menemani nya semalaman itu sudah tidak ada. Seperti nya cowok itu pergi begitu saja bahkan tanpa repot - repot menunggu diri nya bangun. Benar - benar cowok kurang ajar, yang pergi setelah puas mendapatkan kenikmatan.
" Ugh... Kepala gue pusing! " Keluh Briella ketika dia memaksakan diri untuk bangun.
Dia pergi ke kamar mandi, untuk membersihkan kekacauan di tubuh nya. Badan nya terasa sangat lengket dan tidak nyaman, semua itu karena semalaman dia dan Erlangga terus berolahraga hingga keringat mengalir deras dari tubuh kedua nya.
Selesai mandi, dia mencari keberadaan tas dan juga handphone nya yang tergeletak begitu saja di lantai. Kedua benda itu terabaikan oleh nya sejak semalam, dan baru kali ini Briella melihat nya lagi.
10 panggilan tidak terjawab dari Papa nya!!!
Astaga... Briella mendadak gugup dan takut jika diri nya akan dicurigai oleh kedua orang tua nya. Karena itu lah dia memutuskan untuk cepat - cepat pulang, dan orak nya mulai memikirkan berbagai alasan yang bisa dia berikan pada kedua orang tua nya. Dia juga berdoa agar bisa sampai ke rumah, sebelum kedua orang tua nya tiba.
Bagus!
Di parkiran rumah nya, sama sekali tidak ada mobil kedua orang tua nya. Hal itu menjadi penanda jika kedua nya belum lah pulang dari luar kota.
Briella segera pergi ke kamar nya, dan mengganti pakaian nya dengan piyama. Dia juga mengaplikasikan sedikit makeup di wajah nya, agar terlihat pucat dan mendukung rencana nya yang akan berpura - pura sakit. Dia akan mengaku demam, sehingga tanpa sadar mengabaikan panggilan telefon dari kedua orang tua nya.
Bukan kah otak nya ini sangat pintar? Dia mampu memikirkan sebuah rangkaian alibi di saat terdesak. Mungkin itu adalah bakat terpendam nya, yang tidak diketahui oleh orang banyak. Termasuk juga kedua orang tua nya sendiri.
Sekitar satu jam kemudian, Briella mendengar deru kendaraan mendekat dan masuk ke area rumah. Dia mengintip dari celah jendela kamar, untuk memastikan siapa yang datang. Dan dia merasa lega karena itu adalah mobil kedua orang tua nya.
" Oke... Gue harus mulai berakting sekarang! " Gumam nya.
Dia baik ke atas tempat tidur, dan menyelimuti tubuh nya sampai ke leher. Setelah nya dia memejamkan mata nya dengan rapat, dan menunggu kedatangan kedua orang tua nya ke kamar.
Pintu kamar terbuka, dan Mama terlihat membuka lebar gorden kamar nya. Membuat cahaya matahari masuk dan membuat nya merasa sangat silau.
" Ugh... Mama sudah pulang? " Tanya Briella dengan suara serak khas bangun tidur.
Mama Mita mendekat dan menatap lekat putri nya, " Kami pulang karena cemas pada mu, Briella. Kemana saja kau? Mengapa telfon dari kami tidak kunjung kau angkat dari semalam? "
" Ah, maaf ma... Semalaman aku demam, dan tidur setelah minum obat. Aku tidak sadar jika Papa dan Mama menelfon ku. Aku benar - benar menyesal! "
" Kau demam? "
Briella mengangguk pelan, " Tapi sekarang sudah jauh lebih baik, walaupun kepala ku masih terasa sedikit pusing. Mungkin nanti setelah minum obat lagi, aku akan segera membaik! "
Mama Mita mengangguk. Dia dengan lembut mengelus kepala Briella, sebelum akhirnya meninggalkan kamar putri nya itu agar bisa melanjutkan istirahat nya. Sekarang dia menghampiri suami nya yang baru saja mandi di kamar mereka.
" Bagaimana Briella? " Tanya Papa Dion.
" Ternyata tadi malam dia demam, sehingga ketika kita menelfon nya dia tidak sadar karena sudah tertidur setelah minum obat. Tapi sekarang kondisi nya sudah membaik! " Jawab Mama Mita.
" Hmm... Baguslah. Kukira semalam dia pergi kelayapan dan tidak pulang ke rumah. Kita harus menjaga nya dengan ketat, karena hanya dia lah satu - satu nya anak yang bisa kita harapkan di masa depan! "
" Lalu bagaimana dengan Brianna? "
" Aku sudah tidak menganggap nya sebagai anak, sejak dia menaruh kotoran di wajah ku dengan kelakuan nakal nya itu. Biarkan ibu ku yang mengurusnya di Inggris, agar dia bisa tumbuh dengan benar! "
Mama Mita menghela nafas panjang, " Tapi sampai sekarang ibumu belum berhasil menemukan keberadaan nya, kan!? Bagaimana jika terjadi sesuatu yang buruk pada Brianna, dan kita sebagai orang tua justru tidak mengetahui nya. Bukan kah kita yang akan disalahkan jika terjadi hal yang seperti itu!? "
Papa Dion memeluk tubuh Mama Mita, dan menenangkan istri nya yang tampak kalut itu. " Mereka pasti akan segera menemukan nya. Apakah kau lupa jika Ayah tiriku itu cukup berkuasa di sana? Dia pasti akan menurunkan semua anak buahnya untuk mencari keberadaan Brianna di sana! " Sahut nya.
" Bagaimana jika mereka semua justru mengabaikan nya? "
" Jika seperti itu, maka Brianna harus survive dengan hidup nya sendiri. Kejadian ini terjadi karena ulah nya, dan dia harus bertanggung jawab terhadap perbuatan nya itu. Tapi aku yakin dia tidak akan bertahan lama dengan kekeras kepalaan nya itu, dan akan kembali dengan sendirinya ke rumah ibuku. Dia hanya seorang bocah yang tidak tahu akan pahit nya hidup! "
Mama Mita menghela nafas panjang. Walaupun dia merasa marah, kesal, juga kecewa dengan sikap Brianna, tapi bagaimana pun juga anak itu tetaplah anak kandung nya. Dia akan merasa bersalah, jika terjadi sesuatu yang buruk pada nya.
Tapi semoga saja tidak...
***
" Rawat dia dengan baik, dan sediakan apapun yang dibutuhkan oleh nya. Jangan buat dia merasa tertekan di sini, dan langsung kabari aku jika dia sudah sadar nanti! " Ucap seorang pria, pada dua orang maid yang berada di hadapan nya.
" Baik, Tuan! "
Pria itu menoleh dan menatap Brianna yang masih tertidur di atas tempat tidur nya, sebelum akhirnya pergi ke luar dari kamar nya. Dia tidak bisa terus menunggui gadis itu hingga sadar nanti, karena ada tanggung jawab di perusahaan yang harus dia penuhi. Tapi sebagai ganti nya dia memerintah dua orang maid itu, untuk melayani gadis nya dengan baik.
Gadis nya?
Pria itu tersenyum tipis memikirkan klaim sepihak yang seenak nya dia lakukan pada Brianna. Dia memang sudah mengenal gadis itu luar dalam, bahkan juga semua kehidupan nya ketika berada di Indonesia hingga bisa terbuang ke Inggris seperti saat ini. Namun Brianna justru sebaliknya.
Gadis itu sama sekali tidak mengenal nya, dan hal itu lah yang membuat nya merasa tidak pantas untuk melakukan klaim sepihak seperti tadi.
Setelah pria itu pergi, kedua maid melakukan tugas dengan baik. Mereka mulai menyiapkan segala kebutuhan Brianna, yang mungkin akan digunakan saat setelah sadar nanti. Seperti pakaian dan keperluan pribadi lainnya, juga makanan dan obat agar tubuh gadis itu bisa cepat pulih sepenuhnya.
Sekitar satu jam kemudian, akhirnya Brianna sadar. Dia membuka mata nya dengan lebar, dan menatap dengan liar ke sekitar. Kamar yang saat ini ditempati oleh nya terasa sangat asing untuk nya.
" Gue ada di mana? " Gumam nya lirih.
Krek...
Pintu kamar terbuka, dan kedua maid tadi datang membawakan makanan untuk Brianna. Mereka tersenyum dengan sopan, begitu melihat gadis itu sudah sadar dari tidur panjang nya.
" Selamat pagi, Nona. Apakah ada keluhan yang Anda rasakan sekarang? " Tanya salah satu Maid.
" Tidak ada keluhan apapun, selain tubuh ku yang masih merasa lemas. " Jawab Brianna. Dia menatap kedua pelayan itu dengan lekat. " Dimana ini? Dan mengapa aku bisa berada di sini? "
" Nona sedang berada di kediaman pribadi Tuan Drake. Anda ditemukan pingsan oleh Tuan Muda, dan dibawa ke sini untuk mendapatkan perawatan! "
" Siapa Tuan Drake? "
Kedua pelayan itu saling menatap seolah bingung dengan pertanyaan Brianna. Bagaimana bisa Tuan nya menolong seorang gadis, yang sama sekali tidak mengenal nya. Apakah mungkin Tuan nya itu menemukan Brianna pingsan di jalanan?
" Beliau adalah orang yang menolong Anda, Nona! "
Brianna memijat pelipis nya yang mendadak berdenyut. Ingatan akan kejadian semalam, sedikit demi sedikit mulai muncul di kepala nya. Dia bisa pingsan karena mendapatkan serangan dari Rhino, namun untung nya dia segera ditolong oleh seorang pria sebelum kesadaran nya hilang sepenuh nya.
Ah, pria itu!
Brianna ingat jika yang menolong nya adalah pria yang pernah dibantu oleh nya, ketika mengalami kelaparan beberapa hari yang lalu. Entah bagaimana cara nya pria itu bisa datang ke unit apartemen nya, namun dia bersyukur karena pria itu datang tepat pada waktu nya sebelum Rhino melakukan sesuatu yang buruk pada nya.
Jadi nama pria itu adalah Drake?
Hmm... Nama yang terasa sangat cocok untuk pria itu, karena sesuai dengan penampilan nya yang tampan, dingin dan misterius. Brianna rasa kedua orang tua nya pasti sudah memprediksi masa depan pria itu, jauh sebelum memberinta nama itu.
Kedua pelayan itu menata makanan di sebuah meja, yang kemudian diletakkan di hadapan Brianna. " Anda harus makan dulu, Nona. Setelah nya anda bisa minum obat dan mandi jika merasa tubuh anda tidak nyaman! " Ucap nya.
" Terimakasih. Tapi kalian tidak perlu repot - repot melayani ku seperti ini. Aku bisa memgurus segala keperluan ku sendiri, selama diijinkan untuk melakukan nya di sini! " Sahut Brianna dengan ekspresi tidak nyaman.
Dalam hidup nya, dia tidak terbiasa merepotkan orang lain. Bahkan sering kali dia menyiapkan segala kebutuhan nya sendiri di rumah, walaupun sudah disediakan pembantu oleh kedua orang tua nya. Karena itulah dia jadi merasa tidak enak, dan segan karena merasa merepotkan orang banyak.
" Kamu tidak repot sedikit pun, Nona. Ini sudah menjadi tugas kami, jadi jangan merasa sungkan terhadap kami! "
" Kalian baik sekali... "
" Anda orang yang penting bagi Tuan Muda kami, jelas kami harus melakukan yang terbaik untuk anda selama berada di kediaman ini. Silahkan katakan pada kami, apapun yang Anda butuhkan atau inginkan Nona, kami akan menyiapkan semua nya dalam waktu singkat! "
Brianna tersenyum canggung. Dia merasa seperti seorang putri yang sedang dilayani oleh para dayang nya. Semua ini benar - benar terasa berlebihan untuk nya, dan membuat nya sangat tidak nyaman.
Selesai makan dan minum obat, Brianna memutuskan untuk mandi. Dia berendam di air hangat yang penuh dengan taburan bunga, untuk merilekskan tubuh nya yang terasa sakit di beberapa bagian. Mungkin ini adalah salah satu efek samping dari obat yang disemprotkan oleh Rhino semalam.
Sialan!
Dia tidak pernah menduga jika pria itu adalah seorang pria mesum, yang sudah mengincar nya sejak pertama kali dia bekerja di restoran itu. Dia bersumpah akan membalas pria itu, setelah pulang ke apartemen nya nanti. Dia akan membuat pria itu masuk ke dalam penjara dengan tuduhan pelecehan terhadap nya.
Merasa badan nya sudah segar dan jauh lebih ringan, Brianna mengakhiri sesi mandi nya. Dia memakai Bathrobe untuk menutupi tubuh nya, dan keluar dari kamar mandi untuk menanyakan pakaian milik nya yang sempat dia minta tolong untuk dicucikan oleh kedua pelayan itu.
" Aah...!!! "
Brianna terkejut ketika melihat sosok pria di dalam kamar nya. Itu adalah si pria kelaparan, yang sudah menolong nya dari serangan Rhino semalam.
Drake!
" Kenapa kau menjerit seperti itu? Aku bukan hantu! " Keluh Drake.
" Ah, maaf. Aku terkejut melihat mu ada di kamar ini. Kau muncul disaat yang tidak tepat untuk ku! " Sahut Brianna.
" Di saat yang tidak tepat? "
Drake menarap Brianna yang saat ini sedang memegang erat Bathrobe yang dikenakan oleh nya. Pria itu mendengus kesal, ketika sadar bahwa memang dia masuk yang salah.
" Aku akan keluar dulu. Pakailah pakaian baru yang sudah para maid siapkan, aku yakin semua sesuai dengan ukuran mu! " Ucap pria itu sebelum akhirnya pergi dari kamar nya.
Brianna mengernyit ketika mendengar kata ' ukuran ' . Ketika dia melihat ke arah tempat tidur, dimana di sana sudah tersedia pakaian baru untuk dia kenakan sekarang. Sebuah dress selutut yang tampak cantik dan mahal, tak lupa juga sepasang pakaian dalam dengan warna yang senada dan seperti nya ukuran nya memang pas dengan nya.
Astaga!
Brianna baru sadar akan arti dari kalimat yang ditujukan oleh pria itu. Ukuran yang dimaksud pasti berkaitan dengan ukuran pakaian dalam yang tergeletak begitu saja di atas tempat tidur. Pria itu tadi sudah melihat nya, dan membandingkan dengan milik nya yang masih terbungkus Bathrobe.
" Dasar pria mesum!!! "