Dunia Tati hancur, ketika suami yang sangat dia cintai, yang dia harapkan bisa menjaganya, melindunginya. Malah menjualnya ke pria lain. Sedang suaminya sendiri malah selingkuh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irawan Hadi Mm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB. 16
Tati terjatuh dari pijakannya. Wanita itu menjadikan kursi dari meja rias sebagai tempat untuk kedua kakinya berpijak. Kursi yang sebelumnya ia tarik mendekati jendela. Mengingat tubuhnya yang mungil, sementara jendela tepat berada di atas dagunya.
Sementara pisau yang Tati gunakan untuk memotong teralis besi pada jendela, terlepas dari genggaman tangannya dan terjun bebas di antara rerumputan yang membentang di luar mansion.
"Kenapa Tuan datang mengejutkan ku? Gak bisa kah gak usah buat aku terkejut!" gerutu Tati, ia mengelus bokongnya yang mendarat di lantai marmer. Rasa sakit pada bo kong nya membuat urat takutnya putus pada Brian.
Brian melangkah masuk dengan sorot mata gak senang, kedua tangannya terkepal erat, giginya menggeretuk menahan amarah.
"Aku tidak akan mengejutkan mu selagi kau bisa patuh pada ku, Tati! Aku juga bisa memberikan mu izin keluar dari mansion ini, selagi kau tidak bertingkah!" seru Brian dengan tegas.
"Aku tidak butuh keluar dari tempat ini, tapi aku ingin kembali ke kehidupan ku yang sebelumnya! Dimana kita tidak saling kenal!" seru Tati dengan mata melotot tajam.
Brian menyamakan tingginya dengan Tati, lalu mencengkram pipi Tati dengan satu tangannya dengan yang erat.
Grap.
"Apa kau yakin ingin menyia-nyiakan tawaran ku ini? Kamu gak ingin balas dendam atas perbuatan suami laknat mu itu? Monika, wanita yang sudah menjerumuskan suami mu ke jurang perselingkuhan? Wanita yang bahkan sudah lama memiliki dendam dengan mu!" cecar Brian dengan tatapan meyakinkan.
Dada Tati bergemuruh kesal, netranya menyangkal tuduhan Brian prihal Junet yang berselingkuh.
'Gak mungkin mas Junet menyelingkuhi ku dengan Monika, lagi tau dari mana ini orang kalo Monika punya dendam dengan ku? Aku aja gak kenal sama ini orang! Masa iya dia tau banyak tentang ku? Kurang kerjaan bangat gak sih!' pikir Tati dengan kerutan di keningnya.
"Kata siapa suami ku berselingkuh dengan Monika?" Tati mencoba melepaskan cengkraman Brian dari pipinya. Dengan tatapan yang seakan menantang Brian.
"Apa kau pikir aku tengah membohongi mu, Tati?" seru Brian penuh penekanan.
"Bisa jadi kan! Apa alasan nya juga aku harus percaya dengan kata kata mu, Tuan? Kamu hanya membual Tuan! Omongan mu gak ada yang bisa di percaya!" tegas Tati.
'Dasar wanita keras kepala! Dan bodohnya aku jatuh cinta dengan mu pada pandangan pertama! Kau sudah mengusik ketenangan ku, Tati! Meski aku sudah mencoba mengusir mu dari pikiran ku! Nyatanya aku gagal, dan kau pemenang hati ku!' pikir Brian.
Kruk kruk kruk.
Tati tertunduk dalam, menyadari hal bodoh yang gak bisa ia sangkal. Bunyi keroncongan dari perutnya seakan memberi sinyal untuknya segera mengisi perut.
Brian menatap perut Tati yang masih rata, ‘'Dasar bodohh@!'
Sreek.
Dengan sekali tarikan, Brian berhasil menarik Tati dari posisinya. Bak karung beras, Tati ia panggul di salah satu bahunya. Brian melangkah dengan pasti, menjauh dari jendela. Membawa wanitanya itu ke sofa yang ada di kamar.
Bugh bugh bugh.
"Turunkan aku! Kau gila! Aku ingin turun!" jerit Tati dengan kepalan tangan memukul mukul punggung Brian.
Brian mendengus kesal, "Jangan berpikir untuk melawan ku! Jika makanan yang orang ku siapkan untuk mu saja tidak kau sentuh!"
"Aku tidak ingin makan. Makanan itu pasti sudah kau beri racun. Kau ingin melenyapkan ku kan?" tuduh Tati.
Brian terkekeh geli mendengar penuturan Tati. Laki laki itu menurunkan Tati dari bahunya lalu mendudukkan nya di sofa dengan hati hati.
"Jika makanan ini beracun, aku yang akan mati lebih dulu!"
Brian meraih sup ayam yang di sajikan dalam mangkuk, lalu menyuapi dirinya sendiri. Ia juga mencicipi makanan lain yang ada di atas meja.
"Kau lihat! Aku masih hidup! Aku baik baik saja! Makanan yang disajikan untuk mu, sudah aku pastikan aman tanpa racun!" ucap Brian, dengan tatapan meyakinkan.
Tati menggeleng, "Ya sudah, Tuan bisa habiskan semuanya jika ingin. Aku gak mau makan, aku hanya ingin pulang. Kembali berkumpul dengan papa dan mama ku."
'Aku juga akan membalas mas Junet, akan ku buat mas Junet hancur sehancur hancurnya.' pikir Tati dengan tangan terkepal.
"Makan dulu! Setelah selesai makan, ku izinkan kamu berbicara dengan orang tua mu!" Brian mengarahkan sendok yang berisi bubur ayam pada Tati, salah satu makanan favoritnya juga.
"Kamu serius?" tanya Tati dengan pendirian yang mulai goyah.
Sendok yang Brian arahkan bahkan lebih dekat dari bibir Tati.
"Aku bukan pria yang ingkar janji! Kau bisa pegang kata-kata ku!" seru Brian meyakinkan.
Tati menelan salivanya dengan sulit, netranya menatap ragu Brian, 'Seperti nya aku memang harus makan, mengganti tenaga ku yang sudah banyak di kuras oleh nya.'
Kruk kruk.
Cacing dalam perut Tati kembali berdemo.
"Tidak kasihan kah diri mu dengan cacing cacing dalam perut mu, Tati?" tanya Brian dengan datar.
Tati membuka mulutnya, menerima suapan demi suapin dari Brian.
Brian bernafas lega, 'Akhirnya, aku berhasil membuatnya mau makan.' batin pria itu.
"Kau sudah janji pada ku, Tuan! Akan izinkan aku menghubungi orang tua ku!" seru Tati, menagih janji yang di katakan Brian sebelumnya.
"Minum dulu!" Brian mengarahkan bibir gelas yang berisikan jus melon pada bibir Tati.
'Ternyata dia bisa sesabar ini menghadapi ku! Tapi kalo di pikir-pikir, dia kaya, tampan, pengusaha, kehilangan uang karena mas Junet gak mau bayar hutangnya aku rasa gak masalah. Toh dari Town Happy, Tuan Brian masih bisa mendapatkan keuntungan yang berkali-kali lipat.'
Brian mengelus pipi Tati dengan lembut, membuat wanita itu seketika memundur kan kepalanya dengan tertegun.
"Kau mau apa lagi, Tuan? Kamu gak akan memaksa ku untuk tidur dengan mu lagi kan?" tanya Tati takut takut.
Bukannya menjawab pertanyaan Tati, Brian justru mengatakan hal lain.
"Katakan pada orang tua mu, bebaskan Junet dan sekretarisnya. Biar aku yang membalas kedua orang itu. Apa pun yang terjadi pada perusahaan yang di urus Junet, minta orang tua mu untuk tutup mata." jelas Brian, seakan mewanti-wanti wanitanya itu.
Tati mengerutkan keningnya penuh tanya, "Apa yang mau kamu lakukan pada perusahaan ku, Tuan? Itu perusahaan yang sudah aku bangun dari nol bersama dengan mas Junet!" kata Tati.
"Mau bicara dengan orang tua mu atau tidak?" tanya Brian dengan nada mengancam.
Brian memperlihatkan ponsel pintarnya, terdapat nama Temmy dan nomor kontaknya. Tanpa ragu, Brian menghubungi nomor itu.
Tati cukup terkejut, sebelum dia memberitahu pada Brian, nomor ayahnya. Pria itu bahkan sudah punya kontak ayahnya.
"Kamu tahu nomor ponsel papa? Siapa kamu sebenarnya, Tuan?" tanya Tati penuh tanya.
[Halo, halo! Siapa ini? Halo]
Mata Tati melebar, itu suara ayahnya.
"Bicaralah dengan ayahmu! ingat apa yang aku katakan tadi!" ujar Brian, mengarahkan ponselnya pada Tati.
***
Bersambung…