Naima dan Arga akan segera menikah tak lebih dari dua Minggu lagi. tapi nyatanya Arga berse-ling-kuh dengan wanita yang tak lain adalah anak dari pemilik perusahaan tempat dia bekerja. Naima memergoki Arga dan dia datang kepada ayah dari Wanita itu untuk meminta pertanggung jawaban darinya. tapi tanpa di sangka malah duda dua anak itu bertanggung jawab dengan cara menikahinya.
apakah pernikahan mereka akan bahagia? saksikan terus kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Naima 16
Keadaan masih hening, mereka masih menunggu jawaban dari Pak Angkasa atas maksud mereka untuk melamar Gisel. Tak ada yang berani berbicara atau beritanya sebelum ke angkasa angkat bicara. Tetapan ke angkasa pada mereka seolah menusuk. Jangankan untuk bertanya untuk menatap saja mereka takut. Aura dingin sangat terasa di sana.
"Punya apa kamu ingin melamar Gisel? Apa kamu sanggup untuk semua kebutuhan Gisel? Apa Kamu pria single yang tidak memiliki hubungan dengan wanita lain? Karena Aku tidak mau nantinya bisa disebut sebagai wanita perebut milik orang lain!"tanya Pak Angkasa dengan tatapan tajam kepada Arga. Wajah Arga terlihat gugup. Dia juga melirik ke arah Gisel yang menatap tajam ke arah dirinya.
"Tidak pak, saya tidak punya hubungan dengan wanita manapun selain dengan Gisel. Saya mencintai Gisel, dan saya serius membina hubungan dengan Gisel. Sehingga saya memberanikan diri untuk melamar Gisel kepada Anda. Ini merupakan salah satu bentuk dari keseriusan saya menjalani hubungan dengan Gisel,"jawab Arga dengan mantap dan tanpa keraguan.
Walau dalam hatinya masih ada nama wanita lain tersemat. Naima, masih ada di sana, menempati sebagian hatinya. Gisel tersenyum lebar mendengar perkataan dari Arga. Begitupun dengan kedua orang tuanya.
"Bagaimana dengan kamu? Apa kamu yakin dengan Arga?"tanya Pak Angkasa kepada Gisel.
"Aku sudah sangat yakin Papa, aku sangat mencintai Arga. Dan izinkan kami menikah papa, karena aku akan bahagia dengan Arga yang sangat mencintaiku. Kami saling mencintai papa,"jawab Gisel dengan nada manja dan memeluk tangan Pak Angkasa.
Tapi kembali lagi, Pak Angkasa terlihat risih dengan apa yang di lakukan anaknya. Dia mencoba menurunkan kembali tangan Gisel untuk tidak memeluk tangannya lagi sambil berbicara.
"Baiklah jika memang kalian sudah sama-sama sepakat untuk menikah. Dan kamu menerima lamaran dari Arga. Aku sebagai orang tua tak bisa menolak jika memang keputusan ini membuat kamu bahagia,"jawab Pak Angkasa.
"Alhamdulillah,"ujar Arga dan Keluarganya merasa sangat lega. Karena pada akhirnya, lamaran mereka di terima dengan baik oleh Pak Angkasa. Sedangkan Gisel memeluk erat tu-buh Pak Angkasa.
"Karena lamaran sudah di terima mari kita makan malam bersama,"ujar Pak Angkasa melepaskan pelukan Gisel dan berdiri lebih dahulu.
"Loh gitu aja Pak? Lalu ini? Bagaimana dengan cincinnya? belum di sematkan di tangan Gisel,"ujar Bu Sari.
"Silahkan kalian sematkan saja! Bukankah sudah pasti cincinnya pas? Toh Gisel sendiri yang membeli semua barang yang kalian bawa,"ujar Pak Angkasa tanpa basa basi sambil berjalan menuju meja makan membuat wajah Arga dan keluarganya memerah menahan malu yang luar biasa.
Bisa-bisanya Pak Angkasa mengatakan kejujuran itu di depan wajah mereka. Walau tau, seharusnya tidak di katakan untuk menjaga perasaan mereka.
"Sudah ayo cepat pakaikan sayang. Kita tidak boleh membiarkan Papa terlalu lama menunggu di meja makan. Yang ada dia akan marah dan tak akan membiarkan kita makan!"ujar Gisel membuat mereka semua panik.
"Ayo cepat Arga! Jangan sampai kita di larang makan. Ibu sudah sangat lapar ingin makan makanan enak sedari tadi. Ada daging sapi kan Gisel?"cerocos Bu Sari.
Ucapan istrinya membuat Pak Riyadi ingin sekali rasanya menarik sanggul besar di kepala istrinya sepertinya sanggul itu penyebab isi kepala istrinya menjadi lebih gesrek. Karena sedari tadi ucapannya tidak di dengar sama sekali. Di telinganya hanya lewat saja. Tidak ada satupun yang masuk ke kepala ataupun hatinya. Benar-benar membuat Pak Riyadi kesal.
"Ada banyak, ayo cepat kita ke meja makan!"ajak Gisel buru-buru setelah Arga memasangkan cincin di jarinya.
Di meja makan, Pak Angkasa baru saja membuka piringnya membuat Gisel merasa lega dan meminta Arga juga keluarganya untuk duduk. mereka semua duduk dan dengan tak sabar Bu Sari membuka piring dan mulai mengambil nasi lebih dahulu sebelum Pak Angkasa sempat menyendokkan nasi ke piringnya.
Apa yang di lakukan Bu Sari membuat Gisel menatap tajam ke arah calon ibu mertuanya. Begitupun dengan Arga dan Pak Riyadi dan mengkode Bu Sari untuk menghentikan apa yang di lakukannya. Tapi sepertinya Bu Sari tidak menyadari kesalahannya dan tetap mengambil nasi ke piringnya.
"Ayo silahkan makan! Kenapa kalian malah bengong!"ujar Bu Sari tanpa malu dan bahkan akan menyendokkan sapi lada hitam di depannya. Tapi tangannya di tahan oleh Pak Riyadi.
"Bu, tunggu Pak Angkasa dulu, beliau adalah tuan rumah,"ujar Pak Riyadi menahan amarah dan kekesalannya.
"Oh iya maaf ibu lupa pak,"jawab Bu Sari sambil melirik ke arah Pak Angkasa yang terlihat biasa saja. Bahkan terkesan malas untuk melanjutkan makannya.
"Tidak apa-apa, biarkan saja pak. Mungkin istri anda sudah sangat lapar karena terlalu lama menunggu,"jawab Pak Angkasa.
"Anda sangat benar pak. Terima kasih,"jawab Bu Sari yang tanpa malu mulai menyendokkan banyak daging dan sayuran ke piringnya. Wajah Arga dan Gisel terlihat malu sekali dengan kelakuan Bu Sari.
"Makanlah! Kenapa kalian masih bengong. Mumpung ada banyak makanan enak,"kembali Pak Angkasa berbicara dan terkesan merendahkan mereka. Tapi tidak menurut Bu Sari yang malah makan dengan lahap tanpa menyadari apa yang di lakukannya membuat mereka semua malu.
"Loh papa mau kemana?"tanya Gisel saat melihat Pak Angkasa bangkit dari duduknya.
"Ada pekerjaan,"jawab Pak Angkasa singkat.
"Sayang apa papa marah?"tanya Arga.
"Tidak. Tapi memang dia sedang banyak pekerjaan. Ya sudah ayo kita juga makan,"jawab Gisel.
"Gisel apa semua makanan ini akan habis oleh kalian berdua? Jika tidak habis, apa boleh kamu bungkus buat kami di rumah? dari pada di buang kan mubazir,"ujar Bu Sari membuat mata Arga melotot tajam.
"Boleh Bu, nanti aku minta pelayan untuk bungkusin semuanya untuk ibu,"jawab Gisel membuat Bu Sari tersenyum lebar.
Makanan di depannya sangat enak-enak. Sayang jika mereka tidak membungkus dan membawanya pulang ke rumah. Kan bisa di hangatkan untuk sarapan dan makan siang mereka. Mana banyak sekali jenis makanan yang terhidang di meja makan berukuran besar itu.
makin seru az cerita nya kk outhor ini 🥰🥰🥰