 
                            Vania dan Basir terpaksa harus meninggalkan kampung tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Kampung itu sudah tidak beres, bahkan hal-hal aneh sudah mulai terlihat. 
Basir pun mengajak adiknya untuk pindah ke kota dan menjalankan kehidupan baru di kota. Tapi, siapa sangka justru itu awal dari perjalanan mereka. Terlahir dengan keistimewaan masing-masing, Vania dan Basir harus menghadapi berbagai macam arwah gentayangan yang meminta tolong kepada mereka. 
Akankah Vania dan Basir bisa menolong para arwah penasaran itu? Lantas, ada keistimewaan apa, sehingga membuat para makhluk astral sangat menyukai Vania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Santet Part 1
"Pak, Bapak itu anaknya Pak Bos, kenapa Bapak memilih menjadi Manager tim perencanaan? padahal Pak Andri bisa jadi CEO di sini," celetuk Gala.
Andri tersenyum. "Aku tidak mau bekerja atas nama Papaku, biarlah aku maju dengan kemampuan aku sendiri tanpa ada ordal," sahut Andri.
"Wah, Pak Andri memang perfect. Sudah tampan, kaya, baik, tidak sombong lagi," puji Vanessa.
"Ah, kamu bisa saja," sahut Andri sembari melirik ke arah Vania.
Tiba-tiba, Andri memegang dadanya sendiri sembari meringis membuat semuanya panik. "Pak Andri kenapa? ada yang sakitkah?" tanya Vania cemas.
"Biasa, dada aku memang kadang-kadang suka sakit tiba-tiba," lirih Andri.
"Maaf, apa Pak Andri punya penyakit jantung?" tanya Vania hati-hati.
Andri menggeleng. "Aku sama sekali tidak punya penyakit jantung, tapi sudah 1 tahun belakangan ini memang jantungku suka tiba-tiba sakit seperti ada yang nusuk-nusuk," keluh Andri.
"Apa Pak Andri sudah periksa ke dokter?" tanya Dasep.
"Sudah, tapi sudah beberapa dokter mengatakan kalau aku sehat tidak ada penyakit apa pun. Bahkan aku sudah periksa ke luar negeri juga, tetap hasilnya aku sehat," sahut Andri.
Andri semakin meringis kesakitan, bahkan keringatnya sudah muncul di wajah tampannya saking sakitnya yang dia rasakan. Vania celingukan, dia tahu ada yang salah dengan Andri. Dari kejauhan, Vania melihat sosok wanita itu lagi sembari menyeringai ke arah mereka.
"Pasti dia yang sudah membuat Pak Andri sakit begini," batin Vania.
"Mas Gala, Mas Dasep, bawa Pak Andri ke ruangannya, kita obati di sana," ucap Vania.
Akhirnya Gala dan Dasep membopong Andri ke ruangannya. "Pak Andri kenapa?" gumam Hana.
Sesampainya di ruangan Andri, Vania menyuruh merebahkan tubuh Andri di sofa. Andri sudah sangat lemas dengan sakit yang menyiksanya. Vania tidak bisa berbuat apa-apa, kata Basir jika ada yang mengganggu cukup tempelkan daun bidara ke bagian yang sakit masalahnya Vania tidak bawa daun bidara.
"Pak, maaf banget boleh jasnya dibuka," pinta Vania ragu-ragu.
Andri hanya bisa mengangguk. Dasep pun membuka jasnya Andri, dan Vania mulai menghampiri Andri. "Pak, maaf banget sudah lancang tapi mudah-mudahan ini bisa membantu," ucap Vania merasa tidak enak.
"Iya, tidak apa-apa," lirih Andri.
Vania mulai meletakan telapak tangannya di dada Andri. Dia membacakan ayat kursi dan do'a-do'a yang sudah diajarkan oleh Basir. Vanessa dan kedua temannya hanya bisa melongo dengan kelakuan Vania.
Vania memejamkan matanya dan mulai berkonsentrasi. Cukup lama Vania melakukannya, hingga Vania pun membuka mata dan melepaskan tangannya. Andri mulai tenang, seketika sakit itu hilang.
"Bagaimana Pak? apa masih sakit?" tanya Vania.
"Sudah mendingan, terima kasih Vania kamu sudah dua kali membantu aku hari ini," sahut Andri.
"Sama-sama, Pak," ucap Vania.
"Tunggu, sejak kapan kamu bisa nyembuhin kaya gini? kamu dukun ya?" seru Vanessa bingung.
Vania tersenyum. "Memangnya yang bisa nyembuhin cuma dukun? setahu aku, dukun itu bukan nyembuhin malah nambahin supaya orang itu terus berobat kepadanya," sahut Vania.
"Jangan bercanda ah, coba jelaskan sama kita, kamu punya kemampuan apa?" tanya Vanessa kembali.
"Aku gak punya kemampuan apa-apa, Bu," sahut Vania dengan senyumannya.
Vania hendak keluar tapi Dasep menahan lengan Vania. "Jujur gak? kalau gak jujur, kita gak mau lagi temenan sama kamu," ancam Dasep.
"Ih, apaan sih gak asyik ngancamnya," ucap Vania sembari mencebikan bibirnya.
"Makanya jujur sama kita," timpal Gala.
Vania menghela napasnya. "Baiklah, aku cerita tapi kalian janji jangan bilang sama siapa-siapa karena aku gak mau disangka gila," sahut Vania.
"Ok, kita janji," ucap Vanessa, Dasep, dan Gala bersamaan.
"Ya, sudah kita bicara di ruangan kita saja jangan disini, biarkan Pak Andri istirahat dulu," ucap Vania.
Mereka pun pamit kepada Andri dan Andri hanya bisa mengangguk, dia masih lemas untuk sekedar berbicara. Sesampainya di ruangan perencanaan, ternyata masih kosong karena jam istirahat belum selesai. Vanessa menyuruh Vania duduk, dan ketiganya duduk di hadapan Vania dengan wajah serius.
"Astaga, kalian serius amat," ledek Vania.
"Jangan banyak basa-basi, buruan ngomong," seru Vanessa tidak sabaran.
Vania menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan. "Sebenarnya aku anak indigo," ucap Vania.
"Hah, indigo?" sahut ketiganya kaget.
"Indigo itu siapanya indihome?" celetuk Dasep yang langsung mendapat geplakan dari Vanessa dan Gala.
"Memangnya salah ya, dengan pertanyaan aku?" kesal Dasep.
"Salah lah, indigo itu orang yang bisa melihat setan," sahut Gala.
"Hah, jadi kamu bisa lihat setan?" tanya Dasep kaget.
Vania mengangguk. "Iya, dulu kakek buyut aku yang menurunkannya kepadaku," sahut Vania.
"Bagaimana rasanya jadi anak indigo?" tanya Vanessa.
"Gak enak sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi mungkin ini sudah takdir aku. Tapi, aku harap jangan sampai ada yang tahu ya, karena aku gak mau dianggap sebagai orang gila," sahut Vania.
"Siap," sahut Dasep.
Sementara itu di ruangan Andri, dia tampak termenung. "Sebenarnya siapa yang sudah nyantet aku? selama ini sudah beberapa dukun yang aku datangi tapi tidak ada satu pun yang bisa menyebutkan siapa orang yang sudah menyantetku," gumam Andri.
Selama ini Andri memang tahu kalau dirinya ada yang nyantet, tapi dia hanya bisa diam karena dia tidak mau ada yang tahu terutama kedua orang tuanya. Andri sangat menyayangi kedua orang tuanya, sehingga selama ini dia menyembunyikan rasa sakit yang datang secara tiba-tiba itu. Dia juga pergi ke dukun tanpa sepengetahuan siapa pun.
Saat ini sudah berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk bayar beberapa dukun tapi tidak ada satu pun yang bisa menemukan pelakunya. Andri sebenarnya sudah lelah bahkan dia merasa tersiksa saat rasa sakit itu datang secara tiba-tiba. Dia berjanji, jika ada yang bisa menolong bahkan menyembuhkannya, dia akan memberikan hadiah kepada orang itu.
"Aku yakin kalau sakit yang dirasakan oleh Pak Andri adalah kiriman. Kasihan Pak Andri, mana sudah tahun dia merasakan sakit seperti itu, kayanya aku harus ngomong sama Kang Basir," batin Vania sembari melihat ke arah Andri yang saat ini sedang fokus dengan laptopnya.
Berbeda dengan Hana, yang semakin suka kepada Andri. Dia jadi tidak fokus bekerja, dan sering mencuri-curi pandang kepada Andri dan Vania tahu itu. Secara diam-diam Vania menggeser kursinya dan mendekat ke arah Hana.
"Kak, aku tahu Kak Hana suka 'kan sama Pak Andri? jin yang ada di tubuh Kak Hana itu belum pergi, tolong jangan dulu punya perasaan apa pun karena itu hanya akan membuat orang itu tersiksa," bisik Vania.
Seketika Hana menunduk sedih, dia benar-benar merasa terkekang bahkan untuk sekedar menyukai seorang pria pun Hana tidak bisa.
jangan2 pake penglaris tuh baso bisa rame banget