Zakia Amrita. gadis cantik berusia 18 tahun, terpaksa harus menikah dengan anak pemilik pesantren Kais Al-mahri. karena perjodohan oleh orang tua Kais. sendiri, karena Pernikahan yang tidak di dasari Cinta itu, harus membuat Zakia menelan pahitnya pernikahan, saat suaminya Kais ternyata juga tidak memilik cinta untuk nya.
Apakah pernikahan karena perjodohan ini akan berlangsung lama, setelah Zakia tahu di hati suami nya, Kais memiliki wanita lain?
yuk baca Sampai Happy Ending.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom young, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Menumpahkan tekanan hati.
Tepat besok hari sabtu Umi Salimah dan Abah Syarif akan ke semarang, Zakia berhasil menolak ajakan Uminya bulan madu, hal itu tentu saja membuat Gus Kais merasa aman dan bebas, tampa pantuan Abah dan Uminya.
Ponsel Zakia berdering, selesai ia membantu merapihkan barang bawaan mertunya untuk besok ia Langsung mengangkat pangilan itu.
"Siapa Kia?" Ucap Umi nampak penasaran.
"Melani Mi..." jawab Zakia, karena sebelum telfon sudah mengirim pesan, dan nomer baru yang menelfon adalah Melani. Zakia langsung mengangkatnya.
Siang ini Melani mengajak Zakia jalan-jalan ke sebuah Mall, dan nanti ia sendiri juga yang akan menjemput Zakia. "Umi, nanti Kia mau pergi sama Melani yah Mi. Umi mau di masakin apa sebelum Kia berangkat?" ucap Zakia berkata lemah lembut.
"Tolong gorengan Umi ayam srundeng saja yah, sama buatkan sambal kecombrang."
"Iya Umi siap." Zakia langsung bergegas pergi ke dapur membuatkan makanan yang di pesan ibu mertuanya, sementara Gus Kais memang sudah pergi dari jam tujuh pagi, jadi Zaki tidak terlalu repot membuatkan sarapan untuknya.
Dengan cekatan tangan lincah Zakia, dalam waktu satu jam kurang Zakia sudah memasakan Sambal kecombrang dengan Ayam Srundeng.
Selesai itu, Zakia langsung bersiap mandi, entah mengapa hatinya begitu senang saat bisa keluar berdua dengan Melani, setidaknya tidak setiap hari ia berada di dalam kamar rasanya begitu jenuh bukan.
Zakia memakai gamis warna coklat muda, memadukan nya dengan kerudung hitam motif bunga simpel membuat ia semakin cantik, lama bersiap tidak terasa ternyata sudah dua jam berlalu, dan Melani sudah tiba di bawah menunggu.
"Umi, Kia pamit dulu yah..." Zakia bersalaman pada Umi Salimah, sementara Abah sedang tidak ada di rumah, beliau sedang mengunjungi Hafiz yang sedang lomba di kabupaten.
Sebuah mobil putih menunggu Zakia di depan gerbang pondok pesantren, di dalamnya sudah ada Melani yang mengemudi, rupanya gadis muda sembilan belas tahun itu sudah hafal membawa kendaraan sebelum masuk pesantren, kehidupannya terlalu mandiri karean sejak kecil ia hanya punya pengasuh, karean kedua orang tuanya sibuk berkerja.
"Kamu sudah izin sama Gus Kais kan?" Melani menatap teman kamarnya itu yang sekarang sudah berganti gelar menjadi istri.
"Gus Kais pergi dari pagi entah kemana!" Zakia mengedikan bahunya.
Melani mengerutkan kening, tidak banyak bertanya lagi, akhirnya mobil melaju menuju sebuah Mall. Pusat perbelanjaan terbesar di kota itu.
Sepanjang perjalan Zakia terdiam, menatap nanar kearah kaca mobil, sepertinya Kia nampak banyak fikiran. "Bagimana rasanya menjadi istri dari orang yang kita cintai?" ucap Melani membuyarkan lamunan Zakia.
Melani sedikit meledakan temanya itu. "Darimana kamu tahu kalau aku mencintai Gus Kais?" Zakia terseyum getir kearah Melani.
"Dari pertama kali aku lihat cara kamu menatap Gus Kais waktu ia lagi ngajar, waktu ia lagi ngomong." imbuh Melani terkekeh pelan.
"Heemmm ... sok tahu kamu!" Zakia tertawa sumbang, rasa-rasanya ia ingin sekali bercerita namun bingung entah dari mana!
"Ya toh! kamu sengkan, cerita dong bagimana malam pertama kalian?" Melani menatap Zakia sekilas, disana wajah Zakia langsung merona.
"Kamu ini ngomongin apa sih Lan, nanti kalau sudah nikah juga kamu. tahu sendiri.." cibir Zakia pura-pura sudah melakukan nya, padahal sama sekali ia belum tahu rasanya seperti apa? karean selama satu bulan ini Zakia tidak pernah di sentuh Gus Kais.
"Kita mau ke-Mall mana?" Zakia mengalihkan pembicaraan.
"Mall yang lagi Vira itu loh, Oh-Iya maaf sedikit aku mau tanya boleh ngak Ki?" tatapan Melani nampak serius entah ia mau bicara apa?
"iya kenapa?" Zakia mengerutkan keningnya.
"Kemarin aku kan buka Medsos, nah disana aku liat ada video kamu di tampar sama badut itu!" ucap Melani sedikit ragu-ragu.
"Badut siapa?" ucap Zakia mengangkat sebelah alisnya.
"itu loh, Ayunda! yang aku bilang pernah datang ke pondok, dia itu jadi beneran masih pacaran sama Gus Kais kah? masalahnya aku juga ngak tahu Ki, akun siapa yang mengungah Video itu." Melani berusaha memperjelas, makanya ia sedikit tidak yakin kalau temanya itu hidup bahagia bersama Gus Kais.
Zakia berusaha mengingat, memang benar kala itu ia mendapati Melani merajuk karean katanya ada orang gila masuk kedalam pondok, ternyata benar kalau Ayunda pernah datang kerumah Bu Nyai Salimah.
Runtuh sudah hatinya mendengar itu, Zakia hampir menangis namun segera ia tahan. "Boleh ngak aku lihat Video-nya?"
"Boleh kok, ini..." Melani meminjamkan Ponselnya dan menunjukan video itu, banyak orang yang menghujat Ayunda, namun menghujani komentar tidak suka pada Gus Kais karean tidak menjaga batasan, sedangkan mungkin publik tidak tahu kalau dia adalah istrinya Gus Kais.
Video itu baru saja di unggah satu hari yang lalu, bahkan entah akun siapa yang memostingnya. "Bagimana dengan Umi jika melihat ini." Gumam Zakia, ia hanya memikirkan perasaan Uminya saja.
"Sebenarnya ada apa sih Ki, cerita jangan di pendam sendiri, kamu itu teman aku yang sudah aku anggap sebagai sodara." Melani berusaha menyelidik kepedihan Zakia.
Seketika tangisan itu meledak, Zakia menangis tersendu di dalam mobil, Melani langsung menepi menghentikan laju mobilnya.
"Jangan di tahan keluarkan semua unek-uneknya!" Melani mengusap pundak Zakia yang naik turun terisak.
Zakia menarik nafas berat, isaknya menjadi, suaranya parau tidak terdengar begitu jelas. "Aku ini masih perawan Lan, Gus Kais sama sekali tidak menyentuh aku, setiap malam aku menangis diabaikan, seperti aku tidak ada di sana, di kamar itu." Zakia menangis pilu, menangkupkan kedua tangannya pada wajah
Melani merasa ikut sakit mendengar pengakuan Zakia, ia langsung memeluk temanya itu. "Terus apa yang mau Kamu lakukan sekarang Kia?"
"Aku ngak tahu Lan, aku bingung harus bagimana, aku telanjur menyangi Umi dan Abah."
Tidak ada saran yang mau di berikan pada Zakia, karean Melani merasa bingung jika ia mau meminta temanya itu menyudahi pernikahan nya dengan Gus Kais pasti Umi akan merasa sakit, di tambah Zakia juga nampaknya sangat menyangi Umi dan Abah.
"Sudah jangan nangis yah, yang sabar semoga saja Gus Kais bisa berubah" Melani tersenyum getir memberikan semangat palsu pada temannya meskipun begitu ia akan tetap perduli pada Zakia.
"Kamu cuekin aja Gus Kais, jangan pernah mau di suruh-suruh Apa-pun itu." Ujar Melani sedikit memberi saran. "Acuhkan saja semua kebutuhannya, mulai dari sarapannya, bajunya dan lain sebagainya biarkan saja toh." Melani melepaskan pelukannya pada sang teman.
"Tidak bisa Lan, aku tidak tega!" Zakia yang malang malah menunduk pilu.
Melani hanya bisa menarik nafas panjang, ia baru tahu kalau temanya itu kan keras kepala jadi yah susah di nasehati. "Yah-wis apa terserah kamu saja lah, yang penting kamu kalau butuh apa-apa cerita jangan di pendam sendiri oke!" Melani mengusap pundak Zakia lagi.
Melani kembali menyalahkan mesin mobilnya menuju Mall niat awal mereka berdua.