NovelToon NovelToon
Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Meluluhkan Hati Tuan Ferguson

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Anak Kembar / Pengantin Pengganti Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:933
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Isabella Rosales mencintai Alex Ferguson dan ketiga anak kembar mereka—Adrian, Eren, dan Alden—lebih dari hidupnya sendiri. Namun, kebahagiaan mereka direnggut secara paksa. Berasal dari keluarga Rosales yang merupakan musuh bebuyutan keluarga Ferguson, Isabella diancam oleh keluarganya sendiri: tinggalkan Alex dan anak-anaknya, atau mereka semua akan dihancurkan.

Demi melindungi orang-orang yang dicintainya, Isabella membuat pengorbanan terbesar. Ia berpura-pura meninggalkan mereka atas kemauannya sendiri, membiarkan Alex percaya bahwa ia adalah wanita tak berperasaan yang memilih kebebasan. Selama lima tahun, ia hidup dalam pengasingan yang menyakitkan, memandangi foto anak-anaknya dari jauh, hatinya hancur setiap hari.

Di sisi lain kota, Celine Severe, seorang desainer yatim piatu yang baik hati, menjalani hidupnya yang sederhana. Jiwanya lelah setelah berjuang sendirian begitu lama.

Takdir mempertemukan mereka dalam sebuah malam yang tragis. Sebuah kecelakaan hebat terjadi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Minggu-minggu berikutnya di Rumah Awan Pelangi terasa seperti musim semi yang datang setelah musim dingin yang panjang dan membekukan. Rutinitas baru yang terjalin antara Isabella dan Alex menjadi irama kehidupan yang menenangkan di rumah itu. Siang hari adalah milik anak-anak; tawa mereka menjadi musik latar saat Isabella, dalam perannya sebagai "Nona Celine", membimbing mereka melewati petualangan imajinasi dan pembelajaran. Ia adalah pusat dari dunia mereka—penyembuh luka gores, pendongeng ulung, dan pendengar yang sabar.

Malam hari, setelah tiga kepala kecil itu terlelap dalam mimpi, sebuah transformasi terjadi. Perpustakaan yang megah menjadi ruang kerja mereka. Di bawah cahaya lampu yang hangat, pengasuh anak yang sederhana itu menghilang, digantikan oleh seorang mitra strategis yang brilian. Ia dan Alex akan duduk berhadapan di meja kayu ek yang panjang, dikelilingi oleh tumpukan kertas proposal dan sketsa. Mereka tidak lagi hanya majikan dan karyawan; mereka adalah dua pikiran yang bersinergi, dua arsitek yang sedang membangun kembali sebuah mimpi yang telah lama hancur.

Isabella merasa utuh dengan cara yang tidak pernah ia rasakan selama lima tahun terakhir. Ia tidak lagi harus menekan siapa dirinya. Sebaliknya, ia menyalurkan kecerdasan, kreativitas, dan semangat Isabella Rosales ke dalam pekerjaan Yayasan Tunas Pelangi, dan semua itu diterima dengan rasa hormat oleh Alex. Pria itu mendengarkan idenya, memperdebatkan anggarannya, dan bahkan sesekali tersenyum tipis saat Isabella membuat sebuah pengamatan yang cerdas. Dinding di antara mereka belum runtuh, tetapi kini memiliki jendela-jendela di mana mereka bisa saling melihat sebagai manusia seutuhnya.

Para staf, yang dipimpin oleh Nyonya Diana yang tajam, mengamati perubahan itu dalam keheningan yang penuh arti. Tuan Ferguson tidak lagi sedingin es; ada kehangatan di ujung-ujung sikapnya. Anak-anak tidak pernah sebahagia ini. Dan Nona Celine, wanita misterius yang datang entah dari mana, kini jelas bukan hanya seorang pengasuh. Ia adalah jangkar yang menstabilkan kapal yang telah lama oleng ini. Rumah Awan Pelangi mulai terasa seperti sebuah rumah lagi.

Sebuah insiden kecil kemudian datang untuk menguji fondasi baru yang rapuh ini. Suatu sore, Adrian pulang dari sekolahnya yang elit dengan langkah yang lebih berat dari biasanya. Ia tidak langsung menuju ruang bermain, melainkan menyelinap ke kamarnya. Isabella, yang naluri ibunya dapat merasakan perubahan sekecil apa pun dalam diri anak-anaknya, mengikutinya beberapa menit kemudian. Ia menemukan putra sulungnya itu duduk di tepi tempat tidur, menatap selembar kertas di tangannya dengan ekspresi cemas.

"Ada apa, jagoan?" tanya Isabella lembut sambil duduk di sampingnya.

Adrian terlonjak kaget, buru-buru mencoba menyembunyikan kertas itu di bawah bantalnya. "Bukan apa-apa," gumamnya.

"Kau bisa cerita padaku, Adrian," kata Isabella sabar. "Apa pun itu."

Setelah beberapa saat hening, Adrian akhirnya mengeluarkan kertas itu. Itu adalah sebuah surat edaran dari sekolah, dihiasi dengan gambar roket dan bintang-bintang. Judulnya: Undangan Spesial: Hari Ayah dan Kreasi. Acara itu akan diadakan hari Sabtu, di mana setiap ayah diundang untuk datang ke sekolah dan membantu putra mereka membangun sebuah model roket bertenaga air.

Hati Isabella terasa sakit saat ia mengerti. Tentu saja. Acara "ayah". Sebuah konsep yang asing di kehidupan anak-anaknya. Alex selalu terlalu sibuk. Selama ini, acara sekolah seperti ini selalu dilewatkan, dengan alasan rapat dewan atau perjalanan bisnis yang tak terhindarkan. Adrian, putranya yang begitu mendambakan pengakuan ayahnya, pasti sudah berasumsi bahwa kali ini pun akan sama.

"Ayah sibuk," kata Adrian pelan, seolah mengkonfirmasi pikiran Isabella. "Tidak apa-apa. Aku bisa bilang aku sakit hari itu."

Mendengar kepasrahan dalam suara putranya mematahkan hati Isabella. Tidak. Tidak kali ini. Strategi barunya adalah proaktif. Dan tidak ada yang lebih penting daripada ini.

Malam itu, setelah menidurkan anak-anak, ia tidak langsung pergi ke perpustakaan. Ia mencegat Alex tepat saat pria itu keluar dari ruang kerjanya. Di tangannya, ia memegang surat edaran itu.

"Tuan Ferguson, bisakah saya meminta waktu Anda sebentar?"

Alex berhenti, sedikit terkejut dengan nada serius dalam suaranya. "Tentu, Nona Severe. Ada masalah dengan anak-anak?"

"Tidak, Tuan. Mereka baik-baik saja," jawabnya. "Ini tentang Adrian." Ia menyerahkan surat itu pada Alex.

Alex membacanya sekilas, dan seulas ekspresi bersalah yang cepat melintas di wajahnya sebelum ia kembali memasang topeng datarnya. "Hari Sabtu, ya? Aku ada konferensi video internasional pagi itu. Mungkin Nyonya Diana bisa—"

"Tidak," potong Isabella, nadanya lembut namun tegas, sebuah keberanian baru yang lahir dari kemitraan mereka. Alex terdiam, terkejut dengan interupsinya.

"Maafkan saya, Tuan," lanjut Isabella cepat. "Tapi ini tidak bisa diwakilkan. Ini bukan hanya acara sekolah biasa. Ini tentang membangun roket. Bagi anak lain, mungkin itu hanya mainan. Tapi bagi Adrian, roket adalah tentang fisika, aerodinamika, presisi. Itu adalah bahasanya. Dan satu-satunya orang di dunia ini yang berbicara dengan bahasa yang sama dengannya adalah Anda."

Ia menatap lurus ke mata Alex, membiarkan pria itu melihat ketulusan dan permohonannya. "Konferensi video bisa dijadwal ulang. Tapi momen saat putra Anda menatap Anda dengan bangga karena telah berhasil meluncurkan roket bersama... momen itu tidak akan pernah bisa diulang. Momen itu akan menjadi segalanya baginya."

Alex terdiam untuk waktu yang lama. Ia menatap surat edaran di tangannya, lalu kembali menatap wajah Celine yang penuh permohonan. Wanita ini benar. Ia tahu itu. Ia telah menggunakan kesibukannya sebagai alasan selama bertahun-tahun untuk menghindari hal-hal seperti ini—hal-hal yang terlalu menyakitkan, terlalu mengingatkannya pada keluarga utuh yang pernah ia miliki. Tapi wanita di hadapannya ini tidak mengizinkannya untuk lari lagi.

Ia menghela napas panjang. "Baik," katanya akhirnya, sebuah keputusan yang mengejutkan mereka berdua. "Aku akan membatalkan konferensi itu."

Mata Isabella berbinar lega. "Terima kasih, Tuan. Adrian akan—"

"Dan kau," potong Alex, sebuah kilatan aneh muncul di matanya—bukan kecurigaan, melainkan sesuatu yang lain, sesuatu yang lebih hangat. "Kau juga ikut dengan kami."

Isabella tertegun. "Saya, Tuan?"

"Tentu saja," jawab Alex dengan senyum tipis pertama yang benar-benar ditujukan padanya. "Adrian akan membutuhkan 'kepala insinyur'-nya jika ayahnya salah memasang siripnya. Anggap saja ini bagian dari tugasmu."

Malam itu, saat Isabella memberitahu Adrian bahwa ayahnya tidak hanya akan datang, tetapi Nona Celine juga akan ikut untuk membantu, ia menyaksikan sesuatu yang luar biasa. Wajah putranya yang biasanya serius dan terkendali, perlahan-lahan merekah menjadi senyuman yang begitu lebar dan penuh kebahagiaan murni hingga menerangi seluruh ruangan. Momen itu adalah bayaran terindah dari semua rasa sakit dan ketakutan yang telah ia lalui.

Saat ia kembali ke kamarnya, ia menatap surat undangan itu yang tergeletak di atas mejanya. Sabtu ini, mereka akan pergi ke sekolah bersama. Alex, dirinya, dan Adrian. Bukan sebagai majikan, karyawan, dan anak asuh. Tapi sebagai tim. Hampir seperti... sebuah keluarga.

Garis antara Isabella Rosales, sang ibu yang hilang, dan Celine Severe, sang pengasuh yang tak tergantikan, kini menjadi begitu kabur hingga terkadang ia sendiri lupa di mana garis itu berada. Dan untuk pertama kalinya, pikiran itu tidak terasa menakutkan. Rasanya penuh harapan.

1
Indah Ratna
bagus thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!