Niat hati hanya ingin mengerjai Julian, namun Alexa malah terjebak dalam permainannya sendiri. Kesal karena skripsinya tak kunjung di ACC, Alexa nekat menaruh obat pencahar ke dalam minuman pria itu. Siapa sangka obat pencahar itu malah memberikan reaksi berbeda tak seperti yang Alexa harapkan. Karena ulahnya sendiri, Alexa harus terjebak dalam satu malam panas bersama Julian. Lalu bagaimanakah reaksi Alexa selanjutnya ketika sebuah lamaran datang kepadanya sebagai bentuk tanggung jawab dari Julian.
“Menikahlah denganku kalau kamu merasa dirugikan. Aku akan bertanggung jawab atas perbuatanku.”
“Saya lebih baik rugi daripada harus menikah dengan Bapak.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fhatt Trah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
16. Kabar Mengejutkan
Kabar Mengejutkan
BUGH!
Baru saja menoleh, wajah Julian terpaling ke kanan saat sebuah tinju melayang di wajahnya dari seseorang tanpa ia duga. Tinju itu melayang begitu cepat, sehingga ia tak sempat menghindar.
Julian meringis, mengusap pipi kirinya yang terasa kebas oleh pukulan Robin. Mantan mahasiswa yang diketahui adalah teman Alexa. Ia melihat ke kiri dan ke kanan, memperhatikan sekeliling, dimana ada beberapa mahasiswa yang terkejut dan langsung mengalihkan perhatian ke arahnya.
“Apa masalahmu? Sebaiknya kita bicara di dalam,” kata Julian, masih bersabar menerima perlakuan tidak beretika dari mantan mahasiswanya itu. Ia tak ingin menjadi bahan perbincangan di kampus.
“Tidak perlu. Saya datang ke sini hanya ingin memberi pelajaran pada seorang dosen yang bi*dab seperti Pak Julian.”
“Kamu jangan sembarangan bicara. Kamu punya masalah apa denganku?”
“Pak Julian sudah merebut perempuan yang saya cintai.”
“Tunggu dulu. Aku tidak pernah merebut siapapun dari kamu. Aku rasa juga kita tidak pernah punya urusan selama ini. Jadi jaga bicaramu. Jangan memfitnah. Aku bisa menuntutmu nanti.”
“Menuntut? Gimana kalau saya yang menuntut Pak Julian.”
“Atas dasar apa kamu mau menuntutku? Justru kamu yang akan aku tuntut atas dasar penyerangan.”
“Pak Julian sudah merebut calon istri saya. Saya tidak terima hal itu.”
“Merebut calon istrimu?” Sudut bibir Julian tertarik tipis. Ia menggeleng karena tindakan bodoh yang dilakukan Robin. Sudah datang memukul, sekarang malah menuduh orang sembarangan.
“Coba kamu beritahu aku, calon istrimu yang mana yang aku rebut? Bawa dia ke hadapanku, dan buktikan kalau kami punya hubungan seperti yang kamu bilang,” tantang Julian.
Robin dikuasai amarah. Namun ia juga tak ingin orang-orang akan mendengar tentang Alexa yang hamil diluar nikah. Apalagi sekarang mereka tengah jadi tontonan beberapa mahasiswa.
“Dengar, Robin. Namamu Robin kan?” Julian mengedarkan pandangannya sejenak, memperhatikan di sekitar ada beberapa mahasiswa yang mengalihkan perhatian ke arahnya sambil berbisik-bisik.
Jika tidak salah menebak, calon istri yang dimaksud Robin itu mungkin saja adalah Alexa. Sebab Alexa pernah bilang kalau Robin sudah beberapa kali melamarnya, namun beberapa kali juga mengalami penolakan.
“Kalau ingin menuduh orang, lain kali sertakan bukti. Jangan sampai kamu jatuhnya memfitnah, karena aku bisa saja menuntut kamu. Sekali lagi kamu datang dan berbuat tidak pantas di sini, maka aku juga bisa melakukan hal yang sama padamu,” imbuh Julian dengan memberi penekanan di setiap katanya.
“Apa lagi yang kamu tunggu? Pergi dari sini sekarang juga,” titah Julian menahan kesal dengan ulah mantan mahasiswanya itu.
Robin tidak banyak berkata lagi, sebab isi kepalanya sudah terpikirkan satu cara untuk memberi pelajaran pada mantan dosennya itu. Tak perlu diminta dua kali, Robin langsung melenggang pergi dari tempat itu dengan amarah yang masih menggulung di dadanya.
***
Sementara di lain tempat, sejak pulang dari rumah sakit, Alexa mengurung diri di kamarnya. Pikirannya mumet mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah yang sedang dihadapinya ini. Ingin menuntut pada Julian, tidak mungkin hal itu ia lakukan. Sebab ia tidak ingin menikah muda, apalagi menjadi orangtua di usia muda. Ia masih ingin menikmati masa-masa mudanya dengan bebas tanpa terkekang oleh kewajiban dalam berumah tangga.
Namun, semakin ia memikirkan, semakin mumet isi kepalanya. Hanya satu solusi yang sejak tadi terpikirkan olehnya. Solusi yang membutuhkan keberanian, sebab nyawa akan jadi taruhannya.
Aborsi.
Ia sudah mencari di internet obat-obatan untuk menggugurkan kandungannya. Ia juga sudah mencari klinik-klinik yang melakukan praktik aborsi legal. Tetapi ia tidak menemukan satupun alasan untuk ia melakukan aborsi agar ia tidak akan terjerat hukum nanti.
“Halo, May ... Aku boleh minta tolong sama kamu?” Akhirnya ia terpikirkan untuk menghubungi Maya, sahabatnya. Ia bermaksud meminta bantuan Maya, sebab ibunya Maya adalah seorang dokter kandungan dan sudah membuka praktik sendiri. Siapa tahu saja Maya bersedia membantunya.
“Kamu punya masalah apa sih, Al? Kamu udah nemu kerjaan yang kamu inginkan? Butuh rekomendasi?” Suara Maya dari seberang, mengira Alexa butuh bantuan dalam soal mencari pekerjaan.
“Bukan tentang itu, May. Se-sebenarnya aku butuh bantuan mama kamu. Aku ...”
***
Ayahnya dikabarkan mendadak sakit keras. Tidak ingin percaya namun ibunya sendiri yang mengabarkan. Julian tidak enak hati untuk tidak mengindahkan kabar yang diberikan ibunya itu.
Ayahnya sudah lama menderita penyakit jantung. Salah satu penyakit yang sangat mengkhawatirkan. Bukannya tidak sayang pada orangtuanya, namun Julian tidak ingin terus-terusan didesak sejak pengkhianatan yang ia terima dari mantan kekasihnya dulu.
Julian kehilangan minat dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis apalagi menikah sejak Sofia menyelingkuhinya dengan sahabatnya sendiri. Bahkan terang-terangan Sofia menolak lamarannya demi pria lain. Padahal saat itu ia sudah menyiapkan sebuah momen lamaran yang paling mengesankan dan romantis.
Julian rela menguras tabungannya hanya demi membelikan sebuah mobil sport sebagai hadiah ulang tahun Sofia. Tepat di hari ulang tahun Sofia, ia berencana melamar wanita itu dengan hadiah mewahnya.
Akan tetapi hanya sebuah pengkhianatan besar yang diterimanya dari Sofia. Sofia menolak lamarannya hanya demi menikahi selingkuhannya. Fakta mengejutkan lain juga ia terima saat itu, alasan mengapa Sofia menolak lamarannya. Sofia ternyata sudah hamil duluan.
Kenangan menyakitkan itu pun telah menjadi momok dalam kehidupan Julian sampai saat ini. Ia menjadi kehilangan kepercayaan terhadap wanita. Ia juga menjadi sulit jatuh cinta. Andai timbul ketertarikan pada lawan jenis, ia anggap itu hanya sebatas rasa kagum saja. Bukan cinta.
“Iya, Bu. Aku ke sana sekarang,” ujarnya ketika Emilia menghubunginya. Ia sudah berada di depan kemudi, hendak pergi membesuk ayahnya yang sedang sakit.
Namun ia terkejut saat ia menggulir ponsel sebentar dan menemukan sebuah berita yang sedang hangat-hangatnya diperbincangkan di grup kampus.
“Waaah aku tidak menyangka ternyata Pak Julian seperti itu orangnya.”
“Eh, jadi kepo, siapa ya mahasiswi yang dihamili Pak Julian? Pasti perempuan itu yang merayu Pak Julian.”
“Dosen br*ngsek seperti itu tidak seharusnya ada di kampus kita. Ngapain ganteng tapi kelakuan b*jat.”
“Seharusnya Pak Julian dikeluarkan saja dari kampus. Dia sudah mencoreng nama baik kampus. Bisa-bisanya berhubungan dengan mahasiswi, sampai hamil pula.”
Jika menggulir sampai ke bawah, masih banyak lagi komentar-komentar buruk tentang Julian. Seketika itu juga Julian langsung terpikirkan salah seorang mahasiswi.
“Selamat malam,” sapa Julian begitu pintu rumah dibuka dan menampakkan sosok Sandra yang terkejut melihatnya.
Niatnya Julian memang ingin membesuk ayahnya. Tetapi sebelum itu ia ingin menemui Alexa sebentar guna untuk mempertanyakan kebenaran kabar yang menggemparkan di grup Whats App kampus. Sebagai lelaki, ia tahu harus berbuat apa andai kabar itu benar.
“Pak Julian, silahkan masuk, Pak,” ajak Sandra membuka tangannya dengan ramah.
“Waah ada perlu apa ya Pak Julian datang malam-malam begini. Mau ketemu Alexa, kan?” tebak Sandra begitu Julian masuk. Namun tidak langsung duduk.
Julian tersenyum sungkan. “Iya, Bu. Alexa ada? Saya bisa bertemu Alexa sebentar saja?”
“Ada. Alexa ada di kamarnya. Dari tadi dia mengurung diri terus di kamarnya. Tunggu sebentar, saya panggilkan Alexa.”
Sandra sudah berbalik, hendak ke kamar Alexa. Namun sosok gadis itu sudah muncul, mengurungkan niat Sandra.
“Eh, Al. Kebetulan sekali. Ada Pak Julian mau ketemu kamu,” kata Sandra.
Alexa yang sudah terlihat rapi seperti hendak bepergian itu pun tersentak. Lalu mengalihkan pandangannya pada Julian yang berdiri di seberang.
“Kamu mau ke mana sudah rapi begini?” tanya Sandra memindai Alexa dari kaki sampai kepala.
“Mau ke rumah Maya.”
“Temui dulu Pak Julian tuh. Barangkali ada yang penting.” Sandra kemudian berlalu, meninggalkan Alexa dan Julian berdua di ruang tamu.
“Pak Julian ngapain ke sini?” tanya Alexa tak ramah.
Bukannya menjawab, Julian malah menarik pergelangan tangan Alexa, membawanya ke luar rumah. “Ikut aku.”
To Be Continued ...
mending nikah