Di jantung hutan misterius, terdapat sebuah kuil kuno yang tersembunyi dan dirahasiakan dari dunia luar. Konon katanya, Kuil tersebut menyimpan sebuah kekuatan dahsyat yang bisa menggemparkan dunia.
Sampai saat ini banyak yang mencari keberadaan kuil kuno tersebut, namun sedikit orang yang bisa menemukannya.
Akan tetapi, tak ada satupun yang berhasil kembali hidup-hidup setelah memasuki kuil kuno itu.
Sebenarnya, kisah apa yang tersimpan di dalam kuil kuno tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lien Machan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16
Bab 16~Perjalanan kembali ke Desa.
Zhang Yuze lekas menyembunyikan botol ramuan yang diberikan oleh Shizen untuk ibunya. Tak boleh ada yang tahu jika dirinya baru saja keluar dari kuil naga dan mendapatkan penawar racun.
Ia sudah janji pada Shizen akan menutup rapat mulutnya dari dunia luar termasuk keluarganya.
"Kau sendiri sedang apa di tempat ini, Ming Hui? Bukankah Kakek memerintahkan kau untuk menjaga gerbang Desa?!" todong Zhang Yuze. Ia mengedarkan pandang menatap satu persatu orang yang dibawa saudara sepupunya itu.
Tak ada wajah yang dikenalinya.
Sepertinya orang-orang ini bukan dari desanya atau murid dalam sekte Angin Utara, tebak Zhang Yuze.
Ming Hui menyeringai sambil melangkah mendekat, lalu menepuk pundak adik sepupunya tersebut. "Tak sopan jika pertanyaan dijawab dengan pertanyaan. Aku hanya penasaran mengapa kau bisa keluar dari batu besar itu? Apa di sana terdapat sesuatu yang bisa berguna?!" Kemudian ia mendorong tubuh Zhang Yuze hingga terhuyung ke depan.
Pria itu memeriksa batu besar tempat Zhang Yuze keluar tadi. Tak ada yang spesial atau menarik perhatiannya. Itu hanya batu biasa.
"Apa-apaan ini? Kau mempermainkan aku?!" Ming Hui menggertakkan gigi sambil mencengkram pakaian Zhang Yuze bagian dada.
Zhang Yuze tersenyum mengejek. "Memang kau pikir apa? Aku hanya bersemedi di sana agar tidak ada yang menggangguku," akunya tentu saja berbohong.
Namun, Ming Hui percaya begitu saja karena tak menemukan kejanggalan dari adik sepupunya tersebut.
Tangannya mendorong keras tubuh Zhang Yuze hingga mundur ke belakang, setelahnya ia pun pergi diikuti yang lain tanpa sepatah katapun.
"Hei, kau mau ke mana?!" Tapi yang ditanya tak menyahut atau menoleh. "Dasar orang aneh," cetus Zhang Yuze kesal.
Tak mau peduli, ia pun lekas kembali ke desa untuk memberikan ramuan penyembuh dan segera kembali ke kuil naga sesuai janjinya pada Shizen.
Dalam perjalanan Zhang Yuze terlihat gembira karena sudah berhasil mendapatkan obat yang bisa menyembuhkan ibunya. Wajahnya sumringah karena akan pulang untuk bertemu sang ibu.
Namun, dalam perjalan pulang ada saja pengacau yang menghadang langkahnya.
Sekelompok bandit gunung melompat dari pohon-pohon besar sambil menodong senjata ke arahnya.
"Serahkan hartamu maka kau akan selamat!" ujar pria paruh baya dengan bekas luka melintang di wajah.
Zhang Yuze hanya diam, melirik mereka yang berjumlah belasan orang.
"Kau tuli? Cepat serahkan hartamu sekarang juga!" teriaknya lagi.
Geram dengan tingkah mereka, Zhang Yuze pun mendorong pedang bergerigi yang dihunuskan ke arahnya. "Kalian tidak melihat kalau aku tak membawa apapun di tangan?!"
"Jangan bohong! Kau pasti membawa uang, bukan? Ayo, serahkan uangmu padaku!"
Zhang Yuze menatap tajam sambil menyeringai. "Kalian pikir semudah itu merebut uangku?!"
Para bandit gunung itu saling melirik satu sama lain lalu mengangguk bersamaan. "Seraaaaaang!"
Wuush ...
Drap ... Drap ...
Zhang Yuze mengelak ketika pedang bergerigi itu hendak menebasnya.
Slash ...
Tap ... Tap
Pemuda itu melompat ketika pedang hendak menebas kakinya.
Sejurus kemudian kakinya melayang menendang tubuh salah satu bandit gunung.
Duaaaakkk
Baaammm
Satu persatu jatuh tersungkur di tanah setelah terkena tendangan Zhang Yuze.
Tak cukup sampai di sana. Pemuda itu mengayunkan tinju lalu menghantam perut si pemimpin bandit.
Buugh ...
"Argh!"
Daaaaamm
Pemimpin bandit tersungkur dengan wajah membentur tanah.
Tak terima, pria paruh baya tersebut gegas bangkit lalu membawa tubuh beranjak mendekat sembari mengayun senjatanya lagi.
Swooosshh
Zhang Yuze mengelak lagi ketika merasakan serangan dari belakang.
Slash ...
Ia juga menarik pedang salah satu bandit untuk menangkis serangan pemimpin mereka.
Klang ...
Bandit gunung terkejut ketika pedang bisa direbut oleh 'mangsanya'.
Merasa dipermainkan oleh Zhang Yuze, para bandit akhirnya menggila.
Pertempuran sengit pun terjadi.
Awalnya Zhang Yuze tak mau menanggapi lebih. Tapi, para bandit menyerang dengan membabi-buta sehingga pemuda itu harus menggunakan kemampuan untuk mengalahkan semuanya.
Setelah beberapa saat bertarung, akhirnya Zhang Yuze berhasil mengalahkan semua dengan memenggal kepala si pemimpin bandit gunung.
"Masih ingin melawan?!" Nada bicara yang terdengar dingin dan datar disertai tatapan tajam itu membuat mereka bergidik takut.
Dari belasan kini tersisa tiga orang dan ketiganya pun terluka cukup serius. Mereka membungkuk, memohon pengampunan Zhang Yuze.
"T-Tolong jangan bunuh kami!" pinta ketiganya mengiba.
Zhang Yuze menatap datar kemudian berlalu tanpa berkata lagi. Suasana hatinya memburuk setelah bertemu dengan para bandit gunung.
Pemuda itu memperhatikan penampilannya yang terlihat kotor. Pakaiannya penuh noda darah bercampur tanah.
"Ibu tak akan suka melihat penampilanku yang berantakan seperti ini," gumamnya. Zhang Yuze pun harus mencari sungai untuk membersihkan tubuh serta pakaiannya.
Kakinya melangkah lebar sambil menepuk-nepuk pakaiannya. "Haish, kotornya."
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya Zhang Yuze menemukan sebuah danau.
Tanpa berpikir panjang, ia pun segera menceburkan diri ke danau tersebut lalu membuka pakaian untuk membersihkannya dari noda darah serta tanah.
Byuuuurrr
Wajah tampannya kini terlihat bersih dan segar setelah terkena air. Zhang Yuze menikmati mandi sorenya itu sambil menyelam ke dalam air, berlatih menahan napas.
Ketika berada di dalam air, samar Zhang Yuze mendengar kedatangan dua orang ke tempat tersebut. Mereka berbicara sebentar lalu hening lagi.
Zhang Yuze mengira jika orang tadi sudah pergi dan ia pun menyembulkan kepala ke permukaan air.
Zrash ...
Tubuh jangkungnya menyembul hingga menamakan otot-otot bisep yang menonjol. Wajahnya diraup disusul gerakan mengusap ke atas kepala. Rambut panjangnya tergerai meneteskan air di tubuhnya.
Terdapat beberapa bekas luka tergambar di kulit putihnya itu.
Jika diamati dengan seksama, paras dan penampilan Zhang Yuze bisa dikategorikan idaman para wanita.
Zhang Yuze tak tahu jika di sana ada orang yang hendak mandi juga sehingga orang itu terkejut melihat tubuh polosnya.
"Whoooaaaa, dasar mesum!" pekik orang tersebut sambil menutup wajahnya menggunakan telapak tangan.
Zhang Yuze refleks menoleh lalu berbalik memunggungi. "Hei, sedang apa kau di sini?" tanyanya panik.
Bagaimanapun Zhang Yuze tak pernah memperlihatkan tubuh pada siapapun apalagi seorang wanita.
Walaupun tak polos sepenuhnya, tapi bagian atas tubuhnya terekspose sehingga orang lain bisa bebas melihatnya.
Gegas ia memungut pakaian yang sudah dibersihkannya tadi lalu mengenakan dengan buru-buru.
Wanita itu masih berteriak. "Justru aku yang harusnya bertanya. Kenapa kau bisa keluar dari dalam air? Apa kau menguping pembicaraan kami?" tudingnya tiba-tiba.
"Menguping? Apa maksudmu? Aku tadi sedang__"
"Jangan mengelak! Kau pasti suruhan Tetua Jin Yuan, 'kan!" tuding wanita itu sambil mengarahkan pedang ke leher Zhang Yuze.
"Whoooa, tenang Nona! Aku benar-benar sedang mandi." Zhang Yuze mengangkat kedua tangan_pura-pura menyerah.
"Kau tidak bisa berdalih di depanku, ukhuk. Kau ... Ukhuk," Wanita tersebut memuntahkan darah sambil berlutut. "Sial, aku harus segera ke Lembah Bintang." gumamnya.
Zhang Yuze segera keluar dari dalam air lalu berjongkok di samping wanita itu. "Kau tidak apa-apa, Nona?!"
Namun wanita itu segera menepis keras tangan yang hendak menyentuh tubuhnya. "Jangan sentuh aku!"
Kedua tangan Zhang Yuze terangkat ke atas. "Baiklah!"
...Bersambung ......