Dalam perjalanan pulang dari kantor Sheryl tiba-tiba bertemu dengan cinta monyetnya waktu SMA yang pernah membuatnya patah hati, tapi ternyata dia sudah punya anak. Akankah cinta itu tumbuh lagi setelah 10 tahun berlalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon housewife, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang mantan
Hari itu menjadi awal hubungan Sheryl dan Johan. Selama menjalin hubungan dengan Sheryl, Johan adalah pacar yang perhatian dan setia. Di kantor mereka tidak mengumbar kemesraan dan bersikap profesional. Namun setelah jam pulang kantor mereka sering menghabiskan waktu berdua sekedar untuk makan malam atau jalan-jalan ke mal. Begitu juga di akhir pekan mereka sering janjian untuk bertemu. Sheryl pun masih sering mengendarai motornya karena dia tidak mau harus selalu merepotkan Johan, kecuali saat-saat tertentu saja bila Sheryl terpaksa minta tolong Johan untuk menjemputnya. Sheryl sering membawakan Johan makanan yang dimasaknya sendiri sebagai bentuk perhatiannya. Johan merasa beruntung mempunyai pacar seperti Sheryl yang tidak hanya profesional dalam pekerjaan kantor tapi juga pintar memasak.
Tak terasa hubungan Sheryl dan Johan sudah berjalan dua tahun. Ditengah kehangatan hubungan mereka, ada saja yang mengganggu hubungan mereka. Tasya, dia merupakan cinta pertama Johan yang putus enam tahun yang lalu, tiba-tiba hadir kembali di kehidupan Johan.
Enam tahun lalu Johan yang belum punya apa-apa terpaksa harus memutuskan Tasya karena orang tua Tasya yang tidak menyetujui hubungan mereka dan menjodohkan Tasya dengan duda kaya yang umurnya jauh berbeda di atasnya, lantaran orangtua Tasya punya hutang pada pria tersebut. Setelah menikah, dia pun ikut suaminya tinggal di Medan. Kini Tasya telah menjadi janda kaya karena suaminya meninggal dunia akibat sakit komplikasi. Setelah habis masa idahnya, diam-diam Tasya mencari tahu keberadaan Johan lewat media sosial. Dia pun menemukan sebuah unggahan foto Johan sedang berdua dengan Sheryl saat mereka sedang jalan-jalan. Dia pun menelusuri akun milik Johan dan mendapatkan alamat kantornya. Dari situ dia yakin bahwa itu adalah Johan mantan pacarnya.
Tanpa ragu-ragu Tasya nekat mendatangi alamat tersebut. Jauh-Jauh dia terbang dari Medan ke Jakarta hanya untuk menemui Johan. Selama berumah tangga, Dia dan suaminya tidak di karuniai anak lantaran Tasya tidak mau punya anak dari lelaki tua itu. Tapi bukan berarti dirinya masih perawan karena selama menikah dia terpaksa melayani suami yang tidak ia cintai itu karena ia kerap dipukul dan diancam akan di pulangkan ke orangtuanya dan akan menagih hutang pada orang tuanya yang jumlahnya tidak sedikit.
Setibanya di depan gedung Distrifast, Tasya menunggu Johan yang sebentar lagi akan keluar dari dalam kantor. Tasya masih ingat Johan hanya bisa di temui pada jam istirahat. Dia pun menunggu di cafe depan kantor. Tidak lama kemudian Johan keluar kantor bersama Sheryl untuk makan siang. Mereka kebetulan sedang menyeberang menuju ke cafe tempat Tasya berada. Tasya akhirnya bisa melihat Johan, hatinya pun berdebar sekaligus sedih karena Johan tidak sendiri melainkan bersama gadis yang dilihatnya bersama johan dalam sebuah unggahan foto di medsos. Niat Tasya yang tadinya ingin memberikan kejutan pada Johan, akhirnya lebih memilih untuk sembunyi. Dia pun menutupi wajahnya dengan memakai masker dan kacamata hitam.
Setelah memasuki ruang cafe, mereka pun memesan menu. Selagi menunggu makanan siap, Sheryl tiba-tiba ingin ke toilet dan meninggalkan Johan sendirian untuk sementara waktu. Tasya yang sejak tadi mengamati mereka tidak melewatkan kesempatan ini, dia pun beranjak untuk menghampiri Johan.
"Jo." panggil Tasya.
Johan pun langsung menoleh, tapi dia tidak langsung mengenalinya. Tasya pun membuka kacamata dan maskernya.
"Ini aku Jo, Tasya."
"Tasya?!" tanya Johan terkejut.
"Kok k- kamu b-bisa ada di sini?" lanjut Johan tergagap.
"Panjang ceritanya Jo. Please Jo aku ingin bicara sama kamu. Aku tahu aku nggak bisa bicara sama kamu disini, jadi kamu pegang saja ini dan hubungi aku segera. Kalau tidak, aku akan kembali lagi ke kantormu besok. Kamu nggak mau kan ribut sama cewek kamu?" Ancam Tasya sambil menyerahkan secarik kertas yang bertuliskan nomor ponselnya.
"Tapi..." ucap Johan.
"Aku pergi dulu, aku tunggu telepon dari kamu." ucap Tasya sambil berlalu.
Tak lama kemudian pesanan pun datang, menyusul kemudian Sheryl kembali dari toilet. Johan pun segera mengantongi kertas yang berisi nomor tersebut ke saku celananya.
"Nah pas banget udah siap, yuk makan." ucap Sheryl.
Johan mendadak jadi tidak berselera makan. Dia hanya memakan sedikit-sedikit makanannya. 'Tasya... Kenapa dia tiba-tiba muncul?' ucap Johan dalam hati.
Sheryl memperhatikan Johan yang tiba-tiba jadi diam, kemudian menanyakannya.
"Kamu kenapa Jo? Nggak enak badan? Kok nggak di makan?" tanya Sheryl.
"Iya nih tiba-tiba perut aku nggak enak. Mungkin tadi pagi malas sarapan jadi telat makan." jawab johan pura-pura.
"Nah kan aku bilang juga apa, kalau pagi harus sarapan, biarpun cuma segelas susu." omel Sheryl.
"Sini aku suapin," kata Sheryl lalu menyuapi Johan dengan penuh perhatian. Dan Johan pun tidak bisa menolak perhatian dari Sheryl
***
Sekembalinya ke rumah, Johan mengeluarkan dari kantongnya secarik kertas yang Tasya berikan tadi siang. Dia teringat ancaman Tasya yang akan kembali menemuinya besok apa bila dia tidak menelepon Tasya. Dari pada nanti hubungannya dengan Sheryl diusik, lebih baik dia turuti saja dulu permintaan Tasya. Akhirnya Johan menghubungi nomor Tasya.
"Halo." ucap Johan.
"Ya, halo." jawab Tasya.
"Ini aku, Johan."
"Johan...akhirnya kamu menelepon aku juga. Aku sen..." ucap tasya terpotong.
"To the point aja, apa maksud dan tujuan kamu kembali ke sini?" tanya Johan tegas.
"Banyak yang aku mau ceritakan ke kamu, bisa ngga kita ketemu?" tanya Tasya.
"Buat apa? Kita udah ngga ada hubungan Sya, ingat kamu itu istri orang." jawab Johan.
"Suamiku sudah meninggal. Aku sudah jadi janda. Dan aku jauh-jauh datang ke sini cuma mau nemuin kamu Jo." ungkap Tasya
Johan tercengang mendengar Tasya sekarang sudah jadi janda.
"Aku turut berduka Sya, tapi maaf aku ngga bisa nemuin kamu. Aku sudah punya yang lain." jawab Johan.
"Please Jo ijinkan aku untuk ketemu kamu walau cuma sebentar. Kamu nggak tahu kan selama ini aku menderita? Kamu pikir aku hidup senang- senang dengan lelaki tua itu hah? Selama hidup dengan dia yang ada di pikiranku cuma kamu, makanya sekarang ketika dia udah nggak ada, satu-satunya orang yang sangat ingin aku temui itu kamu Johan!" ungkap Tasya.
"Tapi kita udah punya kehidupan masing-masing Sya. Ngga ada gunanya lagi kita ketemu." ucap Johan.
"Ya memang...bagi kamu ngga ada gunanya ketemu sama aku, tapi kamu nggak tahu betapa berartinya bagi aku melihat kamu Jo." ucap Tasya terisak.
Johan terdiam mendengar tangisan Tasya.
"Maafin aku Jo bukannya aku mau membebani pikiran kamu, tapi please kalau kamu masih punya hati temui aku sebentar aja, aku mohon....sekali sama kamu Jo..." pinta Tasya sambil terisak.
Hati Johan pun jadi bimbang. Dia berpikir sejenak lalu kembali menjawab.
"Baiklah, di mana aku bisa menemui kamu?" tanya Johan.
"Saat ini aku sedang menginap di SC Hotel, nomor kamar aku..." jawab Tasya terpotong
"Tidak perlu, kita cukup bertemu di lobi saja. Akan aku kabari kalau sudah sampai." tegas Johan.
"Baik." jawab Tasya.
Johan pun bersiap-siap berangkat ke hotel tersebut. Dia berniat hanya sebentar saja menemui Tasya supaya urusan ini cepat selesai. Tidak lama kemudian, Johan tiba di parkiran hotel. Lalu dia turun dari mobil dan berjalan menuju lobi. Entah kenapa dia jadi gugup dan jantungnya berdebar kencang.
'Kenapa jadi deg-deg an begini ya? Tenang Jo sadar, dia cuma mantan.' gumam Johan dalam hati.
Ketika sampai di lobi, dirinya langsung memberitahu Tasya melalui pesan. Lalu Johan menunggu sambil duduk di kursi lobi. Tidak lama kemudian Tasya muncul dia memakai mini dress casual yang ditutupi dengan coat selutut dan juga sepatu kets putih. Wajahnya terlihat lesu dan agak pucat, tapi Johan pun tidak mau lama-lama menatapnya.
"Jo." panggil Tasya.
"Hai." jawab Johan datar.
Tasya pun duduk menghadap Johan.
"Terima kasih kamu sudah mau datang. Maaf sudah merepotkan kamu. Aku nggak tahu harus ke mana lagi Jo." ucap Tasya.
"Memangnya orang tua kamu kemana." tanya Johan.
"Mereka masih ada di Jakarta, hanya saja orang tua yang seharusnya jadi tempat aku bersandar sudah tidak bisa aku harapkan lagi. Mereka malah sibuk mengejar-ngejar aku untuk minta bagian warisan almarhum suami aku. Aku dan suamiku tidak punya anak, jadi dia tidak punya ahli waris sehingga hartanya dilimpahkan sebagian besar kepadaku. Aku ke jakarta tanpa sepengetahuan orang tuaku. Aku cuma mau ketemu kamu Jo." kata Tasya.
"Silakan aku akan dengarkan." ucap Johan.
"Setelah putus dari kamu aku seperti kehilangan sandaran. Setelah dipaksa menikah aku dibawa ke Medan oleh suamiku. Kamu nggak tahu kan rasanya jadi aku? Aku seperti dijual oleh orang tuaku sendiri sebagai pelunas hutang. Belum lagi perlakuan almarhum suamiku yang kasar dan suka memukulku dan sering mengancam ku apabila aku tidak mau melayaninya. Lalu beberapa tahun kemudian dia mengalami sakit komplikasi karena faktor usia. Dan dia meninggal dunia beberapa bulan lalu. Menjelang ajalnya dia sempat minta maaf padaku dan mewasiatkan sebagian besar warisannya padaku. Dan sekarang orang tua ku mengincar ku untuk mendapatkan bagian warisan. Aku bingung harus lari ke mana." ungkap Tasya lirih.
Johan merasa iba mendengar cerita Tasya sekaligus merasa bersalah karena dulu tidak mampu melindunginya lantaran dia tidak punya apa-apa untuk bisa menolong Tasya.
"Maafkan aku Sya, mungkin kalau aku dulu bisa membantu kamu melunasi hutang orangtuamu kamu nggak akan mengalami semua ini." ucap Johan.
"Ini bukan salah kamu Jo, aku ngerti keadaan kamu saat itu. Jo....kamu tahu kan aku cinta kamu apa adanya? Dari dulu sampai aku menjalani rumah tangga, yang ada di pikiranku cuma kamu, bahkan sampai sekarang perasaanku masih sama. Tapi sepertinya kamu sudah benar-benar melupakan aku dan hidup berbahagia." ucap Tasya sambil menangis.
Seketika Johan merasakan pilu di hatinya, dia bisa merasakan kesedihan Tasya. Hati Johan pun hampir goyah mendengarnya. Tiba-tiba kenangan masa lalu terlintas di kepalanya saat melihat air mata Tasya. Dulu kalau Tasya menangis maka Johan lah yang menghapus air matanya.
"Jo, aku tanya sama kamu, apakah tidak ada sedikit pun sisa cinta di hati kamu buat aku?" lanjut Tasya.
"Tasya sudahlah, sekarang kamu sudah terlepas dari almarhum suami kamu, percayalah kelak nanti kamu akan menemukan seseorang yang lebih baik yang bisa mencintai kamu dengan tulus. Maaf sekarang sudah ada wanita lain di hati aku. Kalau tidak ada lagi yang mau kamu ceritakan, aku pamit." ucap Johan sambil bangun dari duduknya.
Tasya pun bangun dari duduknya sambil meraih tangan Johan untuk mencegah Johan pergi.
"Jo tunggu! Duh..."
Tiba-tiba tiba Tasya hampir jatuh terhuyung dan memegangi kepalanya. Johan pun refleks menangkapnya dan membantunya berdiri dan mendudukkannya kembali di kursi.
"Tasya kamu kenapa!?" tanya Johan.
"Entahlah kepala aku pusing." jawab Tasya yang bibirnya terlihat pucat.
"Apa kamu belum makan?" tanya Johan.
"Aku hanya minum dari pagi, aku tidak berselera." jawab Tasya.
"Tasya kamu harus ke dokter, muka kamu pucat!" ucap Johan panik, lalu Johan membawanya ke layanan kesehatan di hotel tersebut.
Sesampainya di klinik Tasya pun diperiksa. Dokter mengatakan bahwa tekanan darahnya rendah dan juga mengalami gangguan pencernaan karena makan yang tidak teratur. Dokter pun memberikan resep obat. Setelah menebus obat Johan terpaksa mengantarkan Tasya sampai ke kamarnya. Sampai di depan kamar Tasya membuka kunci pintunya. Lalu Johan mengantarnya sampai ke dalam. Setelah itu Johan berpamitan.
"Aku pulang dulu, udah malam. Ini obatnya, cepat diminum, habis itu kamu isi perut kamu terus tidur." ucap Johan sambil menyerahkan obatnya.
"Kamu nggak berubah Jo, perhatian kamu masih sama kayak dulu." ucap Tasya lirih.
"Aku melakukannya atas dasar kemanusiaan jadi jangan salah paham." sanggah Johan.
Tasya pun berdiri dan perlahan mendekati Johan.
"Jo,... Maafkan aku udah mengganggu kebahagiaan kamu yang sekarang. Semoga kamu berbahagia dengan pacar kamu, walaupun hati aku rasanya sakit mengatakan ini. Terima kasih sekali lagi kamu udah mau menemui aku. Besok pagi aku akan pulang ke Medan dan setelah itu mungkin aku akan pindah untuk mencari tempat tinggal lain entah di mana. Jadi kita mungkin nggak akan ketemu lagi untuk waktu yang lama. Boleh kan kalau aku peluk kamu untuk terakhir kali?" pintanya lirih.
Johan pun berpikir sejenak lalu akhirnya mengijinkannya dengan menganggukkan kepala. Tasya pun langsung memeluk tubuh Johan dengan berurai air mata, seolah dia telah menemukan sandaran hidupnya selama ini. Johan pun yang sudah lama tidak merasakan pelukan Tasya, hatinya ikut terhanyut dalam kesedihan tapi dia menahan diri untuk membalas pelukannya. Setelah puas menangis Tasya melepaskan pelukannya ditatapnya lekat-lekat wajah Johan dan Tasya pun mengucapkan selamat tinggal.
"Selamat tinggal Jo...aku cinta kamu." ucap Tasya berbisik lirih.
Tasya pun tiba-tiba mengecup bibir johan dengan lembut. Johan terhentak, tapi Johan yang sudah terhanyut dan terbawa suasana malah membalas kecupan Tasya dengan ciuman yang dalam seolah dia merindukannya selama ini. Mereka pun saling membalas ciuman sampai Tasya terdorong mundur dan akhirnya terjatuh di ranjang dengan posisi Johan di atasnya yang masih memagut bibir Tasya, tangannya mulai menelusuri paha Tasya yang sudah tersingkap. Tapi seketika Johan berhenti dan langsung bangun dan membekap mulutnya sendiri dengan tangannya.
"Nggak, Tasya maafkan aku ini kesalahan." katanya sambil menggelengkan kepalanya."
"Bukan! Itu tandanya kamu masih cinta sama aku Jo!" jawab Tasya.
"Selamat tinggal Tasya, aku pamit." Jawab Johan sambil berlalu meninggalkan Tasya.
Johan pun pulang mengendarai mobilnya. Di sepanjang perjalanan pikirannya kacau.
'Apa yang sudah aku lakukan tadi? Mengapa aku seperti melepaskan kerinduan yang pernah ku pendam? Apa karena Sheryl tak pernah mengijinkan aku menciumnya sehingga aku terhanyut oleh Tasya? Sheryl maafkan aku udah mengkhianati kepercayaan kamu. Aku harus segera melupakan tasya.' lirih Johan dalam hati.
Sementara Tasya yang berbaring di kamar hotel masih merasakan bekas ciuman Johan di bibirnya. 'Johan masih mencintai aku, aku nggak akan melepaskan Johan, aku nggak peduli meskipun dia sudah punya wanita lain, lihat saja nanti suatu saat aku akan kembali ." ucap Tasya.
...----------------...