NovelToon NovelToon
Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Putri Yang Kembali, Kaisar Yang Menanti

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:10k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dikhianati oleh suami dan adiknya sendiri, Putri Wei Lian menyaksikan keluarganya dihukum mati demi ambisi kekuasaan. Di saat nyawanya direnggut, ia berdoa pada langit—dan mukjizat terjadi. Ia terbangun sebulan sebelum perjodohan maut itu terjadi. Dengan tekad membara, Wei Lian berjuang membatalkan takdir lamanya dan menghancurkan mereka yang menghancurkannya. Tanpa ia tahu, seorang pria misterius yang menyamar sebagai rakyat biasa tengah mengawasinya—seorang kaisar yang hanya menginginkan satu hati. Saat dendam dan cinta bersilangan, akankah takdir berubah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Subuh keesokan hari

Yan’er kembali dari pengintaian.

“Aku temukan sisa api unggun segar dan bendera kecil Hanbei robek. Mereka ada di dekat tebing Sunyi. Tapi jalur ke sana… penuh jebakan.”

Zhao Jin menyeringai. “Jebakan? Waktunya aku pakai ‘Jurang Melompat Langkah Tiga Belas’ milikku!”

“Tiga belas?” Wei Lian mengangkat alis.

“Langkah satu sampai dua belas biasanya gagal, jadi aku langsung ke langkah terakhir!”

Tebing Sunyi, sore hari

Rombongan akhirnya tiba. Jalur sempit, terjal, dan hutan menjulang mengapit kiri-kanan.

Wei Lian dan Mo Yichen turun lebih dulu. Ah Rui ditinggal di atas bukit bersama Yan’er yang mengawasi dari kejauhan.

Mereka bergerak diam-diam... hingga suara gemerisik daun terdengar.

Sebuah jebakan tali tiba-tiba menyambar. Wei Lian nyaris terangkat, namun Mo Yichen menariknya cepat.

“AWAS!”

Namun bukan Wei Lian yang tertarik—melainkan Mo Yichen.

Tali lain melilit kakinya dan menariknya ke dalam lubang jebakan.

“YICHEN!”

Wei Lian menjatuhkan diri ke tepi lubang—tapi tak bisa menjangkaunya.

“AKU TAK APA-APA!” teriak Mo Yichen dari bawah. “Tapi ini jebakan perang... Dan bukan dari bandit. Ini jebakan militer!”

Wei Lian menggigit bibir. “Kau yakin bisa keluar?”

“Percayakan padaku. Kau teruskan. Ayahmu mungkin hanya seratus langkah dari sini.”

Wei Lian menatap dalam ke arah gelap lubang itu, lalu mengangguk.

Dan ia maju sendiri... menembus semak terakhir...

Hingga tiba di sebuah celah batu besar.

Di dalamnya… seorang pria tua dengan rambut perak dan jubah robek duduk tertunduk.

Wei Lian mendekat perlahan.

“…Ayah?” bisiknya.

Pria itu membuka mata. Mata yang dalam dan penuh luka.

“Lian’er...?”

Wei Lian menangis seketika.

“AYAH…!” seru Wei Lian

Dan di balik batu, seseorang berbisik pelan…

“Target telah ditemukan.”

Hutan Liang sunyi seperti makam purba. Hanya napas terputus-putus dan desir dedaunan yang menggigil menyertai pertemuan antara ayah dan putri yang terpisah oleh pengkhianatan dan tahun-tahun kelam.

Wei Lian jatuh berlutut di depan pria itu. Matanya basah, tapi tatapannya tetap teguh.

“Ayah... ini aku. Wei Lian.” Suaranya bergetar.

Pria itu Jenderal Wei menatapnya lama. Matanya sayu, rambutnya beruban, kulit wajahnya tampak kurus dan kasar, tapi sorot mata jernih khas prajurit itu... masih sama.

“…Kau sudah dewasa,” katanya pelan. “Kau tetap hidup…”

Wei Lian menggenggam tangan ayahnya, yang kini lemah dan penuh luka bakar tua. “Kami semua pikir Ayah sudah… sudah tiada. Mereka bilang Ayah memberontak... Mereka mengurung ibu”

“Bohong,” desis sang jenderal. “Mereka berkhianat. Mereka... menyiksaku agar mengaku. Tapi aku bertahan. Karena aku tahu, kau pasti selamat.”

Air mata Wei Lian jatuh. Tapi tak ada waktu untuk menangis lebih lama.

Suara ranting patah terdengar.

Dan dalam sekejap...

panah meluncur dari arah semak!

Wei Lian menoleh cepat, menarik ayahnya ke balik batu. Panah menghantam dinding dengan suara mengerikan.

Suara langkah kaki menggemuruh dari hutan. Ada lima… tidak, enam orang berpakaian hitam, wajah mereka tertutup kain.

“Keluarkan target!” teriak salah satu dari mereka. “Bawa Putri Wei hidup-hidup, bunuh yang lain!”

Wei Lian berdiri tegak, mata menyala. “Tidak kali ini.”

Ia mencabut pedang pendek dari balik punggungnya. “Ayah, tetap di sini. Aku yang melindungimu sekarang.”

Di atas bukit, Yan’er menatap pertempuran dari jauh.

Ia memandang Ah Rui. “Tunggu aku di sini. Jika aku tak kembali... larikan Jenderal Wei.”

Ah Rui mengangguk dengan mata merah, lalu menarik belati kecil dari sepatunya. “Kalau kau tak kembali... aku ledakkan dapur istana.”

“…Itu ancaman atau doa?” gumam Yan’er sebelum ia melompat turun.

Di dasar tebing

Wei Lian menebas dua penyerang sekaligus. Tapi jumlah mereka terlalu banyak.

Baru saja ia nyaris tertusuk dari belakang, sebuah batu meluncur dan menghantam kepala musuh.

Zhao Jin muncul dari balik semak, membawa wajan besi besar.

“Siapa bilang aku cuma bisa masak!?” teriaknya sambil menghantam musuh berikutnya.

“Kau?!” Wei Lian terbelalak.

“Simpan kekagumanmu nanti, nona! Sekarang saatnya beraksi!” teriak Zhao Jin sambil memutar tubuh dan menghajar tiga musuh sekaligus.

Tak lama, Yan’er menyusul dari atas. Ia meluncur seperti panah dari langit, menancapkan pisaunya ke bahu musuh dan mendarat ringan di sisi Wei Lian.

“Kenapa lama sekali?” gerutu Wei Lian sambil menusuk perut musuh.

“Aku pilih jalan pemandangan, maaf,” jawab Yan’er datar.

Dari dalam lubang perangkap

Mo Yichen akhirnya berhasil memanjat keluar, tubuhnya penuh lumpur. Ia melihat asap dan panah di kejauhan.

“Jadi… mereka mulai tanpa aku, ya?”

Ia mencabut pedang panjangnya dan berlari.

Pertempuran sengit terus berlangsung.

Satu demi satu musuh jatuh. Tapi dari arah barat, seorang pria tinggi muncul. Wajahnya tak tertutup kain, dan pakaiannya lebih mewah dari yang lain.

“Namaku Pang Zhi,” katanya. “Atas nama Putra Mahkota, aku diperintahkan menghapus segala jejak Jenderal Wei dari dunia ini.”

Wei Lian menatapnya dengan dingin. “Atas nama seorang pengkhianat... kau memilih mati sebagai anjing.”

Pang Zhi tertawa, lalu menyerang.

Duel besar dimulai.

Pedang beradu, suara logam melengking di udara.

Pang Zhi ternyata bukan prajurit biasa. Ia adalah salah satu instruktur militer dari akademi rahasia Putra Mahkota, ahli bela diri dengan 30 tahun pengalaman.

Tapi… Wei Lian bukan gadis istana biasa.

Ia menangkis, mengelak, dan melawan dengan gerakan yang tak lazim campuran teknik bela diri ayahnya dan gaya adaptif yang ia kembangkan sendiri.

Pang Zhi akhirnya terkena tebasan di bahu.

Namun sebelum ia sempat balas menyerang, pedang panjang menembus tubuhnya dari belakang.

Mo Yichen berdiri di sana, tatapannya tajam.

“Sentuh dia sekali lagi… dan aku sendiri yang kirim jiwamu ke neraka.” marah Mo Yichen

Pang Zhi terkapar.

Dan hutan kembali hening.

Beberapa saat kemudian

Jenderal Wei akhirnya dibawa keluar dari celah batu oleh Yan’er dan Zhao Jin. Ah Rui menangis pelan saat melihat wajah tuan tua itu.

“Selamat datang kembali, Tuan…” seru Ah Rui

"Terima kasih" jawab Jenderal Wei lalu ia menatap putrinya dan pria di sisinya.

“…Kau bukan penjaga biasa,” katanya pada Mo Yichen.

Mo Yichen hanya tersenyum kecil. “Aku lebih suka dikenal sebagai orang yang tak akan membiarkan putrimu terluka lagi.”

Hari itu, di tengah reruntuhan semak dan luka-luka,

Wei Lian tak hanya menemukan ayahnya kembali,

tapi juga kekuatan baru yang tumbuh dari keberanian, kasih, dan pengkhianatan yang tak berhasil menjatuhkannya.

Tiga hari setelah pertempuran di Hutan Liang, rombongan Wei Lian kembali ke arah Luoyang. Kabar mengenai keselamatan Jenderal Wei Zhong belum tersebar luas atas permintaan Mo Yichen sendiri.

“Kita perlu waktu. Jika berita ini sampai ke telinga Putra Mahkota sebelum kita siap... dia akan menggila,” ucapnya pada Wei Lian.

Wei Lian hanya mengangguk, tapi di matanya, semangat menyala. Ayahnya masih hidup. Dan kini, satu demi satu batu yang dijatuhkan musuh mulai dikembalikan ke tempat semula… untuk digunakan melawan mereka.

Bersambung

1
Cindy
lanjut kak
Osie
wuuuaaaww
Cindy
lanjut kak
sahabat pena
putri seorang jenderal hebat memang cocok nya sama kaisar muda, kutub, setia dan bucin bukan sama putra mahkota 🤣🤣🤣
Cindy
lanjut kak
Osie
gagal fokus sama pet8 kedua..minyak menyala...kagak kebayang senjata pamungkas buatan ah rui
Cindy
lanjut kak
Kusii Yaati
kalau adiknya model Wei ruo walau ada kehidupan kedua pun ogah aq terikat persaudaraan dengannya, apalagi matinya karena ambisi yang belum terwujud, pasti tuh di kehidupan kedua pun ambisi gilanya masih ke bawa😒
Tiara Bella
akhirnya metong jg tuh si Wei Ruo....tinggal ngadepin putra mahkota aja
Nitnot
mantaaafs
Cindy
lanjut kak
Ayudya
Ren you ga akan perna sadar apa ya kalau dia tu udah salah
Osie
dan kalau bersama author..akupun siap menunggu double up lanjutan/Grin//Grin//Grin//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose//Rose/
Osie
akhirnya menuju hidup baru
Osie
kereeennn..gak sabar nunggu kiamat buatan wei lian di istana
Wulan Sari
semangat 💪 ayo Thor lanjut trimakasih, semoga Wei Ruo bisa di temukan dan sadar kalau dia berbuat jahat ....
Tiara Bella
Wei Ruo kemana gerangan dah lenyap aja ...
Yunita Widiastuti
khidupan rmh halaman baru
Cindy
lanjut kak
Tiara Bella
Wei Ruo ini ya bener² mw aja dihasut biar keluarganya hancur.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!