Dea Gadis desa yang biasa nya berjualan kue di kampung nya.
Karena tradisi perjodohan di kampung nya masih sangat ketat, Dea di paksa menerima perjodohan dengan anak juragan teh di kampungnya.
Untuk menolak juga tidak mungkin, karena orang tua nya bekerja di perkebunan teh milik juragan itu.
Akhirnya Dea memutuskan ke kota, dengan alasan akan pulang saat tunangan juga kembali ke desa. Karena sang tunangan sedang menuntut ilmu di Malaysia.
Tapi, lagi-lagi takdir tak berpihak padanya, setelah ijab Kabul sang suami langsung menceraikan nya.
Bagaimana kah perjalan kisahnya? apa penyebab suaminya menceraikan nya?
.
.
.
Novel ini berbahasa Jawa campur indonesia. ada beberapa yang di beri terjemahan dan tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Juniar Yasir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ndoro Ajeng Emosi
Tampak seorang wanita berkebaya sendang menyusuri jalan berbatuan. Dia mengenakan kebaya merah maroon dan mengipasi wajah, siapa lagi jika bukan Ndoro Ajeng. Wanita ini sedang menuju ke rumah Bu Ratmi.
Putra nya sudah beberapa hari lalu pulang dari Malaysia, tapi belum ada mendengar kabar dari calon menantunya. Dea, wanita itu no nya sama sekali tidak bisa di hubungi. Sedangkan menurut kalender Jawa, pernikahan mereka baiknya di laksanakan Minggu depan. Hingga membuat wanita paruh baya ini menyalah hati dan pikirannya. Karena sudah tidak sabar, Dirinya memutuskan untuk ke rumah Bu Ratmi saja untuk menanyai wanita muda itu.
Melihat rumah yang terbuka, tanpa mengucap salam Ndoro Ajeng langsung masuk menyelonong tanpa sopan santun.
“Mbak Ratmi, ni aku.’’?ucapnya mengelap kursi, baru setelahnya duduk.
“Siapa sih yang datang jam segini, ndak tau orang lagi turu opo?! Ndak ucap salam lagi.’’ Tama menguap sambil mengucek mata. Pria ini capek karena tadi pulang ujian langsung menolong Romo nya sebentar.
“Tama, Jaga ucapan mu! Sungkem dulu sama Ndoro Ajeng.’’ tegur Bu Ratmi.
“Iya Buk, eh apa?’’ Tama mendelik kaget mendengar nama yang Ibunya sebutkan.
“Jadi cah Lanang iku jangan cuma molor saja kerjaannya. Jika hidup kaya Ndak opo-opo, Iki? udah miskin, males pula.’’ Ajeng tersenyum miring pada Tama.
“Aku Iki ora males Yo Ndoro Ajeng terhormat! Aku baru saja tidur, sepulang sekolah langsung bantu Romo ku. Lah situ, datang di siang bolong begini. Koyo Ndak ada pekerjaan saja’’ Sengit Tama tak mau kalah. Kesal juga pria ini lama-lama. Sudah lelah, di tambah kedatangan tamu yang sok mengatakan hal yang tidak-tidak, apa tak membara hatinya.
“Mbak yu, ajari ya lambe anak mu Iki. jangan kurang ajar sama orang tua! Iki bocah sama saja sama Mbak yu nya. Ndak ada tata Krama nya.’’ Ajeng bukan main berangnya karena Tama berani melawannya.
Dua beradik ini memang tidak bisa mau di senggol, karena akan langsung di balas lebih parah. Mereka tipe yang tidak suka mengganggu orang lain, tapi jika sudah di ganggu duluan, siap-siap saja kena serangan ucapan mereka yang tidak bisa mau di filter atau di rem.
“Pada ngobrolin opo? Eh ada Ndoro Ajeng toh’’ ucap Romo lembut. Tama mental muak wajah Romo nya yang jika dengan keluarga Atmojo langsung saja lembut meleleh.
“Ratmi, kenapa Ndoro Ajeng Ndak kamu bikinin minuman?’’ Romo menatap Bu Ratmi agak tajam.
“Iya kakang’’ Bu Ratmi langsung ke dapur. Sedangkan Tama kembali masuk kamar.
“Maafkan kelakuan keluarga ku Yo ndoro.’’ Romo menunduk menangkupkan kedua tangannya.
“Hm. Mana putrimu? Suroto udah mau seminggu di Solo, tapi belum ada anak kesayangan sampeyan iku menunjukkan batang hidungnya. Bukankah Dia sudah berjanji akan pulang saat anak ku juga pulang?’’ Ajeng berkata sambil bersedekap dada.
“Saya sudah mencoba menghubunginya, tapi no ponselnya ora aktif. Mungkin ponselnya rusak. Iki aku juga khawatir. Mau menyusul ke Jakarta tapi Ndak ada biaya dan Ndak tau juga alamatnya’’ balas Romo sudah sangat malu sekali.
“Aku orak mau tau! Segera hubungi anakmu itu! Suruh Dia pulang. Dia sudah berjanji akan menikah dengan putraku setelah Suroto pulang dari Malaysia. Jangan sampai keluarga kalian mencoreng nama keluarga Atmojo menjadi buruk!’’!ucap lantang Ndoro Ajeng. Romo hanya mengangguk sungkan.
Dalam hati merutuk sang putri yang sepertinya memang sengaja menonaktifkan no nya. Romo masih ingat, jika anaknya itu baru saja beli ponsel, meskipun ponsel jadul, tapi masih baru.
Bu Ratmi datang dari dapur membawa nampan. Ada teh dan kerupuk opak dan cemilan yang di bikinnya tempo hari.
“Loh, loh, kemana Ndoro Ajeng?’’ tanya Bu Ratmi.
“Sudah pulang. Kamu itu mendidik anak gimana sih? Hanya bisa mempermalukan aku saja. Suruh Tama untuk menghubunginya, kalau bisa susul Dia ke Jakarta. Aku Ndak mau Juragan Sunoto mengamuk. Mau kerja apa aku nanti dan mau dengan apa kita membayar hutang itu?!’’ Geramnya lalu masuk ke kamar, membanting kasar pintunya. Bu Ratmi hanya menatap nanar.
.
.
...🩵🩵🩵🩵...
.
Sementara itu Suroto dirumahnya sedang cemas bukan main. Pria ini sudah berulang kali mencoba menghubungi no ponsel tunangannya. Wanita yang diketahui tinggal di Malaysia itu, ponselnya sedang rusak saat mereka ribut kecil. Karena Si wanita tidak rela jika Suroto mendadak pulang. Saripah juga ingin pergi tapi tidak bisa mau langsung ikut begitu saja. Banyak yang harus di urus.
“Arhhhhhgk... kemana Saripah ini? sulit sekali untuk dihubungi’’ gumamnya pelan.
“Siapa yang sulit di hubungi? Dea?!’’ tanya Juragan Sunoto tiba-tiba, membuat Suroto kaget bukan main.
“Romo?.. I-iya. No ku masih di blokir nya. Bagaimana ini romo? Apa di batalkan saja pernikahannya?’’ Suroto merasa ini lah kesempatannya.
Dengan menyalahkan Dea yang tak kunjung pulang dan tak bisa dihubungi jadi bisa sebagai alasan dirinya membatalkan pernikahan tanpa seorang pun tau jika Dia lah yang telah berkhianat.
“Eh bocok gemblung! Enak sekali lambe mu itu jika bicara! Jangan membuat nama Romo mu ini tercoreng. Undangan sudah di sebar, keperluan lainnya juga sudah mulai di beli. Selain malu kita juga akan rugi besar!’’ sentaknya.
“Romo tidak mau tau, kau harus bisa membawa Dea pulang ke Solo dengan cara apa pun!’’ tekan Sunoto. Lalu keluar kamar.
Suroto meremas rambutnya frustasi. Dia sudah tidak lagi mencintai Dea. Semenjak No nya di blokir dan Dia bertemu Saripah di Malaysia, Suroto sudah mulai mencintai wanita itu. Setiap hari mereka bertemu, apalagi Saripah juga kuliah di kampus yang sama.
Saripah juga sempat mengajaknya menikah, tapi Suroto langsung menolak halus, dengan alasan Dirinya belum cukup pantas karena belum punya kerjaan. Dia juga beralasan Orang tuanya tidak akan mudah mau melepaskan Dirinya jika belum bertemu wanita yang ingin di nikahi.
“Bagaimana ini? Aku sungguh Ndak mau menikah dengan Dea. Aku baru menyadari jika Dea itu wanita gila, keras kepala, Ndak cocok jadi pendamping aku yang gagah dan tampan ini. Belum lagi mulutnya yang teramat pedes itu jika bicara. Bisa-bisa tiap hari akan baku hantam dengan Ibuk.’’
Ya. Siapa yang akan menjadi istri Suroto
harus tinggal di rumahnya. Hidup bersama karena Suroto adalah pewaris harta dan kebun Teh Juragan Sunoto. Mana mau Ndoro Ajeng anaknya membuat rumah lain. Apalagi Dia ingin mengajarkan sendiri menantunya cara jadi istri yang baik untuk melayani suami. Wanita yang terkenal Arogan itu juga tidak mau harta kekayaannya diambil alih orang lain.