Sinopsis
Darren Mahendra, seorang CEO muda yang tangguh dan berdedikasi, namun memiliki latar belakang yang kompleks. Meskipun bukan pewaris utama keluarga Syailendra, ayahnya mempercayakannya untuk mengelola perusahaan. Ini membuatnya harus bekerja keras untuk membuktikan dirinya.
Kehilangan ibunya secara misterius masih menghantui pikirannya, dan dia terus mencari kebenaran. Pertemuan kembali dengan Dokter Aqila, adik angkatnya, membawa sedikit kelegaan dalam hidupnya. Aqila memiliki kepribadian yang ceria dan peduli, membuat Darren merasa nyaman di dekatnya. Tanpa disadari, Darren mulai merasakan ikatan yang lebih dalam dengan Aqila.
Apakah Aqila akan menjadi sumber kekuatan baru bagi Darren? Ataukah dia hanya melihat Darren sebagai kakak angkatnya? Bagaimana Darren akan menghadapi tantangan sebagai CEO muda yang bukan pewaris utama?"
Disarankan untuk membaca karya "DINIKAHI DUDA KAYA" terlebih dahulu ya 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eli Priwanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apakah kau cemburu?
Kini Aqila dan Darren berada di dalam mobil, selama dalam perjalanan, Aqila terus saja mengoceh, apalagi ocehannya sangat berunfaedah.
"kak, apakah kakak sudah lama kenal dengan dua orang menyebalkan itu?" Tanya Aqila kala ia menatap sang Kakak yang sedang serius menyetir.
Namun sepertinya Darren malas untuk menanggapi.
"apakah tidak ada topik lain selain membahas dua manusia itu La? Kupingku terasa penging saat kau melontarkan nama dua orang itu!" Darren mengeluh seraya berdecak kesal.
"tapi tadi aku melihat Siska bersikap genit loh sama kakak, ish...pecicilan tidak jelas!" Aqila tampak sebal ketika ia mengingat kelakuan Siska yang bagaikan cacing kepanasan kala ia dekat dengan kakaknya.
Lalu Darren mencoba menghentikan laju mobilnya di pinggir jalan.
Ditatapnya wajah sang adik yang terlihat kesal serta tertekuk, dengan kedua tangannya yang bersidekap di atas dada, tidak lupa bibir kerucutnya yang khas telah ia pertontonkan di depannya.
"Kenapa kau seolah tidak suka kalau Siska bersikap seperti itu padaku, apa...!" Seketika perkataan dari Daren melayang di udara, sehingga membuat Aqila menjadi penasaran di buatnya.
"atau apa kak?" Tanyanya sambil mengerutkan dahi.
Setelah itu Darren mencoba mendekat dan membungkuk, ia menatap dalam Aqila.
"atau kau mulai cemburu, karena Siska bersikap seperti itu, hem?"
Seketika wajah Aqila telah di kuasai oleh rona merah padam, sontak ia membuang pandangannya agar kedua matanya tidak saling bertemu dengan sang kakak.
"Cemburu apanya kak? Ish... kakak ini suka mengada-ada!" Elaknya sembari mengigit bibir bawahnya.
Melihat Aqila yang tiba-tiba menjadi salah tingkah akibat perkataannya yang barusan, Darren malah tersenyum puas.
Kemudian ia kembali melajukan mobilnya dan mengemudikannya dengan kecepatan sedang.
Tiba-tiba terdengar suara perut Aqila yang telah berbunyi akibat sedari tadi ia belum sempat memakan makan siangnya akibat ulah dari Steven.
Darren yang mendengar hal itu, ia malah tertawa kecil, kemudian ia mencari salah satu tempat makan siap saji, agar Aqila tidak lama menunggu.
Akhirnya ia membelokan mobilnya ke salah satu restoran yang biasanya disukai oleh anak kecil, tidak lain Ayam goreng DFC.
"yeyyy...baru saja aku mau bilang sama kakak kalau aku ingin makan di sini, eh rupanya kakak sudah tahu apa yang aku mau!" Jawabnya sambil bersandar di bahu sang kakak, sikap manja Aqila selama ini mulai di salah artikan oleh Darren, setiap berada di dekatnya detak jantungnya kian berdebar kencang, bahkan sehari saja tidak bertemu rasanya ada yang kurang, dan entah kenapa ia selalu merindukannya.
Kemudian Aqila bergegas turun dari dalam mobil setelah mobil berhenti di tempat parkiran yang sudah tersedia.
Kemudian setelah itu Darren mengusul Aqila yang sudah pergi terlebih dahulu.
Dari kejauhan ia terus saja menatap punggung sang adik yang selalu ia sayangi, entah lah rasa sayang seperti apa yang telah ia rasakan saat ini, sungguh tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata.
Setelah berada didalam Restoran cepat saji, Aqila sudah berada di depan meja kasir, ia memilih menu apa saja yang akan ia pesan, sedangkan Darren tepat berada di belakangnya.
"Kak, boleh aku pesan menu yang ini? Ehhhh...yang ini juga boleh?" Aqila benar-benar memesan makanan cukup banyak, Darren sempat dibuat menggeleng atas sikap Aqila, namun ia begitu menyukainya saat Aqila bisa tersenyum bahagia.
"apapun yang kamu mau, pasti kakak belikan, cuma apa kau sanggup makan makanan sebanyak ini? Kau bukan wanita yang memiliki perut gentong kan?" Cibirnya seraya tersenyum kecil.
Tiba-tiba Aqila malah mencubit kedua pipi sang kakak.
"ish, kakak ini kalau ngomong suka seenaknya, perutku bukan perut gentong kak!" Balasnya mencoba membela diri.
Lagi-lagi Darren hanya menanggapinya dengan sebuah senyuman, entah kenapa setiap kali berada di dekat Aqila, semua beban yang ia rasakan seolah sirna seketika, dan ia pun merasa nyaman berada di dekatnya, inilah yang saat ini Darren rasakan akhir-akhir ini setelah pertemuannya kembali dengan sang adik setelah empat tahun lamanya terpisah karena Aqila telah menimba ilmu di Jogja dan tinggal bersama Ayah kandungnya.
Siapa sangka pertemuan nya kali ini telah banyak merubah semuanya, dan meninggalkan suatu perasaan aneh yang sebelumnya belum pernah ia rasakan, apalagi Darren belum pernah merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta terhadap seorang wanita, karena selama ini hidupnya hanya terfokuskan kepada ibunya yang telah menghilang serta upayanya yang ingin membuat Papah serta keluarganya bangga, meskipun Nenek Jelita tidak pernah menganggap dia bagian dari keluarga Syailendra.
Darren pun sadar diri jika posisi anak yang terlahir dari hasil luar pernikahan maka dirinya tidak memiliki hak waris atas kekayaan ayahnya, atau tepatnya ia bukanlah sang pewaris keluarga Syailendra dan ia hanya mendapatkan kebijakan dari sang Papah yang begitu menyayanginya.
Setelah pesanan tiba dan diletakkan di atas meja, Aqila hampir saja meneteskan air liurnya saking perutnya yang sudah sangat lapar, ditambah tadi pagi ia hanya menyantap sepotong roti.
Setelah berdoa, Aqila segera melahap ayam goreng ukuran jumbo plus kentang goreng yang memiliki porsi cukup banyak, Darren yang melihat Aqila makan dengan cara seperti itu, ia sampai menelan ludahnya. Sendiri.
Sepintas Aqila melirik sang kakak dengan ekor matanya.
"kakak mau? Kalau mau biar aku suapi, soalnya tangan ku keburu kotor dengan makanan ini!" ucapnya sambil mengunyah makanan dan kedua pipinya sampai membulat secara sempurna, Darren sempat tertawa kecil saat melihat kelakuan adiknya yang bagaikan bocah kecil yang sudah kelaparan setengah mati.
' kau sangat menggemakan La, ingin rasanya aku mencubit kedua pipimu yang bulat seperti bola!' gumam nya pelan.
"baiklah kalau begitu kamu suapi kakak ya?" Perintahnya sambil mengulum senyumnya yang mengembang.
Kemudian Aqila mulai menyuapi Darren, lalu ketika makanan itu mendarat di dalam mulutnya, ia malah menaikan kedua alisnya."Wah ternyata lezat juga ya makanan ini!" Kedua matanya sampai membulat karen tidak menyangka makanan yang berasal dari tangan Aqila begitu nikmat dan mengalahkan makanan terenak di dunia ini.
Selesai dengan makanan berat, kini Aqila melanjutkannya dengan memakan ice Cream Napolitan coklat dan vanilla.
"hemmmm...enaknya, tak kusangka aku bisa menikmati makanan seperti ini lagi, sudah berapa tahun ya Papah dan Bunda tidak mengajakku ketempat seperti ini lagi? Terakhir pas aku kelas dua SMU deh kayaknya."ujarnya mencoba menerka-nerka.
"sepertinya begitu La, kakak juga masih ingat, waktu itu kau dan Maura sempat berebut hadiah yang di dalamnya berisi mainan dan mainan tersebut adalah edisi terbatas, kalian benar -benar sudah seperti bocah dan sangat berisik!"
Mendengar sang kakak berkata seperti itu, Aqila sampai menyunggingkan bibirnya."Ish kak Darren ini masih ingat saja dengan kejadian memalukan itu." Ujarnya terlihat malu.
"Kau tahu La, pada saat itu aku dan Daffa serta Papah tertawa geli melihat tingkah laku kalian yang sangat menggelikan."
"sudah akh kak, jangan bahas itu lagi, aku jadi malas untuk mengingatnya!" Aqila malah terlihat kecut dan memajukan bibirnya karena kesal.
"Dih ngambek!"
"Bodo!"
Lalu dari arah meja lainnya yang terhalang dengan beberapa meja, ada seseorang yang telah mengawasi mereka berdua, orang tersebut sampai mengepalkan kedua tangannya dan wajahnya tiba-tiba saja mengeras.
"Cih, kalian berdua sungguh sangat memuakan dan menjijikan!' batinnya geram.
Bersambung...
☘️☘️☘️☘️☘️
wah Daren boleh diharapkan oleh Saga utk mngurusi perusahaan.