Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ormas Arwah
Seiichi mendatangi komplek perumahan Shea bersama dengan Sasikirana dan Darussalam. Putra Raiden Park dan Dewi Mentari itu tersenyum saat melihat Pak Sakera berada di gazebo.
"Assalamualaikum mbak Shea," panggil Seiichi sambil memencet bel rumah.
"Wa'alaikumsalam," balas Shea sambil membuka pintu dan calon ibu itu tersenyum. "Sheva, ada Oom Ichi tuh. Ayo Salim dulu."
Sheva yang memiliki nama lengkap Selvarina Kristal de Luca Sasono itu pun berjalan ke arah ibunya dengan didampingi Abraham.
"Hai Oom Ichi," sapa Sheva dengan wajah ceria.
"Hai calon mbak. Ngobrol apa sama Brem-Brem?" tanya Seiichi sambil memberikan tangannya ke Sheva untuk salim.
"Diajarin Holland Spreaken," jawab Sheva senang.
"Masuk Ichi," ajak Shea ke sepupunya. Rumah Shea tidak besar tapi asri dan bersih meskipun ada kucing dan balita. Rumah ayah Shea, Lachlan de Luca hanya beda dua blok dari rumah mungil itu dan rumah AKBP Victor Sihasale, satu blok di belakang. "Mau pizza? Aku tadi buat pizza mini permintaan Sheva."
"Mau aja ... Aku kok ditawari makanan," kekeh Seiichi.
Shea tertawa. "Bentar aku ambilkan."
Seiichi pun duduk diatas karpet bersama dengan Sheva yang sedang menulis bahasa Belanda dibantu Abraham.
"Wah, Sheva sudah pintar nulis," puji Seiichi.
"Iya dong Oom. Kata mama, kalau bisa menulis banyak-banyak, nanti mau dibelikan buku mewarnai Disney," jawab Sheva dengan wajah sumringah.
Benar-benar rewardnya yang sederhana tapi bisa memberikan stimulasi yang bagus buat motorik dan kognitif - batin Seiichi. Tapi dulu aku juga seperti itu sama Eomma.
"Buku mewarnai?" tanya Seiichi saat Shea datang membawa tiga piring pizza dan tiga es teh di atas nampan.
"Iya. Rewardnya yang memang pas buat Sheva. Tahun ini kan sudah masuk TK A. Aku memang sengaja tidak masukkan PAUD karena aku ingin mengajari Sheva sendiri."
"Kapan Sheva masuk TK?" tanya Seiichi.
"Besok Juli. TK di sekolah punya keluarga. Soalnya bang Steven mikirnya lebih dekat dengan rumah juga."
PRC Group memang memiliki sekolah dari PAUD, TK hingga SD dengan basis pendidikan ala Jepang yang mengutamakan manner dan etika serta kemandirian. Di kelas 1 dan 2 SD, anak-anak belajar mata pelajaran seperti kebiasaan hidup, musik, dan menggambar. Di kelas 3 hingga 6, mereka belajar mata pelajaran seperti bahasa Jepang, matematika, IPA, dan IPS. Tak heran jika sekolah ini selalu penuh peminat namun untuk masuknya juga sulit karena baik orang tua dan anak, menjalani test yang cukup spesifik.
"Nepo dikit ya Shea?" kekeh Seiichi.
"Lha bagian keluarga Pratomo kan dapat privilege, toh tidak setiap tahun ada. Eh tapi, tahun ini Sheva dan Kenzie yang masuk," gumam Shea. "Arnawa dan Gayatri masih tahun depan." Dua nama terakhir adalah anak kembar Hana dan Madhava.
Seiichi mengangguk dan melihat Mbak Lilis datang bersama dengan Tole.
"Lha, Tole kok kemari? Kenapa tidak di Polda?" tanya Seiichi.
"Kata mas Darussalam, mas Ichi butuh bantuan?" cengir Tole memperlihatkan giginya yang agak runcing.
Sheva langsung menutup matanya karena kaget dan Abraham berada di depan balita cantik itu.
"Bang Tole, Sheva jadi takut! Jangan nyengir dong!" protes Abraham.
"Sorry ...." Tole mengusap kepalanya kikuk. "Maaf neng Sheva. Aa' Tole tidak akan nyengir lagi sebelum ke dokter gigi."
Shea dan Seiichi melengos mendengar ucapan Tole yang menjadi mata-mata di Polda.
"Mas Ichi, katanya mau kasih aku pekerjaan yang sangat aku sukai?" tanya Mbak Lilis dengan wajah berbinar.
"Kerjaan apa Ichi?" tanya Shea bingung.
"Aku tadi ke rumah Sasi ... Rencananya aku mau mencari bukti-bukti tapi sampai sana, rupanya rumahnya dijaga ketat. Aku tidak mungkin kan nembak mereka pakai peluru bius. Jadi aku berpikir, cara mengusir mereka adalah ...."
"Bawa aku dan rombongan piknik! Yaaaayyyy!" seru Mbak Lilis heboh.
Shea dan Sheva menatap Seiichi. "Kamu mau bawa berapa pasukan?"
"Ormas Arwah lah!"
Shea melongo. "Ormas .. Arwah?"
Seiichi mengangguk. "Kan mereka pada gabut mesti. Jadi kenapa tidak ganggu orang jahat?"
Shea menoleh ke Mbak Lilis dan Tole. "Siapa saja yang mau ikut?"
Mbak Lilis dan Tole memasang wajah usil. "Menurut mbak Shea?"
Shea hanya memegang pelipisnya. "Aku tidak mau tahu."
Mbak Lilis dan Tole langsung bertos ria sementara Longga dan Pak Sakera menghela nafas panjang karena tahu, semakin dilarang semakin menjadi mbak Lilis. Baginya, larangan adalah perintah.
"Nanti malam kan mas Ichi?" tanya Mbak Lilis dengan mata berbinar.
"Yes!"
***
Ruang Kerja Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya
"Oke dik Steven. Hati-hati," ucap AKBP Victor setelah menghubungi AKP Steven dan AKP Arief yang berada di Bandung.
"Bagaimana?" tanya Dokter Lucky yang tidak menduga bahwa mereka sebenarnya kemarin bisa menangkap si pembunuh berantai tapi mana dia dan Daisy tahu seperti apa wajah si pelaku kan?
"Dik Steven dan dik Arief sedang meminta rekaman CCTV di cafe tempat kamu kemarin pergi sama Daisy dan anak-anak."
Dokter Lucky merasa kesal karena harus melepaskan penjahat begitu saja.
"Bukan salah kamu Ky, kamu tidak tahu."
"Tetap saja aku kesal!" jawab Dokter Lucky.
***
"Kamu mau ngapain?" seru Seiya saat sedang makan siang di taman belakang gedung PRC Group Kuningan Jakarta.
"Bawa ormas arwah ke rumah Sasi," jawab Seiichi.
Seiya memegang pelipisnya. "Oke anaknya Oom Dendeng, biasanya gue benci ormas tapi kalau ormas yang ini, gue dukung! Terus kita ngapain entar malam?"
"Mengambil kunci tempat penyimpan barang-barang bukti."
"Kunci ... Safe deposit box?" tanya Seiya.
"Bukan. Di storage, gudang penyimpanan di Tangerang."
Seiya terkejut. "Kira-kira apa yang disimpan disana?"
"Aku kurang tahu, Sekiya."
Seiya pun bersemangat. "Aku ikut!"
***
Kediaman Keluarga Brigjen Rayyan
"Kamu mau bawa ormas?" seru Brigjen Rayyan panik saat mereka makan malam di rumah dan Seiya meminta ijin untuk masuk ke rumah Sasikirana.
"Ormas Arwah, papa. Nggak dilarang tho?" jawab Seiya cuek sambil menikmati kari kikil buatan Anala.
"Ya kalau ormas gitu, papa gimana nahannya? Diborgol lolos ... Eh mending diborgol, wong papa nggak bisa lihat juga !" gumam Brigjen Rayyan sambil berpikir.
Anala sudah cekikikan melihat wajah bingung suaminya. "Mas Rayyan tuh lho. Jangan model Rati yang ngomong sama ikan di akuarium."
"Ho oh ya. Seiya, kamu harus hati-hati. Kalau ada apa-apa, kamu hajar pakai pukulan Pegasus!"
Seiya menatap sebal ke ayahnya. "Memangnya anak papa yang ganteng ini Pegasus Seiya?"
***
Dunia Arwah
"Kamu mau bawa berapa Lis?" tanya Eyang Surti saat Mbak Lilis minta ijin pinjam pasukan.
"Ratusan tapi kok jadi macan iklan wafer. Sepuluh cukup, Eyang."
"Oke, kamu, Tole, Longga, Sakera, Darusalam, dua mbak Kunti, satu gondo dan dua pocong boy. Lis, kamu itu mau bikin mereka jantungan?"
"Leres, Eyang. Seru kan?" cengir Mbak Lilis.
"Senang amat kamu!" cebik Eyang Surti sebal.
***
Yuhuuuu up Siang Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
mending sama bu grace aja🤭
mas faris mau jd pekesor????
udh tau pnya pwang,mlah mau nikung ktanya.....🤣🤣🤣
tapi kasihan juga nanti cucunya ustadz Amir