"Menyingkirlah dan berhenti mengejar aku. Percuma saja, aku tak suka dengan anak kecil."
"Enak saja anak kecil, aku sudah besar, Om. Lihat saja, dada ku tumbuh dengan baik."
Darren Wisnu Abiana adalah seorang duda keren berusia 36 tahun, dia di tinggalkan oleh sang istri untuk mengejar pria lain. Patah hati yang Darren rasakan membuat nya trauma dan menutup hati nya untuk wanita mana pun.
Hingga, seorang gadis berseragam SMA datang dan mengejar nya. Meskipun dia sudah bersikap jutek pada gadis bernama Sherena itu, tapi dia tetap tidak pantang menyerah untuk mendapatkan nya.
Akankah pertahanan Darren runtuh saat melihat kesungguhan yang di lakukan oleh Sheren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 - Duren Sawit
"Bibir mu bengkak, kenapa?" Tanya April dan di angguki oleh kedua teman nya yang lain.
"Gak mungkin di sengat lebah kan?" Tanya Meysa sambil terkekeh.
"Bukan, mana ada lebah disini." Jawab Sherena.
"Ya terus, itu bibir mu kenapa? Mana merah bener, pake gincu?" Tanya Arina sambil terkekeh.
"Udahlah, nanti gue ceritain. Yuk masuk, mama udah nungguin kalian di dalem." Ajak Sherena, ketiga nya pun masuk ke dalam rumah. Mereka langsung duduk di sofa yang ada di ruang tamu.
"Mama, ini temen-temen Sheren udah pada datang." Teriak Sherena, tak lama Arumi datang sambil membawakan kue pesanan teman-teman putri nya.
"Wahh, cantik-cantik sekali ya teman kamu. Selamat datang, silahkan di cobain kue nya."
"Terimakasih Tante."
"Panggil Mama aja, gak usah canggung ya. Sering-sering aja main kesini biar Sheren enggak kesepian. Di komplek ini gak ada anak gadis, cuma ada nya duda." Celetuk Arumi sambil terkekeh.
"Dih, mama."
"Yasudah, kalo gitu Mama ke dapur dulu. Itu cucian piring belum selesai."
"Oke, Ma." Jawab Sherena. Arumi pun pergi dari ruang tamu dan membiarkan putri nya juga teman-teman nya mengobrol. Mungkin saja mereka akan canggung jika dirinya ikut nimbrung, jadi dia memilih untuk pergi ke dapur dan menyelesaikan pekerjaan nya lebih dulu.
"Ayo di makan, gak usah sok-sokan malu-malu. Jijik gue soalnya."
"Dihh, wajar kali kita tuh malu-malu soalnya ini kan pertama kali kita bertamu." Jawab April sambil mencomot sepiring kue coklat dari piring dan memakan nya.
"Biasa nya juga malu-maluin." Celetuk Meysa membuat April cengengesan.
"Udahlah, ayo makan."
"Jadi, itu bibir Lo bengkak kenapa? Bener kena sengat lebah apa gimana sih?" Tanya Arina.
"Ini di gigit sama Om-om itu." Jawab Sherena sambil tersenyum, dia tidak masalah bibir nya bengkak karena ulah pria itu, dia malah senang karena yang melakukan nya adalah pria yang dia sukai. Tapi, beda lagi kalau semisal yang melakukan hal itu adalah pria lain. Bisa-bisa, khodam Sherena keluar.
"What? Di gigit gimana?" Tanya Meysa, sambil menyeruput es jeruk dari gelas nya dengan perlahan.
"Jadi, tadi kan gue nganterin kue coklat gini di suruh sama Mama. Kalian percaya gak pas gue udah ngetuk pintu, dia langsung narik gue ke dalem, setelah itu dia nindih gue di sofa kan ya. Terus kalian tahu lah yang terjadi sampe bibir gue bengkak gini." Jelas Sherena yang membuat ketiga teman nya menganga.
Uhuk.. uhukk..
Meysa yang sedang menyeruput es jeruk nya, sampai tersedak hingga terbatuk-batuk dan membuat wajah nya memerah seketika.
"Pelan-pelan aja kali minum nya, heboh bener." Ucap Arina sambil menepuk-nepuk punggung Meysa yang duduk di samping nya.
"Kaget gue, sumpah." Jawab Meysa pelan.
"Tapi, apa dia minta yang lain sekedar ciuman, Sher? ML misalnya?" Tanya April penasaran, dia benar-benar penasaran karena kecengan sahabat nya itu adalah duda, otomatis dia pria dewasa kan.
"Tadi sih dia hampir nyentuh ini, tapi gue keburu sadar dan halangin pake tangan." Jawab Sherena sambil tersenyum.
"Tapi, gue salut sih sama Lo. Walaupun Lo tuh keliatan nya bucin akut sama tuh Om-om, Lo masih bisa berpikir rasional gitu." Ucap April, di antara ketiga nya dia lah yang paling banyak memakan kue coklat nya.
"Maksud Lo?" Tanya Sherena.
"Iya, harusnya Lo seneng kan karena Om-om itu yang mulai duluan? Tapi, itu semua gak bikin Lo bodooh dan biarin dia ngejamah tubuh Lo gitu aja, Sher. Bagus sih, pertahanin." Ucap April lagi. Kedua teman nya yang lain juga menganggukan kepala, mereka setuju dengan ucapan April.
Meskipun kadang nyeleneh plus malu-maluin, tapi dia juga bisa bersikap sebijak ini. Intinya, dia bisa menyesuaikan sikap nya dengan situasi dan keadaan.
"Iya, gue emang gak tega pas liat wajah nya sendu gitu, natap gue kayak mengiba gitu. Tapi gue bilang, jangan sekarang. Jelas dia nanya kan, terus kapan? Gue jawab, nanti kalo dia udah bisa nerima gue. Gak salah kan ya?"
"Gilaa, Lo bilang gitu sama om-om itu?" Tanya Meysa.
"Iya, kenapa emang nya?"
"Parah sih, Lo badas banget." Puji gadis itu sambil tersenyum dan mengacungkan jempol nya ke arah Sherena.
"Maksud Lo apaan sih? Mana ada badaas, cuma ngomong gitu doang."
"Terus, setelah Lo ngomong gitu dia gimana?" Tanya Arina dengan antusias. Dia selalu antusias saat Sherena menceritakan kisah percintaan nya dengan pria berbeda usia. Bukan hanya perbedaan usia yang membuat kisah mereka berbeda, tapi karena perbedaan status juga.
"Gue siap-siap mau balik kan, nah terus dia bilang gini. Jangan pakai pakaian seperti itu keluar rumah, kamu hanya boleh memakai pakaian seperti itu di rumah atau di depan saya." Jelas Sherena. Lagi-lagi, ketiga nya menganga mendengar ucapan Sherena.
"Wahh gilaa, dia beneran ngomong gitu, Sher?"
"Iya, sumpah. Dia beneran ngomong kek gitu ke gue, gays." Jawab Sherena sambil tersenyum manis.
"Itu tanda-tanda gak sih?"
"Tanda-tanda apa?" Tanya gadis itu dengan wajah bodooh nya.
"Tanda-tanda bucin lah ege, Lo gak ngerasa gitu? Dia bahkan mulai ngelarang Lo pake baju terbuka gitu, dia mulai posesif gitu sama Lo, Sher."
"Serius? Apa iya? Jangan bikin gue berharap dong."
"Berharap sama manusia tuh sering nyakitin tahu, Sher. Tapi dengan respon yang di lakuin sama tuh Om-om, artinya ada perkembangan kan? Dia gak jutek lagi kan, Sher?" Tanya April lagi.
"Enggak sih, gak terlalu jutek gitu. Tapi masih datar, sedatar tembok." Jawab Sherena lagi sambil tertawa.
"Nah, itukan ada perkembangan dikit kan? Semangat ya berjuang nya."
"Hmmm, okey. Gue bakalan ngejar tuh cinta Om-om." Jawab Sheren sambil tertawa.
"Btw, rumah nya mana sih?"
"Rumah gede yang berseberangan sama rumah ini tuh rumah nya."
"Astaga, jadi ini definisi pacaran lima langkah anjir. Tetanggaan dong." Ucap Meysa sambil terkekeh.
"Iya, tetanggaan." Jawab Sherena.
"Spill dong wajah nya, penasaran kita."
"Sebentar, gue ambil ponsel dulu." Jawab Sherena, dia beranjak dari duduknya lalu mengambil ponsel nya yang tadi dia tinggalkan di dapur.
Tak lama kemudian, Sherena sudah kembali dengan membawa ponsel nya. Gadis itu pun menunjukkan foto pria itu yang sedang mengemudi hari itu saat dia mengantarkan nya ke sekolah untuk pertama kalinya.
"Buset, ini Om-om nya? Pantesan Lo kejar aanjir."
"Iya kan? Cakep kan ya?" Tanya Sherena sambil tersenyum.
"Cakep badai ini mah, buat gue aja ya?" Goda Arina sambil terkekeh.
"Boleh, kita saingan secara sehat. Oke?"
"Enggak-enggak, gue mah mending puter balik. Hehe." Jawab Arina, dia masih tertawa dengan apa yang dia katakan, padahal kan dia cuma bercanda tapi Sherena menganggap nya seperti benaran.
"Tapi, ini seriusan Om-om?"
"Ya, dia duren sawit." Jawab Sherena. Ketiga nya keheranan menatap gadis itu.
"Duren sawit? Artinya apaan?"
"Duda Keren Sarang Duit, hehe." Jawab gadis itu yang membuat ke tiga nya kompak tertawa. Ada-ada saja teman mereka yang satu ini.
"Sarang duit ya? Mapan?"
"CEO dia tuh."
"Wah, paket komplit ini mah fiks." Jawab April yang membuat Sherena mengangguk cepat, dia setuju kalau ucapan April memang benar.
......
🌻🌻🌻🌻🌻