Niat baik berubah menjadi petaka bagi Raisa, bagaimana menolong pria asing malah membuatnya dinikahkan secara paksa oleh warga yang mengira mereka berbuat asusila. Meski berkali-kali mencoba menjelaskan namun warga yang kolot tidak mempercayai apa yang Raisa dan Bryan katakan hingga mau nggak mereka menikah dengan terpaksa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Para Papa Kepengen.
"Tubuh aku." Raisa masih ambigu dengan maksud serta tujuan ucapan Bryan.
Beberapa detik berpikir akhirnya Raisa nyambung juga, dia paham kalau Bryan menginginkan tubuhnya layaknya seorang suami.
"Kita gituan? making love? bercinta? bikin dedek bayi?" Raisa menegaskan satu persatu kata-katanya.
Bryan mengangguk, dia sudah sangat menahan hasrat bercintanya.
"Please helm me," pintanya.
Raisa sangat dilema, cara berciuman yang baik dan benar saja dia tidak tau la kini Bryan malah memintanya hal lebih.
Raisa memang belum pernah ciuman dengan siapa pun termasuk Devan
"Baiklah," sahut Raisa.
Bryan langsung saja mencium Raisa dengan ganas, tangannya juga merayap ke bukit kembar Raisa.
Baik Bryan maupun Raisa mende-sah penuh nikmat apalagi Raisa bagian sensitifnya sudah sangat nyut-nyutan.
"Bryan aaaaaahhhh," suara Raisa membuat Bryan menggila padahal belum saling membuka penutup tubuh.
Bryan mulai melepas kaosnya saat bersamaan datanglah papa Raisa dan papa Bryan.
"Astaga Bryan kenapa enak enak di ruang tamu?" tanya papa Bryan.
Bryan mengusap rambutnya dengan kasar.
"Papa ini udah di pucuk pa, please jangan ganggu dulu, Bryan udah nggak kuat kalau harus pindah ke kamar," jawab Bryan dengan suara yang berat
Tau kedua anaknya udah sama-sama gak tahan kedua papa memutuskan untuk pergi ke ruang tengah supaya anaknya bisa lanjut enak enaknya.
"Papa ganggu aja deh," kata Bryan lalu melanjutkan aksinya.
"Apa kita nggak ke kamar aja Bryan?" tanya Raisa.
"Lihatlah Raisa, udah tegang banget ini udah di pucuk, please ayolah," pinta Bryan sembari memperlihatkan si Burik yang mau menyembur keluar.
Bryan melepas pakaiannya, dia juga melepas pakaian Raisa.
Melihat bukit kembar istrinya membuat Bryan langsung melahapnya, Raisa yang pertama kali dikenyot tentu merasa nikmat yang luar biasa apalagi lidah Bryan terus menjelajah pucuknya.
"Oh Bryan nikmat sekali rasanya, nyesel aku pas malam pengantin kita kemarin nggak minta sama kamu," ucap Raisa
Bryan tersenyum, Bryan juga menyesal kenapa sok sok an ga mau padahal tubuh istrinya masih ori semua, jadi masih kenyal.
Sudah tak tahan lagi Bryan melepas celana Raisa, lalu air liurnya serasa akan menetes melihat hutan yang belum terjamah sama sekali.
Kini gantian dirinya yang melepas celananya, nampak si burik yang sudah bertegangan tinggi.
"OMG si Burik," ucap Raisa.
"Sekarang kamu bisa merasakan si Burik Raisa," sahut Bryan yang ikutan menamai anunya si Burik.
"Boleh aku memegangnya, penasaran banget. Perasaan pas aku lihat waktu itu gak sebesar ini," pinta Raisa.
"Dulu kan ga ada tegangannya," sahut Bryan.
Si burik semakin nyut nyutan saat Raisa memegangnya, Bryan sungguh tidak tahan menunda lebih lama lagi.
"Keras sekali pantas di bilang batang keras," gumam Raisa.
"Sudah kan pegangnya sekarang masuk ya," sahut Bryan.
Perlahan Bryan mulai mendekatkan miliknya ke dalam mulut goa, goa yang sangat sempit membuatnya kesulitan saat masuk.
"Sakit Bryan," kata Raisa.
"Maaf Raisa," sahut Bryan.
Sangat sulit menerobos pertahanan Raisa ditambah lagi Raisa sudah merintih kesakitan.
"Tahan ya sayang," bisik Bryan.
Kata sayang mulai terucap, sehingga membuat Raisa ke awan.
Akhirnya dengan perjuangan yang sangat keras Bryan mampu mencetak gol.
"Gol sayang," ucap Bryan.
Raisa tersenyum sembari menitikkan air mata, hilang sudah mahkota yang selama ini dia jaga, namun dia sangat bahagia karena mahkotanya diambil oleh suaminya sendiri.
Bryan mulai memaju mundurkan pinggulnya, menikmati goa sempit milik istrinya.
"Oh, nikmat sekali sayang," ucapnya dengan memejamkan mata, menikmati setiap gigitan dari dalam pangkal paha sang istri.
Meski sakit Raisa menahannya, karena dia tidak ingin merusak kenikmatan yang tengah Bryan rasakan.
Suara desa-han mulai keluar dari mulut keduanya hingga para papa yang ada di ruang tengah bisa mendengarnya.
"Astaga, desa-han mereka bikin aku pengen," kata Papa Bryan.
"Iya, lama kita tidak tune up," sahut Papa Raisa.
"Tapi kok mereka nggak seheboh kemarin ya, sampai berteriak, ini kok desa-hannya kalem, lembut tapi membuat bulu kudu berdiri," timpal Papa Bryan.
"Mereka mungkin kurang mengapresiasi kenikmatan mereka atau mereka keep silent," ucap Papa Raisa.
Papa Bryan dan papa Raisa malah menghibah anak mereka yang tengah asik malam pertama.
Tiga puluh menit telah berlalu, Bryan sudah mendapatkan pelepasannya.
"Habis ini kita pindah ya, kita lanjut ronde kedua dan seterusnya," kata Bryan.
Bryan memakai celananya kembali kemudian pergi ke kamar mengambil handuk untuk istrinya.
"Papa dan papa mertua nggak ngintip kita kan?" tanya Bryan saat melewati ruang tengah.
"Ngapain ngintip kamu, papa ini udah tua mana mungkin matanya jelalatan," jawab Papa Bryan.
"Pasti papa pengen ya, sana pa cari mama buat Bryan," goda Bryan yang membuat papa Bryan kesal.
Papa Raisa hanya tertawa melihat sahabatnya di bully anaknya sendiri.
"Benar-benar mengesalkan nih anak, dulu dia yang nggak setuju aku menikah lagi kini udah mau punya cucu disuruh nikah lagi, maunya apa coba," omel Papa Bryan.
Bryan tertawa kapan lagi bisa membully papanya.
"Ya sudah Bryan mau lanjut ronde dua tapi jangan khawatir lanjutnya di kamar kok jadi nggak buat papa dan papa mertua pengen." Lagi-lagi Bryan meledek papa dan papa mertuanya.
Bryan berjalan ke ruang tamu dia meminta Raisa memakai handuk lalu menggendongnya ala bridal.
"Bryan ada banyak darah di sofa," kata Raisa.
"Iya banyak sekali," sahut Bryan.
"Bagaiamana ini." Raisa mulai bingung.
Bryan tersenyum kali ini dia terinspirasi akan kelakuan Raisa beberapa hari yang lalu.
"Kita buang saja, setelah itu sofa di rumah papa kita boyong kemari," sahut Bryan.
Raisa tertawa, ide Bryan brilian juga seperti idenya waktu itu. Padahal sofa di cuci udah hilang nodanya kenapa harus dibuang.
Apakah semua sultan seperti mereka? yang dikit-dikit buang barang? entahlah hanya sultan yang bisa menjawab.
Di dalam kamar mereka mulia melanjutkan gulat mereka, gulat yang bikin nikmat bukan gulat yang membuat sakit.
"Sayang, sedikit lebar dong bukanya," pinta Bryan.
"Udah," jawab Raisa.
Di ronde kedua ini Bryan bak orang kesetanan, dia sedikit rakus dan ini membuat Raisa memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan Bryan.
"Bryan nikmat sekali," ucap Raisa sembari menggigit bibir bawahnya.
Bryan semakin menggila dia benar-benar membuat Raisa dirundung kenikmatan yang tiada tara.
Di sisi lain Yuke nampak kesal karena mendapati Bryan yang sudah tidak ada ditempatnya. Padahal ramuan itu adalah ramuan cinta yang barang siapa yang bisa memuaskannya akan menjadi orang yang dicintai selamanya.
"Tapi gak papa dia kan pulang, pasti hanya berendam di kamar mandi, masak iya Bryan melakukan hal itu dengan art nya," gumam Yuke.
"Besok aku akan meminta ramuan lagi ke mbah Marjan setelah aku akan tidur dengannya dan dia akan jadi milik aku." Yuke bermonolog sendiri dengan tertawa.
othor nya kocak nih 🤣🤣
selamat buat rafi dn amanda🌹🥰
buat Gilang... jodohmu masih d pending sama kak el... sabar y🤭😂😂
sukses dn semangat buat kak el... sehat2... semoga karyamu selalu menjadi favorit para readers👍💪🥰😘😘😘😘😘😘🌹🌹🌹🌹🌹🌹
d tunggu cerita berikutnya😉❤
auto pusing atas bawah tu rafi🤭😂😂😂
rafi somplak
astaga rafi... jadi pingin nampol tu mulut😔