NovelToon NovelToon
Jadi Simpanan Ceo

Jadi Simpanan Ceo

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / CEO / Selingkuh / Nikah Kontrak
Popularitas:344
Nilai: 5
Nama Author: Celyzia Putri

Nadia mengira melarikan diri adalah jalan keluar setelah ia terbangun di hotel mewah, hamil, dan membawa benih dari Bramantyo Dirgantara—seorang CEO berkuasa yang sudah beristri. Ia menolak uang bayaran pria itu, tetapi ia tidak bisa menolak takdir yang tumbuh di rahimnya.
Saat kabar kehamilan itu bocor, Bramantyo tidak ragu. Ia menculik Nadia, mengurungnya di sebuah rumah terpencil di tengah hutan, mengubahnya menjadi simpanan yang terpenjara demi mengamankan ahli warisnya.
Ketika Bramantyo dihadapkan pada ancaman perceraian dan kehancuran reputasi, ia mengajukan keputusan dingin: ia akan menceraikan istrinya dan menikahi Nadia. Pernikahan ini bukanlah cinta, melainkan kontrak kejam yang mengangkat Nadia .

‼️warning‼️
jangan mengcopy saya cape mikir soalnya heheh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Celyzia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Nadia berdiri di bawah lampu jalan yang remang-remang, tubuhnya menggigil hebat. Air hujan menyamarkan air mata yang terus mengalir di pipinya. Dunia yang sempat terasa hangat di pelukan Bramantyo kini runtuh, menyisakan kenyataan pahit bahwa pria itu lebih mempercayai egonya daripada wanita yang ia klaim sebagai "dunianya".

Dengan sisa uang di sakunya, Nadia naik taksi menuju sebuah terminal bus. Ia tahu ia tidak bisa tinggal di Jakarta. Bramantyo memiliki mata di mana-mana. Ia butuh tempat di mana "Nyonya Dirgantara" tidak dikenal.

Ia pergi ke sebuah kota kecil di pesisir Jawa Tengah, tempat almarhum ibunya dulu pernah tinggal. Di sana, ia menyewa sebuah kamar kecil di atas warung makan milik seorang wanita tua bernama Mak Sum.

"Kau sendirian, Nak? Mana suamimu?" tanya Mak Sum saat melihat kondisi Nadia yang pucat dan hamil besar.

"Dia sudah meninggal, Mak," jawab Nadia singkat. Ia terpaksa berbohong. Baginya, Bramantyo yang dulu adalah "Kakak" di taman sudah mati.

Bulan-bulan berlalu. Nadia yang dulu lemah dan penurut kini berubah menjadi wanita yang tangguh. Ia bekerja membantu Mak Sum di warung, mencuci piring, dan melayani pelanggan dengan perut yang semakin membesar.

Rasa sakit hati menjadi bahan bakar bagi kekuatannya. Setiap kali ia merasakan tendangan bayinya, ia berjanji satu hal: Anak ini tidak akan pernah menyentuh nama Dirgantara.

Sementara itu, di Jakarta, Bramantyo telah berubah menjadi "Mayat Hidup". Ia memecat seluruh tim keamanannya yang gagal menyadari jebakan Adrian. Ia menghabiskan malam-malamnya di kamar Nadia yang kosong, memandangi kincir angin kertas yang kini terlihat sangat menyedihkan.

Penyesalan mulai menggerogoti jiwanya saat ia menemukan rekaman audio cadangan dari perangkat pintar di kamar Nadia yang belum sempat dihapus Adrian—rekaman yang membuktikan bahwa Nadia sedang tidur saat Adrian masuk, dan Nadia berteriak menolak saat Adrian mencoba menyentuhnya.

Bramantyo sadar, ia telah membuang berliannya ke dalam lumpur. Ia mengerahkan seluruh sisa kekuatannya untuk mencari Nadia, namun Nadia telah menghapus jejaknya dengan sangat rapi.

Sembilan bulan telah lewat. Di sebuah malam yang disertai badai—mengingatkannya pada malam ia diusir—Nadia merasakan kontraksi yang luar biasa.

Di puskesmas kecil desa itu, tanpa peralatan mewah, tanpa dokter spesialis Dirgantara, Nadia berjuang sendirian. Dengan genggaman tangan pada pinggiran ranjang besi yang berkarat, ia mengejan sekuat tenaga.

"Oeeekk... oeeekk..."

Suara tangisan bayi laki-laki memecah kesunyian malam. Bayi itu lahir dengan sehat, memiliki mata yang tajam dan rahang yang persis seperti Bramantyo, namun memiliki senyum yang lembut seperti Nadia.

"Siapa namanya, Nak?" tanya Mak Sum sambil memberikan bayi itu ke pelukan Nadia.

Nadia menatap bayi itu dengan tatapan yang tajam namun penuh kasih. "Namanya Arka. Hanya Arka. Tanpa nama belakang yang kotor itu."

Tiga tahun kemudian.

Sebuah mobil mewah berhenti di depan gedung Dirgantara Group di Jakarta. Seorang wanita turun dengan keanggunan yang mematikan. Ia mengenakan setelan bisnis berwarna merah darah, rambutnya dipotong pendek tegas, dan matanya tidak lagi memancarkan ketakutan.

Di sampingnya, seorang anak laki-laki berusia tiga tahun menggandeng tangannya dengan erat.

Nadia kembali ke Jakarta bukan sebagai simpanan, bukan sebagai istri yang terbuang, melainkan sebagai investor baru yang memegang 30% saham Dirgantara Group melalui perusahaan cangkang yang ia bangun dengan bantuan musuh bisnis Bramantyo selama pelariannya.

Ia berjalan melewati lobi, menuju ruang kerja CEO. Para staf ternganga melihat wanita yang dulu diusir secara hina kini kembali dengan aura penguasa.

Nadia menendang pintu ruang kerja Bramantyo. Pria di dalam sana, yang kini terlihat lebih tua dan penuh beban, mendongak. Pena di tangannya jatuh.

"Nadia?" bisik Bramantyo, suaranya gemetar.

Nadia tersenyum dingin, meletakkan dokumen akuisisi saham di atas meja. "Selamat siang, Tuan Dirgantara. Aku datang untuk mengambil apa yang seharusnya menjadi milik putraku. Dan oh, perkenalkan... ini Arka. Anak yang dulu kau sebut sebagai darah daging pengkhianat."

Bramantyo menatap Arka yang sangat mirip dengannya, lalu menatap Nadia yang kini sudah tidak bisa ia raih lagi.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!