"Menikahlah lagi mas! Aku ikhlas!"
Kalimat yang pada akhirnya menjadi boomerang bagi pernikahan Sekar Indraswari
Keluarga besar Adrian Baskara sang suami, menuntut hadirnya penerus bagi keluarga, membuat Sekar mengambil keputusan yang begitu menyakitinya
hadirnya wanita lain sebagai madu perlahan memaksa Sekar meninggalkan indahnya mahligai cinta bersama Adrian
Kemana takdir akan membawanya? akankah pertemuan dengan seorang duda beranak satu bernama Alvaro menjadi awal kebahagiaannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Merasa Bersalah
"Kamu memang sangat tampan mas" Widia memeluk tubuh kekar itu dan membawa tangan Adrian agar memeluk pinggangnya
"Menjauhlah!" Susah payah Adrian menahan hasrat yang ingin segera dituntaskan, berulang kali ia menyebutkan nama Sekar dihatinya agar tetap sadar
"Aku menginginkan kamu mas!" Widia mendekat, mengikis jarak lalu menempelkan bibirnya pada bibir suaminya
Adrian menutup matanya, hatinya hendak menolak, namun saat ia membuka mata, wajah cantik Sekar dengan mata tertutup ada disana
Adrian membalas ciuman yang diberikan Widia yang ia anggap sebagai Sekar, bahkan pria itu menekan tengkuk wanita itu membuat Widia tersenyum puas
"Aku mencintai kamu Sekar!" Suara Adrian serak, Widia tersenyum penuh kemenangan, ia tahu jika obat perangsang itu telah berkerja pada tubuh Adrian
"Sekar" Adrian membelai wajah Widia yang ia pikir sebagai Sekar, Widia tak keberatan saat nama Sekar selalu terucap dari mulut suaminya
"Ayo mas!" Widia menuntun sang suami menuju kamar miliknya, kamar yang telah ia siapkan dengan beberapa lilin aromaterapi membuat suasana yang begitu intim
Adrian yang sudah terbalut gelora panas, menghempaskan tubuh seksi itu diatas tempat tidur dengan kasar lalu menindihnya
Widia tersenyum manis dalam kungkungan suaminya, membiarkan Adrian menyusuri setiap lekuk tubuhnya sembari bergumam menyebut nama Sekar
Matahari masih bersinar terik diluar sana, namun panasnya tak sebanding dengan apa yang dirasakan oleh sepasang suami istri yang telah menikah selama satu bulan itu
Widia mendapatkan apa yang selama ini ia inginkan, terserah jika Adrian melakukannya dengan bayangan Sekar, semuanya terasa sama nikmatnya bagi Widia
"I love you, Sekar!"
***
Sementara Sekar merasakan hal aneh pada hatinya, pikirannya jauh menuju rumah, entah kenapa rasa khawatir pada suaminya mulai membuatnya tidak tenang
"Ada apa Sekar?" Tanya Nina yang melihat raut kecemasan dari wajah menantunya
"Gak pa-pa Bu, Sekar cuma ngerasa aneh aja!" Sekar menggelengkan kepalanya beberapa kali, berusaha menghilangkan pikiran-pikiran buruk itu
"Sekarang temani ibu kesalon! Ibu mau potong rambut!" Sekar pasrah, beberapa paperbag ia bawa, entah apa saja yang ibu mertuanya itu beli hingga sebanyak ini, bahkan dirinya dan Lilis juga dibelikan beberapa barang
"Lilis juga mau potong rambut deh!" Asisten rumah tangga Sekar itu tersenyum
"Kamu mau potong rambut juga Sekar?"
"Nggak ah Bu, nanti Sekar manicure aja!" Ucap Sekar dan Nina mengangguk
Ketiganya lalu meninggalkan pusat perbelanjaan itu dan menuju salon langganan Nina
Sekar kembali kerumah saat hari sudah sore, Nina benar-benar membuat Sekar diluar rumah seharian
"Kok rumah sepi banget ya mbak?" Lilis bertanya pada majikannya
Sekar mengedarkan pandangannya, rumah memang dalam keadaan sepi, entah kemana perginya Adrian dan Widia
"Sudahlah, kamu gak perlu mikirin itu! Kembali ke kamarmu sana! Unboxing tuh belanjaan!"
Lilis terkekeh, melihat kembali tangannya yang terdapat beberapa paperbag. Nina bahkan mengeluarkan cukup banyak uang demi mendapatkan seorang cucu
"Ya udah, kalau gitu Lilis kekamar dulu ya mbak"
Setelah asisten rumah tangga itu pergi, barulah Sekar melangkah masuk. Menapaki anak tangga menuju lantai atas dimana kamarnya berada
Sebelum langkahnya memasuki kamar ia berpapasan dengan Widia yang baru saja keluar dari kamarnya
"Mbak Sekar" sapanya, Sekar melihat penampilan Widia yang kini menggunakan bathrobe dengan rambut terbungkus handuk kecil
"Wid"
"Emmm.. mbak gak perlu nungguin mas Adrian malam ini, karena mas Adrian lagi bareng sama aku!" Ucapnya terdengar pongah
Sekar mengulas senyum seraya berkata "Iya"
Tanpa menunggu lagi, wanita cantik itu segera masuk kedalam kamar miliknya. Jika boleh jujur, hatinya perih mendengar itu semua. Membayangkan suami yang begitu dicintai menikmati kebersamaan dengan perempuan lain, walaupun itu juga istrinya
"Tenangkan dirimu Sekar!" Ucapnya pada diri sendiri
Setelah membersihkan diri, Sekar memilih untuk berada di balkon kamarnya. Menikmati kesunyian malam yang dihiasi bintang
Sekar memejamkan matanya, membiarkan semilir angin menerpa wajah cantiknya. Perlahan cairan bening luruh membasahi pipinya
"Maafkan aku yang masih bersikap egois, tolong kuatkan aku! Ya Allah"
Batinnya seolah bergejolak, terbelah akan keegoisan seorang istri dan rasa ingin membahagiakan keluarga suaminya
Kadang ia bertanya, kenapa tuhan seolah enggan berbaik hati dengan mendatangkan malaikat kecil itu? Apa tuhan merasa dirinya tidak pernah siap? Andai keturunan tidak menjadi alasannya, mungkin Sekar tidak akan pernah membiarkan suaminya menjadi milik orang lain
***
Adrian mengerjapkan matanya, kepalanya terasa sangat berat. Perlahan ia membuka matanya, hal pertama yang ia lihat adalah kamar yang terlihat tidak seperti miliknya dan Sekar
Adrian beringsut bangun, duduk bersandar pada headboard sambil memijat pelipisnya. Matanya terbelalak saat melihat tubuhnya yang hanya berbalut selimut tebal saja
"Astaga, apa yang sudah aku lakukan?" Gumamnya, Adrian mencoba mengingat lagi apa yang terjadi padanya siang tadi
"Mas, kamu udah bangun?"
Widia duduk disisi tempat tidur dengan gaya menggodanya, masih menggunakan bathrobe namun rambut panjangnya telah di gerai karena tadi ia keringkan
"Apa yang sudah kamu lakukan? Kamu pasti sengaja kan?" Bentak Adrian, bukannya takut, Widia malah tersenyum penuh kemenangan
"Aku hanya melakukan apa yang menurut aku benar, mas" tangannya terulur menyentuh wajah tampan suaminya
"Jangan sentuh saya!"
Adrian bangkit, memakai kembali pakaiannya lalu melangkah meninggalkan kamar Widia sang istri keduanya
Segenap rasa bersalah menyerang hatinya, membayangkan wajah kecewa istri pertamanya yang mungkin tengah merasa sedih saat ini
Adrian masuk, mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kamar demi mencari sosok yang begitu ia cintai
Pandangan Adrian berhenti pada pintu balkon yang terbuka, disana Sekar berdiri termenung. Rambut panjangnya melambai terkena semilir angin seolah memanggil Adrian untuk mendekat
Ingin rasanya menghampiri wanita itu, namun Adrian lebih memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu, jejak percintaan antara dirinya dan Widia masih tersisa ditubuhnya dan hal itu pasti akan sangat menyakiti Sekar
Adrian mandi hanya sebentar, mengenakan pakaian santai lalu melangkah menuju balkon
Sekar masih berdiri disana, posisinya tak berubah sedikitpun. Entah karena terlalu nyaman atau memang Sekar enggan melihat suaminya, hingga wanita cantik itu tidak sadar jika sang suami telah berdiri dibelakangnya
Adrian mendekat, pria tampan itu melingkarkan tangannya pada pinggang istrinya, meletakkan telapak tangan lebar itu diatas perut sang istri yang rata
"Mas" Sekar terkejut, tubuhnya hendak berbalik namun Adrian mencegahnya
"Biarkan seperti ini dulu!"
Adrian memejamkan matanya, aroma tubuh Sekar yang begitu menenangkan seolah membuat masalah dalam dirinya lenyap tak tersisa
Mereka menikmati hembusan angin malam ini berdua, baik Sekar dan Adrian memilih untuk diam, mencoba memberi jeda pada hati agar lebih tenang dan menerima semua kenyataan yang ada