NovelToon NovelToon
Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Pria Dengan Rahasia... Dua Wajah!!!

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Permainan Kematian / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP
Popularitas:199
Nilai: 5
Nama Author: Dev_riel

Sebuah kota dilanda teror pembunuh berantai yang misterius.
Dante Connor, seorang pria tampan dan cerdas, menyembunyikan rahasia gelap: dia adalah salah satu dari pembunuh berantai itu.
Tapi, Dante hanya membunuh para pendosa yang lolos dari hukum.
Sementara itu, adiknya, Nadia Connor, seorang detektif cantik dan pintar, ditugaskan untuk menyelidiki kasus pembunuh berantai ini.
Nadia semakin dekat dengan kebenaran.
Ketika Nadia menemukan petunjuk yang mengarah ke Dante, dia harus memilih: menangkap Dante atau membiarkannya terus membunuh para pendosa...
Tapi, ada satu hal yang tidak diketahui Nadia: pembunuh berantai sebenarnya sedang berusaha menculiknya untuk dijadikan salah satu korbannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dev_riel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sofia Menangkap Orang Yang Salah!

Aku menyetir lambat-lambat, tak urung aku kena klakson tujuh kali, disalip delapan kali.

Aku lelah lahir batin, jauh dari hiruk pikuk stadion dan ketololan Sofia. Menyetir lambat memberi peluang untuk meresapi dan menjejaki rentetan peristiwa.

Kepala bergulir di jalanan, kaca spion di tengah tumpukan potongan tubuh yang kering.

Kalau saja aku yang melakukan...

"Kalau aku pelakunya, apa yang hendak aku katakan dengan kaca spion itu?" Dan "Kalau aku pelakunya, apa yang aku lakukan dengan truk itu?"

Tapi tentu saja bukan aku pelakunya. Kalau memang aku pelakunya, truk itu bakal aku buang di suatu tempat tidak jauh dari stadion.

Lalu kabur secepat mungkin dengan mobil curian yang bakal aku buang juga nantinya? Tergantung. Kalau aku pelakunya, akankah aku berencana meninggalkan mayat korban di stadion, atau niat ini muncul sebagai respons peristiwa kejar-kejaran di jalur lintas?

Tidak masuk akal. Dia tidak mungkin menduga bakal di kejar orang di perumahan. Ya kan? Lalu kenapa bisa mempersiapkan kepala untuk dilempar? Dan sisanya di tumpuk di stadion?

Seperti memancing emosi polisi, juga berpotensi besar mengalihkan fokus penyelidikan. Makin kemari, aku sendiri tidak yakin.

Diakhiri dengan penempatan kaca spion. Pertanyaan kita sekarang, pernyataan apakah kiranya itu, jika aku pelakunya?

Aku melihat kamu.

Tentu saja itu.

Aku melihatmu. Sadar bahwa kamu mengekori di belakang, dan aku mengamati juga. Tapi aku jauh berada di depan, mengendalikan arah dan kecepatan gerakmu. Aku lihat kamu. Tau siapa dan di mana kamu tinggal, sementara kamu cuma tau bahwa aku mengawasi. 

Aku melihatmu.

Hmm... benar begitu. Tapi kenapa hal ini tidak membuat aku merasa lebih baik?

Lebih jauh lagi, seberapa banyak yang bisa aku katakan pada Nadia tersayang? Hal yang penting buat adikku dan masa depan kariernya.

Aku tidak bisa mengatakan padanya atau pada siapa pun bahwa si pembunuh sebenarnya hendak menyampaikan sesuatu padaku.

Aku butuh tidur sebelum merenung lebih jauh.

Aku ambruk di kasur tanpa banyak keluhan.

Dua setengah jam kemudian, ponsel berdering.

"Ini aku," sahut sebuah suara di seberang.

"Iya, Nadia kan?" Jawabku setengah ngantuk.

Dan memang benar.

"Aku temukan truk berpendingin itu."

"Wah, selamat Nad. Itu kabar baik."

Malah senyap.

"Nadia? Itu kabar baik, kan?"

"Tidak," jawab Nadia.

"Oh, hmm... Nad... apa yang kamu... apa yang terjadi?"

"Sudah aku cocokkan secermat mungkin. Memastikan seyakin-yakinnya. Foto, nomor seri dan sebagainya. Lalu aku sampaikan pada Sofia." Jawab Nadia.

"Dan dia tidak percaya?" Tanyaku takjub.

"Mungkin percaya. Aku sudah coba jelasin sama dia. Aku kasih dia semuanya. Bahkan bersikap sopan." Ujar Nadia dengan suara lirih dan sangat capek.  Membuat aku prihatin dan ikut sedih.

"Itu bagus. Bagus sekali. Terus dia bilang apa?"

"Tidak bilang apa-apa."

"Tidak sama sekali?"

"Tidak sama sekali. Cuma dia bilang terima kasih, dengan cara seperti kamu bicara pada petugas parkir. Lalu tersenyum kecil dan pergi." Kata Nadia.

"Oke, tapi kamu juga tidak bisa mengharapkan dia bakal..."

"Lalu aku tau kenapa dia tersenyum seperti itu. Seolah aku jadi anak bodoh dan dia baru saja mendapatkan cara membungkamku." Potong Nadia.

"Kamu di tendang dari kasus?" Desahku pelan.

"Kita semua lepas dari kasus, Dante. Sofia sudah membuat penangkapan." Suara Nadia secapek perasaanku.

"Apa?" Aku menjerit.

"Sofia menangkap seseorang. Salah satu pekerja stadion. Sudah ditahan di kantor dan dia yakin orang itulah pembunuhnya."

"Tidak mungkin." Meskipun aku sadar ini mungkin saja. Dasar jalang berotak pendek. Sofia, maksudku, bukan Nadia.

"Aku tau, Dante. Tapi jangan coba meyakinkan Sofia. Percuma."

"Seberapa yakin dia?" Kepalaku berputar serasa mau muntah.

"Satu jam lagi dia bakal menggelar konferensi pers. Jadi buat dia, sangat positif."

Deburan di jantungku terlalu keras sampai sulit menyimak. Sofia menahan seseorang? Siapa? Siapa yang ditangkap? Bagaimana mungkin dia mengabaikan semua petunjuk pembunuhan ini dan langsung menahan orang begitu saja?

Aku tidak percaya siapa pun pelakunya mau membiarkan atau bahkan rela ditangkap oleh wanita seperti Sofia. Tidak akan. Aku berani taruhan nyawa soal ini.

"Tidak, Nad. Tidak mungkin. Dia salah tangkap." Kataku kemudian.

Nadia terkekeh. Tawa lelah dan muak seorang polisi. 

"Ya. Aku tau itu. Kamu juga. Tapi Sofia tidak! Mau tau hal lucu lainnya? Lelaki itu juga tidak."

"Hah? Maksud kamu? Siapa?"

"Orang yang ditangkap itu. Pasti sama linglungnya dengan Sofia, Dan. Tau kenapa? Karena dia mengaku!"

"Apa?"

"Dia mengaku, Dante. Bangsat itu mengaku sebagai pembunuh. "

* * * *

Namanya Henry Early, dan dia biasa disebut sebagai biang pecundang. Sersan Daniel berhasil memancing namanya dari arsip personal stadion, lewat hasil cek silang komputer dengan catatan kekerasan atau pengakuan kejahatan. Nama Henry muncul dua kali.

Henry Early adalah seorang pemabuk dan pemukiman istri. Hanya mampu menahan pekerjaan bergaji kecil selama satu dua bulan.

Suatu malam jumat dia berkeliling dengan mobil sampai bertemu pom bensin yang entah kenapa, membuatnya marah. Dia masuk mengibas senjata, merampok uang dan kabur lagi.

Uang hasil rampasan dia belikan beberapa kerat bir sampai merasa cukup percaya diri memukuli orang.

Fisik Henry tidaklah besar, agar aman, korban favoritnya adalah istri tercinta.

Henry cukup beruntung untuk lolos dari jeratan hukum beberapa kali akibat KDRT. Tapi suatu malam dia kelewatan sampai sang istri masuk rumah sakit selama sebulan dan akhirnya menuntut balik.

Henry masih suka minum, tapi lumayan ketakutan begitu keluar dari Rehabilitasi sampai rela meluruskan diri sedikit. Dia mendapat pekerjaan sebagai pesuruh di stadion arena es dan mampu bertahan. Dia tidak pernah lagi memukuli istrinya.

Sebagian tanggung jawabnya adalah memunguti sampah saat penonton melempar barang ke lapangan. Membosankan? Pasti.

Seperti itulah peran yang dilakukan Sofia di konferensi pers. Membuat seolah dengan catatan kebiasaan minum dan kekerasan terhadap wanita, dia merupakan tersangka sempurna atas serangkaian pembunuhan brutal ini.

Para pelacur di Shadowfall City bisa merasa tenang kembali, karena si pembunuh sudah tertangkap. Di bawah tekanan luar biasa dan penyelidikan ulet tidak kenal lelah, Henry Early mengaku. Kasus ditutup.

Pers melahap mentah-mentah. Tidak bisa disalahkan. Sofia dengan lihai mempresentasikan fakta dengan foto-foto yang meyakinkan nyaris semua orang. Kalau sudah begini, tidak perlu tes IQ untuk jadi reporter handal.

Meskipun demikian, aku tetap berharap ada satu di antara mereka yang membuka mata. Dan aku selalu kecewa. Berharap hadirnya seorang wartawan sinis mengajukan satu pertanyaan vital yang memaksa para penyelidik untuk mengkaji ulang barang bukti.

Seorang reporter. Nick siapalah dari kelompok TV lokal, bertanya pada Sofia apakah dia yakin Henry Early benar-benar si pembunuh.

Saat dijawab bahwa bukti-buktinya membuktikan demikian, apalagi ditambah pengakuan yang bersangkutan, Nick tidak mendesak lagi. Entah karena puas atau tidak paham jawaban Sofia.

Demikianlah. Kasus ditutup, keadilan ditegakkan. Sofia membagikan foto wajah kriminal Henry Early.

Kalau saja ada yang sadar bahwa betapa pun kasar dan brutalnya tampang Henry Early, ancaman publik sesungguhnya justru Sofia. Serta merta dia menghentikan pengejaran dan penyelidikan.

Apa hanya aku yang melihat bahwa Henry Early tidak mungkin jadi tersangka? Bahwa ada gaya dan kecerdikan yang tidak mungkin dipahami Henry.

Aku tidak pernah begitu merasa kesepian mengagumi karya si pembunuh asli. Potongan-Potongan tubuh itu seperti bernyanyi kepadaku. Kegembiraan yang timbul karena ketiadaan darah yang mengagumkan.

Pembantai orang tidak bersalah berdarah dingin macam dia memang harus diadili.

Aku duduk sendirian di apartemen, mengucek mata kurang tidur.

Aku yakin tanpa ragu sedikit pun bahwa pembunuh sebenarnya masih di luar sana. Si pembunuh mungkin sedang menikmati konferensi pers yang sama di Channel 7, saluran pilihan bagi mereka yang menyukai pembantaian berdarah.

Saat ini dia pasti sedang tertawa begitu keras, setelah itu selera humornya akan membujuk untuk memberi balasan terhadap situasi ini.

Ponselku berdering.

"Iya, aku sudah lihat." Kataku pada si penelepon.

"Demi Tuhan, rasanya mau muntah." Jawab Nadia di ujung sana.

"Jangan dulu, Nad. Masih ada tugas yang harus dilakukan."

"Beneran? Apa itu?"

"Sekarang coba bilang, apa badan kamu bau, Nad?"

"Aku capek, Dante. Juga belum pernah semarah ini. Apa maksudnya itu?"

"Aku tanya apa kamu berada dalam situasi yang biasa disebut ayah sebagai rumah anjing. Apakah nama kamu tercemar di departemen? Reputasi profesional kamu rusak, ternoda, dipertanyakan?"

"Dengan pengkhianatan Sofia dan lelucon soal payudara Einstein? Reputasi profesionalku sudah hancur lebur." Jawab Nadia.

"Bagus. Pastikan kamu tidak akan kehilangan apa pun."

"Aku sudah hancur, Dan. Kalau sampai lebih rendah lagi, besok sudah jadi pesuruh kantor di acara rapat. Apa maksud kamu, Dante?" Dia mulai mengerang.

"Pokoknya publik harus tau... baik dimata Kapten maupun departemen... bahwa kamu yakin Henry Early tidak bersalah dan bahwa Pembunuhan akan terjadi lagi. Hadirkan beberapa alasan meyakinkan dari penyelidikan kamu sendiri. Pastikan menjadi bahan tertawaan Kepolisian Shadowfall City untuk sementara."

"Memang sudah. Yang aku tanya, apa alasan berbuat ini?"

"Adikku sayang, kamu tidak percaya kalau Henry Early bersalah, kan?"

Nadia bungkam. Terdengar desah napasnya di telepon, membuat aku sadar bahwa dia juga pasti sama capeknya dengan aku.

"Nad?"

"Orang itu mengaku, Dante. Aku tidak... aku pernah salah sebelumnya, juga saat... maksud aku, yang jelas dia mengakui perbuatan itu. Apa itu tidak... huh, Berengsek.  Mungkin mestinya kita relakan saja kasus ini, Dan."

"Ya ampun, rendah sekali keyakinan kamu. Sofia menangkap orang yang salah, Nadia. Kini tugas kamu menulis ulang peta politik di departemen."

"Begitu ya."

"Aku tegaskan sekali lagi. Henry Early bukan pelaku asli!"

"Kalau pun kamu benar, terus kita bisa apa?" Tantang Nadia.

"Apa?" Giliran aku berkedip heran.

"Coba pikir. Kalau aku jadi si pembunuh, bukankah mestinya aku sadar kalau sekarang sudah lepas dari jeratan hukum? Dengan penahanan orang ini, tidak ada lagi status buronan. Kenapa tidak berhenti saja membunuh? Atau bahkan pergi dan memulai lagi di tempat lain?"

"Tidak mungkin. Kamu tidak paham jalan pikiran orang lain." Jawabku tegas.

"Ya iyalah, bagaimana mungkin kamu tau?" Sungut Nadia.

"Dia akan tetap di sini dan akan membunuh lagi. Ada semacam dorongan untuk menunjukkan apa pendapatnya tentang kita."

"Pendapat apa itu?"

"Pokoknya tidak bagus. Di mata dia... dan di mata siapa pun yang mampu melihat dengan kritis, kita sudah melakukan kebodohan dengan menahan orang yang jelas-jelas konyol seperti Henry Early. Ini kan lucu."

"Ha, ha," jawab Nadia garing.

"Ini juga berarti penghinaan... dengan menghubungkan karyanya sebagai milik Henry."

"Astaga, itu hal terbodoh..."

"Percaya sama aku, Nad."

"Tentu, aku percaya sama kamu. Kenapa tidak? Jadi intinya, ada seorang seniman murka yang tidak akan pergi kemana-mana. Begitu?"

"Benar. Dia harus beraksi lagi, dan harus dilakukan di bawah hidung kita. Lebih dahsyat dan lebih besar dari yang sudah-sudah."

"Maksud kamu dia bakal membunuh pelacur gendut?"

"Besar dari sudut pandang skala, Nadia sayang. Gemes banget gua jelasinnya. Lebih besar secara konsep. Lebih menarik perhatian. Paham? Bukan lebih besar ukuran badannya."

"Oh, lebih menarik perhatian. Tentu. Kali ini memakai dedaunan busuk, gitu."

"Sebelum aku cubit ginjal kamu. Dengar aku baik-baik, Nad. Taruhannya makin tinggi. Kita sudah terlalu menekan dan menghina dia. Pembunuhan berikutnya akan mencerminkan itu."

"Hmm... bagaimana jelasnya?"

"Aku belum tau."

"Tapi kamu yakin?"

"Sangat yakin."

"Baiklah. Setidaknya aku tau apa yang harus diwaspadai."

1
Yue Sid
Thor, jangan bikin kami tidak bisa tidur karena ingin tahu kelanjutannya 😂
Dev_riel: Besok kelanjutannya ya😄🙏
total 1 replies
🔥_Akane_Uchiha-_🔥
Cerita seru banget, gak bisa dijelasin!
Dev_riel: Makasih🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!