NovelToon NovelToon
CupidCore System

CupidCore System

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / Sistem / Romansa
Popularitas:758
Nilai: 5
Nama Author: stells

Di masa depan, kota futuristik Neo-Seraya mengandalkan sebuah algoritma canggih bernama CupidCore untuk menentukan pasangan romantis setiap orang. Dengan skor kompatibilitas hampir sempurna, sistem ini dipercaya sebagai solusi akhir bagi kegagalan hubungan.

Rania Elvara, ilmuwan jenius yang ikut mengembangkan CupidCore, selalu percaya bahwa logika dan data bisa memprediksi kebahagiaan. Namun, setelah bertemu Adrian Kael, seorang seniman jalanan yang menolak tunduk pada sistem, keyakinannya mulai goyah. Pertemuan mereka memicu pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh angka: bisakah cinta sejati benar-benar dihitung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon stells, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 15

Dengan petunjuk itu, mereka menemukan arah baru: sebuah lorong kecil tersembunyi di balik panel logam. Milo dan Adrian mengangkat panel itu bersama-sama. Suara logam berat terdengar saat panel bergeser.

Lorong tersembunyi itu sempit tetapi bersih, seolah baru-baru ini digunakan. Kai melihat ke belakang sebentar. “Kalau ada yang mengikuti kita, mereka mungkin tidak tahu tentang jalur ini.”

Rania berjalan kedua setelah Arlo. “Bagus. Ini memberi kita sedikit keunggulan.”

Beberapa langkah kemudian, mereka mendengar suara samar percakapan di ujung lorong. Semua berhenti dan mendengarkan. Ada dua suara, terdengar seperti penjaga yang sedang berbicara santai.

Yara berbisik, “Mungkin mereka bagian dari jaringan.”

Adrian menggeleng. “Kita pastikan dulu.”

Milo merangkak sedikit ke depan, mengintip melalui celah. Ia melihat dua orang bersenjata ringan berdiri di depan pintu baja dengan simbol bintang besar.

Milo kembali ke kelompok. “Dua penjaga. Sepertinya bukan dewan. Pakaian mereka tidak seragam resmi.”

Adrian menimbang sebentar. “Kita dekati perlahan. Jangan angkat senjata kecuali perlu.”

Adrian memberi sinyal diam kepada kelompoknya sebelum mendekat perlahan. Suara percakapan dua penjaga terdengar lebih jelas—mereka berbicara santai, tidak tampak waspada.

Milo menunduk, bergerak ke samping lorong untuk mencari posisi pengamatan yang lebih baik. Kai memegang peta holografiknya, tetapi mematikannya agar tidak memancarkan cahaya. Rania berada di belakang Adrian dengan senjata disiapkan jika keadaan berubah.

Arlo mengambil langkah maju, lalu berbicara pelan, “Kalian bagian dari jaringan bawah tanah?”

Dua penjaga langsung menoleh, wajah mereka berubah serius. Salah satu mengangkat tangannya, bukan untuk menyerang, tetapi memberi tanda berhenti.

“Siapa kalian?”

Adrian mengangkat kedua tangannya sedikit, menunjukkan bahwa mereka tidak bermaksud menyerang. “Kami mencari markas baru. Kami mengikuti tanda bintang.”

Penjaga pertama menatap penjaga kedua sejenak sebelum menurunkan senjatanya. “Kalau kalian tahu tentang tanda itu, berarti kalian bukan dewan.”

Penjaga kedua menambahkan, “Tapi kami tetap harus memeriksa. Banyak yang mencoba menyusup.”

Milo melangkah maju. “Kami membawa data penting dari distrik utara. Ini bisa membantu jaringan bertahan.”

Ia mengeluarkan drive kecil dari tasnya, tetapi tidak mendekat terlalu jauh.

Penjaga pertama mengangguk. “Ikuti kami, tapi jangan lakukan gerakan mendadak.”

Mereka dibawa mendekati pintu baja besar dengan simbol bintang. Penjaga kedua memasukkan kode manual di panel kecil, lalu memutar roda mekanis. Pintu berderit pelan sebelum terbuka, memperlihatkan lorong pendek menuju ruang yang lebih luas.

Saat mereka masuk, suhu udara sedikit lebih hangat. Ada lampu-lampu neon yang bekerja dengan daya rendah, cukup menerangi area tanpa menarik perhatian dari luar. Di sepanjang dinding, ada peta kota, radio tua, dan beberapa peralatan elektronik.

Rania menoleh ke Yara. “Sepertinya markas sementara.”

Yara mengangguk. “Tapi setidaknya ada tanda kehidupan.”

Mereka dibawa ke ruangan utama, di mana beberapa orang duduk mengelilingi meja besar. Seorang pria paruh baya dengan rambut beruban berdiri, menatap mereka tajam.

“Siapa kalian, dan kenapa kalian ada di sini?”

Adrian memperkenalkan diri singkat. “Kami bukan anggota dewan. Kami melarikan diri setelah menemukan bukti pelanggaran CupidCore. Kami butuh bantuan.”

Pria itu menatap drive kecil di tangan Milo. “Bukti itu di sana?”

Milo mengangguk. “Ya. Data mentah dari sistem pusat. Jika dewan tahu kita punya ini, mereka tidak akan berhenti memburu kita.”

Pria itu mengambil drive, memeriksanya sekilas. “Aku Darius. Aku salah satu koordinator jaringan bawah tanah di sektor barat. Kalau ini benar-benar data CupidCore, maka kita harus bergerak cepat. Mereka akan memperketat perbatasan.”

Arlo menatap Darius. “Markas lama kalian kosong. Kami hampir mengira kalian sudah menyerah.”

Darius tersenyum miris. “Kami tidak menyerah. Kami hanya menunggu saat yang tepat untuk pindah. Dewan sudah mencurigai lokasi lama itu.”

Kai bertanya, “Berapa banyak markas yang tersisa?”

Darius menghela napas. “Tidak banyak. Dewan berhasil menghancurkan beberapa bulan lalu. Yang ada sekarang tersebar dan bergerak. Itulah sebabnya kami menggunakan tanda bintang—hanya mereka yang tahu cara lama kami yang bisa menemukannya.”

Rania menyela, “Kami tidak bisa tinggal diam. CupidCore sedang memperkuat sistem pengawasan. Mereka bahkan mengalihkan drone ke area ini.”

Darius mengangguk. “Itu sebabnya kalian harus tetap bergerak. Tapi sebelum kalian melanjutkan, kami perlu memeriksa data ini dan memastikan keasliannya. Jika sesuai, kita bisa menggunakannya untuk memancing simpatisan baru.”

Mereka semua duduk di sekitar meja. Yara mengamati wajah-wajah baru di ruangan itu. Ada kelelahan dan ketegangan di mata mereka, tetapi juga harapan. Seorang teknisi jaringan menyalakan terminal tua dan menghubungkan drive Milo. Data mulai muncul di layar.

Teknisi itu bergumam, “Ini format internal CupidCore… sulit untuk dipalsukan.”

Darius menatap Adrian. “Kalian tahu apa yang kalian bawa bisa memicu perang besar?”

Adrian menatap balik tanpa ragu. “Kami tahu. Tapi lebih baik memicu perang daripada hidup di bawah kendali penuh mereka.”

Tiba-tiba, alarm kecil berbunyi di salah satu radio tua di dinding. Penjaga pertama mendekat, memeriksa sinyal. Wajahnya berubah serius. “Drone patroli mendekati sektor ini. Mereka mungkin mencium pergerakan kita.”

Rania berdiri. “Kita harus bersiap.”

Darius mengangkat tangannya. “Tenang. Kita tidak akan melawan di sini. Kita gunakan jalur evakuasi.”

Ia menunjuk peta di dinding. “Ada lorong bawah yang mengarah ke luar kota bagian barat. Dari sana, kalian bisa menuju pos aman berikutnya.”

Milo menatap terminal. “Data ini butuh waktu untuk dipindai semua.”

Teknisi menjawab cepat, “Aku bisa menyalin sebagian besar sebelum kita pergi.”

Yara menoleh ke Adrian. “Kita tidak bisa kehilangan itu.”

Adrian menatap Darius. “Kita tunggu satu menit. Setelah itu, kita berangkat.”

Teknisi mengetik cepat, memindahkan data ke beberapa drive cadangan. Lampu indikator berkedip pelan, menandakan proses penyalinan hampir selesai. Darius berdiri di sampingnya, menatap layar tanpa berkedip.

“Lima puluh persen lagi,” kata teknisi.

Adrian melirik jam di pergelangan tangannya. “Kita tidak punya banyak waktu.”

Di luar, suara dengungan drone semakin jelas. Radio tua di sudut ruangan memancarkan suara statis, lalu terdengar pesan singkat dari pos pengintai lain: “Patroli dewan menuju sektor barat daya. Mereka menyebar cepat.”

Rania menggenggam senjatanya lebih erat. “Mereka pasti mendeteksi aktivitas kita.”

Milo memeriksa jalur evakuasi di peta dinding. “Ada dua rute. Jalur bawah tanah ke arah utara lebih dekat, tapi mungkin sudah diawasi.”

Kai menunjuk rute lain. “Jalur barat lebih jauh, tapi kemungkinan lebih aman.”

Darius menatap mereka. “Kita ambil jalur barat. Lebih lama, tapi lebih sedikit jebakan.”

Teknisi berseru, “Tujuh puluh persen selesai!”

Tiba-tiba, suara dentuman kecil terdengar dari lorong masuk. Lampu neon berkedip sebentar. Penjaga pertama berlari ke pintu untuk memeriksa, lalu kembali dengan wajah tegang.

“Mereka sudah masuk area luar.”

Darius memberi isyarat. “Siapkan pintu evakuasi.”

Penjaga kedua menarik tuas besar di dinding. Pintu baja kecil di bagian belakang ruangan terbuka, memperlihatkan tangga sempit menurun ke bawah. Udara dingin keluar dari lorong itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!