NovelToon NovelToon
Dijodohin Dengan Kepala Desa

Dijodohin Dengan Kepala Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: komurolaa

Ketika Olivia, gadis kota yang glamor dan jauh dari agama, dipaksa menikah dengan Maalik—kepala desa yang taat, dunia mereka berbenturan. Tapi di balik tradisi, ladang, dan perbedaan, cinta mulai tumbuh… pelan-pelan, namun tak terbendung.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon komurolaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

[ BAB 15 ] Pelukan di Atas Motor Trail

lSetelah acara ngambek-ngambekan dari Olivia, akhirnya Maalik berhasil membujuk istrinya yang cantik itu untuk berganti pakaian. Awalnya Olivia merasa kesulitan memilih baju, karena hampir semua koleksinya berupa dress seksi: mini dress dari sutra mahal dengan belahan tinggi di paha, tank top tipis bermerek yang memperlihatkan bahu dan ketiaknya, gaun pesta berkilau dengan tali spageti, hingga celana pendek ketat keluaran brand luar negeri. Semuanya glamor, semuanya mahal—namun sama sekali tak sesuai dengan suasana desa.

Setelah berputar-putar di depan lemari, Olivia akhirnya menemukan dua potong celana jeans panjang yang tanpa ia sadari sengaja dimasukkan oleh Maminya ke dalam koper. Untuk atasan, ia terpaksa mengenakan kaus oblong milik Maalik yang kebesaran, jatuh longgar di tubuh mungilnya.

Maalik yang melihatnya hanya bisa menggigit pipi bagian dalam, menahan rasa gemas. Olivia tampak begitu menggemaskan dengan jeans ketat yang membentuk kaki jenjangnya, dipadukan dengan kaus oblongnya sendiri yang kedodoran. Pemandangan itu begitu kontras, tapi justru membuatnya manis.

"Apa liat-liat?" Olivia mendengus sambil menyilangkan tangan di dada.

Maalik tersenyum kecil, menggeleng, lalu berkata tulus, "Cantik."

Pipi Olivia seketika bersemu merah, meski ia buru-buru menutupi rasa kikuknya. "Ya, gue tau," balasnya singkat.

Maalik terkekeh, kemudian mengulurkan tangan. "Ayo."

Olivia hanya melirik, lalu akhirnya mengikuti suaminya keluar rumah. Maalik mengunci pintu, lalu menuntunnya menuju garasi. Di sana, ia berhenti di depan motor trail miliknya, naik ke atasnya, lalu menurunkan stut besi di bagian belakang.

"Ayo naik," ujarnya tenang.

Olivia berhenti melangkah, menatap motor itu dengan raut tak percaya. "Kita... naik ini?" tanyanya ragu.

"Iya," jawab Maalik sambil tersenyum.

"Nggak mau!" Olivia bersedekap, menggeleng keras.

"Kenapa?" Maalik tetap sabar.

"Nanti jatuh," sahutnya jujur.

Maalik terkekeh pelan. Istrinya memang benar-benar polos. "Nggak akan, Olivia. Percaya sama saya."

"Kenapa nggak naik mobil aja?" Olivia masih ngotot.

"Kalau naik mobil, susah, Olivia. Kita akan melewati jalan setapak yang sempit. Mobil nggak akan bisa masuk." Penjelasan Maalik begitu lembut.

Olivia tetap diam. Melihat keraguan itu, Maalik turun dari motor dan menggandeng tangannya dengan hangat. "Percaya sama saya. Semuanya akan aman," ucapnya penuh keyakinan.

Olivia menatap mata suaminya, mencari kepastian. Dan di sana, ia melihat kesungguhan yang tak bisa ia bantah. Perlahan, Maalik membantu Olivia naik ke motor trail. Ia sendiri lalu menyusul duduk di depan.

Begitu motor hidup, Olivia refleks memegang ujung kaus Maalik di pinggang, tubuhnya menegang karena takut. Maalik menoleh sedikit, lalu menarik kedua tangan istrinya, melingkarkannya di pinggangnya sendiri.

Olivia tersentak kaget. Dadanya kini menempel pada punggung bidang suaminya. Baru ia hendak protes, motor sudah melaju, membuat Olivia tak sempat berkata apa-apa. Ia hanya bisa memeluk perut Maalik lebih erat, ketakutan.

Sepanjang perjalanan, Olivia melihat banyak warga yang menyapa ramah suaminya. Dan setiap kali, Maalik selalu membalas dengan senyum tulus. Sedangkan Olivia hanya memandang datar, menolak ikut larut dalam keakraban itu.

Namun, saat motor melewati hamparan sawah luas dengan latar pegunungan biru, mata Olivia tak kuasa untuk tidak takjub. Angin segar berhembus, udara jauh lebih bersih dibanding Jakarta yang penuh polusi. Hatinya, tanpa ia sadari, sedikit mengendur.

Maalik memperlambat motornya ketika melewati beberapa warga yang sedang bekerja di sawah.

"Jalan-jalan, Pak Desa?" sapa seorang bapak paruh baya sambil membawa rumput segar.

Maalik tersenyum ramah. "Iya, Pak Supri. Ajak Olivia keliling desa. Duluan ya, Pak."

"Iya, hati-hati, Pak Desa!" sahut Pak Supri dengan senyum lebar.

Dan begitu seterusnya, hampir setiap warga yang mereka lewati menyapa dengan hangat.

"Lo nggak capek?" Olivia tiba-tiba bertanya dari belakang.

Maalik sedikit menoleh. "Capek kenapa?"

"Dari tadi jawab sapa-sapa mulu. Gue yang denger aja capek," Olivia mendengus.

Maalik tersenyum lembut. "Mereka semua tulus, Olivia. Orang desa kalau menyapa bukan karena basa-basi, tapi karena benar-benar peduli. Jadi saya senang menjawabnya. Itu tanda kalau kita saling menghargai."

Olivia diam, meski matanya berkedip cepat.

"Lo sejak kapan jadi kepala desa?" tanyanya lagi.

"Sudah dua tahun ini," jawab Maalik tenang.

"Kata Eyang lo lulusan UI sama UGM. Pinter. Kenapa nggak kerja di kota aja?"

Maalik menarik napas pelan, lalu menjawab lembut, "Karena hati saya di sini, Olivia. Saya lebih ingin membangun desa tempat saya dilahirkan. Saya ingin desa ini maju, agar anak-anak di sini punya masa depan yang lebih baik."

Olivia hanya mencibir kecil, menganggap pemikiran itu terlalu idealis.

Motor akhirnya berhenti di sebuah gubuk di tepi sawah. Di sana sudah ada Ibrahim, kakek Maalik, bersama Ilham dan Sulis, orang tua Maalik.

Maalik membantu Olivia turun, lalu menggandeng tangannya menuju gubuk.

"Assalamualaikum, Kakek, Bapak, Ibu," ucap Maalik sambil menyalami satu per satu, mencium tangan mereka.

Olivia hanya berdiri diam. Hingga Maalik menggenggam tangannya lembut, lalu berbisik, "Salim dulu, ya. Ke Kakek, Bapak, sama Ibu."

Olivia sempat ingin menolak, tapi tatapan Maalik terlalu lembut untuk diabaikan. Akhirnya ia menyalami dan mencium tangan Ibrahim, Ilham, lalu Sulis. Ibrahim dan Ilham menyambutnya dengan senyum hangat, sementara Sulis tetap datar. Olivia pun hanya memutar bola mata malas, tak peduli dengan sikap mertua perempuannya.

"Kalian dari mana?" tanya Ilham.

"Dari keliling desa, Pak. Saya ajak Olivia jalan-jalan," jawab Maalik sopan.

"Wah, bagus itu. Biar Olivia bisa merasakan udara segar desa," sambut Ibrahim dengan semangat.

Sulis menambahkan dengan nada dingin, "Iya, tapi biasanya orang kota nggak suka suasana desa."

Olivia mengangkat dagu, lalu menyahut tanpa sungkan, "Ya emang. Gue emang nggak suka di sini. Nggak ada mall, nggak ada bioskop, nggak ada tempat nongkrong juga."

Maalik tersenyum hambar, memberi isyarat pada kakek dan bapaknya untuk memaklumi. Ibrahim dan Ilham hanya mengangguk paham, meski tatapan Ilham sedikit menyiratkan keprihatinan. Maalik menggenggam tangan Olivia, lalu berkata pelan, "Kami lanjut jalan dulu, ya, Kek, Pak, Bu. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," jawab Ibrahim dan Ilham bersamaan.

Begitu keduanya pergi, Ilham langsung menoleh ke istrinya. "Bu, Bapak tahu Ibu belum bisa menerima Olivia. Tapi apakah pantas kalau sikap Ibu selalu sinis seperti itu? Olivia itu istri Maalik, yang berarti anak kita juga. Ingat, Pak Hadikusuma dan kedua orangtuanya sudah mempercayakan Olivia ke Maalik dan ke kita. Mereka akan kecewa kalau tahu putri kesayangan mereka diperlakukan seperti ini."

Sulis hendak membalas, namun Ibrahim lebih dulu angkat bicara. Suaranya berat, menohok. "Jangan lupa, Lis. Kita berhutang budi pada Pak Hadikusuma. Tanpa kebaikan beliau, mungkin kita tidak akan berdiri di posisi seperti sekarang. Jangan sampai kamu melupakan itu, apalagi menurunkan rasa tidak suka pada menantu yang sejatinya titipan amanah dari beliau."

1
Titik Sofiah
awal yg menarik ya Thor /Good/
komurolaa: terimakasih kak💗
total 1 replies
Gái đảm
Endingnya puas. 🎉
Hoa xương rồng
Teruslah menulis dan mempersembahkan cerita yang menakjubkan ini, thor!
komurolaa: terimalasih kak
total 1 replies
Dani M04 <3
Menggugah emosiku.
komurolaa: terimakasih sudah mampir kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!