Jangan mampir di masjid ini. Sudah banyak yang mengalaminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon David Purnama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demi Anak
Sudah mau seminggu berlalu sejak kedatangan Edo yang sampai menginap di rumahnya. Hari-hari Daud kembali seperti biasa.
Tapi berubah sejak beberapa menit yang lalu. Ketika Edo mentransfer sejumlah uang tanda terimakasih untuk Daud. Notifikasi mbanking dan pesan dari teman lama yang kemarin dibantunya.
Video Masjid Berhantu di channel Mata Edo berhasil jadi tranding topik nomor satu di YouTube. Mengungguli video-video yang diunggah dalam rentan waktu yang hampir sama. Mengungguli tayangan-tayangan bertema horor misteri lainnya. Daud sendiri malah belum menonton video yang linknya sudah di bagikan oleh Edo.
Punya uang lebih Daud langsung kepikiran anak semata wayangnya yang bernama Desember. Sore ini juga yang kebetulan jatuh pada hari Jumat Daud ingin mengunjungi putrinya.
Desember sekarang sudah kelas sembilan saja. Seperti baru hari kemarin dia sedang belajar berjalan. Anak perempuan yang pemberani itu sekarang sedang giat-giatnya mengikuti kegiatan ekstrakurikuler pencak silat. Bukan hanya sebagai peserta tapi sekarang Desember juga sudah ikut melatih adik-adik kelasnya.
Kelas sembilan itu artinya tidak lama lagi akan datang ujian nasional. Daud selalu mengingatkan anaknya untuk mengutamakan nilai pelajaran sekolah ketimbang kegiatan yang lain. Desember pun punya pemikiran yang sama seperti ayahnya. Beladiri yang ia tekuni saat ini untuk berolah tubuh dan demi bekal menjaga keselamatan diri.
Desember masih tinggal bersama ibunya di ibu kota. Bersama juga dengan ayah tirinya dan seorang anak yang dibawanya dari pernikahan sebelumnya. Ibu Desember sudah menikah lagi dengan teman kerjanya yang juga seorang duda beranak satu. Seorang laki-laki yang Daud juga kenal meski tidak akrab.
Dari kota W ke ibu kota baru naik vespa tua. Daud sudah lama tidak melakukannya. Pasti perjalanan ini akan menjadi seru karena langit saja ikutan cerah.
Daud ingin tiba di sana sore hari tepat sebelum jam lima. Daud akan langsung menghampiri Desember di sekolahnya. Karena pada setiap hari Selasa dan Jumat Desember ada latihan pencak silat di lapangan sekolah. Dalam perjalanan ke ibu kota Daud mampir dulu ke toko buku Pelajar. Daud membelikan sebuah buku untuk hadiah kepada putrinya. Buku yang dipilih dengan judul SIAP UN Latihan Soal-soal Ujian Nasional SMP Terbaru.
Menuju ke sekolah Desember vespa tua Daud harus melewati sebuah gedung yang tinggi. Sebuah rumah sakit yang pernah membuat Daud sakit hati. Mantan istri Daud dan suaminya yang sekarang sama-sama bekerja di tempat itu. Tempat yang mau tidak mau harus Daud hadapi setiap pergi ke ibu kota untuk berjumpa dengan sang anak. Gambaran-gambaran luka lama yang masih menyesak di hati jika mengingatnya. Meskipun sudah tidak ada lagi ruang buat orang seperti mereka.
Lampu merah ibu kota berhenti cukup lama. Memori pahit itu perlahan membuka kembali dengan sendirinya.
Daud baru saja pulang lembur dari kantor surat kabar tempatnya bekerja. Malam sekitar pukul tujuh ia mampir dulu di warung makan murah di dekat rumah sakit yang penuh kenangan manis. Dulu sewaktu Daud pacaran dengan istrinya kalau malam-malam ngapel mereka berdua makannya di sini. Tempat makan yang bersejarah untuk pernikahan Daud dan ibu Desember.
Dari siang Daud belum makan. Makanya ia makan dengan lahap. Di tempat itu Daud juga melihat ada beberapa pembeli yang adalah para karyawan di rumah sakit tempat istrinya bekerja sebagai seorang perawat yang kebetulan sedang jaga malam.
Daud tidak kenal dengan mereka semua begitu juga sebaliknya. Sampai ada satu orang petugas security yang Daud kenal. Daud mau menyapa tapi tidak bisa karena antrian yang penuh. Banyak orang datang di jam makan malam. Istri Daud juga kenal dengan orang itu. Kata istri Daud ia juga suka nitip untuk dibelikan makanan kepada para satpam. Di warung makan ini juga.
Hati Daud jadi tergugah untuk membungkus kan makan malam kepada istrinya yang sedang jaga malam. Daud pun melakukannya. Untuk sebuah kejutan dan romantisme yang belakangan ini dingin diantara mereka.
Daud datang ke rumah sakit tempat istrinya bekerja jaga malam. Sewaktu melewati tempat parkir karyawan Daud melihat mobil istrinya. Tapi ada yang aneh dengan mobil ibu Desember itu. Tidak terlihat seperti mobil karyawan yang lain yang terparkir dengan tenang. Mobil istri Daud bergoyang-goyang.
Daud menghampiri mobil istrinya itu lalu membukanya dengan mudah karena mobil putih itu pintunya sama sekali tidak dikunci.
Rupanya istri Daud sedang dibungkus oleh orang yang dikenalinya di warung makan tadi.
"TIN..... TIN.....! ",
Klakson keras mobil besar membuyarkan lamunan tentang memori lama yang buruk. Lampu sudah kembali hijau. Daud harus melanjutkan laju perjalanan hidup.
Tiba di Sekolah Desember. Anak dan bapak itu langsung pergi jalan-jalan naik vespa tua kemana pun Desember minta. Dengan alasan sedang jaga makan Desember menolak diajak untuk makan malam yang berat-berat. Ia hanya minta makan eskrim dan dibelikan coklat beserta cemilan yang lain untuk dibawa pulang.
"Ayah tidak mau masuk dulu?",
"Ada ibu di dalam",
"Sudah malam",
"Tidak usah nanti malah mengganggu",
"Yang penting ayah sudah ketemu sama kamu",
"Hati-hati yah sampai di rumah jangan lupa telpon aku",
"Jangan lupa buku yang baru ayah belikan dibuka",
"Dada",
"Assalamualaikum",
"Waalaikumsalam",
Tidak hanya melulu tentang kenangan masa lalu yang hitam. Desember adalah hidup Daud sekarang yang sangat terang. Desember adalah salah satu alasan kenapa pergi ke ibu kota masih menyenangkan.
*
Perjalanan pulang ke kota W.
Belum juga ada jam sembilan malam yang tertera di jam tangan. Tapi kenapa perasaan jadi merinding seperti ini? Semoga saja tidak kejadian.