Desa Semilir dan sekitarnya yang awalnya tenang kini berubah mencekam setelah satu persatu warganya meninggal secara misterius, yakni mereka kehabisan darah, tubuh mengering dan keriput. Tidak cukup sampai di situ, sejak kematian korban pertama, desa tersebut terus-menerus mengalami teror yang menakutkan.
Sekalipun perangkat desa setempat dan para warga telah berusaha semampu mereka untuk menghentikan peristiwa mencekam itu, korban jiwa masih saja berjatuhan dan teror terus berlanjut.
Apakah yang sebenarnya terjadi? Siapakah pelaku pembunuhannya? Apakah motifnya? Dan bagaimanakah cara menghentikan semua peristiwa menakutkan itu? Ikuti kisahnya di sini...
Ingat! Ini hanyalah karangan fiksi belaka, mohon bijak dalam berkomentar 🙏
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Proses Penyembuhan
1 minggu telah berlalu, namun kelumpuhan yang dialami oleh puluhan anggota perguruan silat itu belum sembuh juga, hingga satu-persatu diantara mereka memutuskan untuk keluar dari rumah sakit.
Karena ilmu penyembuhan Pak Haji Mashudi dan Ki Kusumo tidak mempan, maka mereka pun minta bantuan pada pihak luar, yakni meminta bantuan pada rekan Pak Haji Mashudi yang berasal dari Kota S yang bernama Pak Haji Zakaria.
Sementara itu, Satria dkk sudah dijadikan persembahan semua dan yang mendapat giliran terakhir adalah Ndaru. Setelah beberapa kali memberikan pengorbanan nyawa manusia pada iblis penguasa hutan terlarang, ilmu hitam laki-laki tua dan 2 muridnya, makin lama makin meningkat.
*
Pada suatu tengah malam, muncullah kabut tebal putih dari hutan terlarang menuju ke Desa Glagah. Setengah jam an sesudah desa itu dikepung oleh kabut putih, keluarlah kalong besar dari hutan angker tersebut lalu terbang menuju ke desa itu.
Setelah berkeliling lebih dari 30 menitan di area Desa Glagah, binatang berwarna hitam itu pun lantas hinggap di atas genting kamar Desi, seorang gadis perawan berumur 15 tahun lalu menyedot darah perempuan tersebut sampai darahnya habis, tubuhnya mengering dan keriput.
Kelar menghisap darah Desi, kalong itu pindah ke rumah lain untuk menyedot darah Laras, seorang perempuan yang juga masih perawan hingga kondisi gadis tersebut sama dengan Desi.
Tak tanggung-tanggung, tengah malam hingga dini hari itu, binatang besar berwarna hitam tersebut menghabisi 5 gadis yang masih perawan sekaligus. Sesudah urusannya selesai, kalong itu segera kembali ke hutan terlarang kemudian melakukan meditasi panjang di dalam gua bersama 2 orang lainnya.
Keesokan paginya, Desa Glagah menjadi gempar karena 5 warganya meninggal secara mengenaskan. Bukan main kaget dan takutnya para warga menyaksikan kejadian mengerikan itu. Di tengah rasa panik dan takut, mereka tetap melayat dan membantu persiapan upacara pemakaman ke 5 gadis tersebut.
Pak Purnomo selaku Kepala Desa Glagah merasa bingung campur sedih memikirkan beberapa musibah yang terjadi di desanya. Pria itu sudah pernah meminta bantuan pada beberapa pemuka agama sampai orang pintar agar memagari Desa Glagah, tapi semuanya tidak berani karena takut diserang balik oleh iblis hutan terlarang.
Untuk saat ini yang dapat dilakukan oleh para warga hanya banyak-banyak beribadah dan berserah pada Tuhan sementara mereka menunggu bantuan dari beberapa rekan Pak Haji Mashudi. Tak lupa, Pak Purnomo juga memberikan kabar pada Pak Shodiq jika ada 5 warganya yang meninggal sekaligus pada hari itu.
*
Melalui Pak Haji Mashudi, Pak Haji Zakaria meminta agar temannya itu memberitahu Ki Kusumo dan beberapa orang sekomunitasnya yang turut terkena ilmu sihir untuk melakukan puasa mutih dan banyak-banyak berdzikir atau mengaji selama 2 minggu sebelum Pak Haji Zakaria datang langsung ke padepokan silat.
Namun dalam prosesnya, ternyata Ki Kusumo dan yang lainnya mengalami serentetan kejadian yang menyakitkan, dimana saat mereka sedang berdzikir atau mengaji, kaki mereka terasa sangat panas seperti terbakar dan mengeluarkan asap hitam yang berbau langu. Tapi karena mereka benar-benar ingin sembuh, tantangan apapun yang mereka hadapi tetap mereka lakukan.
2 minggu kemudian...
"Ilmu hitamnya sangat tinggi, saya tidak yakin apakah bisa menyembuhkan kalian atau tidak," ucap Pak Haji Zakaria setelah memeriksa kaki Ki Kusumo dengan ditemani Pak Haji Mashudi.
"Tidak apa-apa Pak Haji, lakukan semampu Pak Haji saja," timpal pimpinan perguruan silat itu pasrah.
"Baiklah, kalau begitu mulai malam nanti kalian terus berdzikir dari jam 9 malam sampai jam 4 pagi lalu saya akan mencoba melakukan penyembuhan ke kaki panjenengan dulu," kata Pak Haji tersebut.
"Baik Pak Haji, trimakasih banyak panjenengan sudah mau membantu kami. Kalau begitu saya tak menghubungi yang lain dulu."
Jam 9 malamnya, di ruang aula padepokan, Ki Kusumo beserta beberapa orang sekomunitasnya yang mengalami kelumpuhan termasuk Pak Haji Zakaria dan Pak Haji Mashudi melakukan dzikir sambil duduk bersila.
Sementara itu di halaman padepokan, tampak ratusan anggota perguruan silat tersebut juga sedang duduk bersila sambil melantunkan doa-doa termasuk ke 5 bapak Satria dkk.
Seiring dzikir yang mereka panjatkan, kaki Ki Kusumo dan beberapa orang seperguruannya yang mengalami kelumpuhan terasa lumayan panas dan mengeluarkan asap hitam berbau langu seperti biasanya. Seraya menahan kesakitan, mereka tetap terus melanjutkan doa-doa mereka.
Puluhan menit kemudian, tiba-tiba saja padepokan itu bergoyang seperti gempa dan tak berapa lama muncul angin ribut, baik di dalam ruang aula maupun di area luar padepokan. Kejadian menegangkan itu berlangsung lebih dari 1 jam yang makin lama makin mereda hingga suasana kembali seperti semula.
Tengah malamnya, Pak Haji Zakaria mendekati Ki Kusumo untuk mulai melakukan proses penyembuhan. Sambil membaca doa-doa, telapak tangan kanannya bergerak di kedua kaki pimpinan perguruan silat itu secara bergantian.
Saat telapak tangan kanan Pak Haji Zulkarnain digerakkan di kaki Ki Kusumo, pimpinan perguruan silat itu meringis kesakitan karena kakinya semakin tambah panas dan asap hitam berbau langu masih terus muncul.
Ki Kusumo terus menahan rasa sakit, hingga 2 jam an kemudian rasa sakit di kakinya mulai berkurang dan akhirnya menghilang sama sekali begitu juga dengan asap hitamnya.
"Coba Ki Kusumo bangkit berdiri," ujar Pak Haji Zakaria yang dituruti oleh pimpinan perguruan silat itu, yang ternyata dia bukan hanya bisa berdiri tapi juga bisa berjalan dengan normal kembali.
"Alhamdulilaah...," Ki Kusumo merasa lega begitu juga dengan yang lainnya karena mereka berpikiran bahwa mereka juga pasti bisa sembuh.
"Trimakasih banyak Pak Haji, sekarang kaki saya sudah sembuh kembali," kata pimpinan padepokan itu.
"Sekarang giliran siapa? Saya masih kuat menyembuhkan 1 orang lagi, untuk yang lainnya harap bersabar menunggu gilirannya," ucap Pak Haji Zakaria.
Tak lama kemudian, Ki Kusumo pun menunjuk seorang laki-laki yang sudah berumur yang merupakan rekan sekaligus seniornya, yang bernama Ki Cakra.
Proses penyembuhan pada Ki Cakra sama seperti yang dilakukan pada Ki Kusumo. 2 jam an kemudian, pria yang sudah berumur itu pun akhirnya bisa berjalan kembali.
Pada saat waktu Subuh, mereka melakukan sholat berjamaah di halaman padepokan dengan diimami oleh Pak Haji Mashudi. Sesudah itu, semua orang diperintahkan untuk bubar dan istirahat karena malam nanti mereka akan berkumpul kembali.
Proses penyembuhan tersebut berlangsung 1 minggu lebih dan selama itu juga Pak Haji Zakaria menginap di rumah Pak Haji Mashudi dengan konsumsi dan kebutuhan lainnya disediakan oleh pihak padepokan.