Ana & Andin

Pak Andi menatap gelisah bu Ami

" Bu apakah kita akan berpisah dengan si kembar bapak sudah terlanjur menyayangi si kembar bapak tak ingin berpisah dengan si kembar " ucap pak Andi

" sama pak ibu juga tak ingin jauh dari si kembar apalagi tuan muda selama ini tak begitu peduli dengan nona dan si kembar " jawab bi Ami

" bagaimana jika kita memberi salah satu dari mereka untuk di asuh oleh tuan " ucap pak Andi

" bapak lupa nona Wulan tak ingin mereka di asuh oleh tuan " jawab bi Ami

" ibu dengarkan bapak jika kita membawa si kembar tuan akan semakin curiga kita akan memantau dari jauh bu jika suatu saat tuan memperlakukan dan tak peduli maka kita akan mengambil kembali bu tidak ada cara lain " ucap pak Andi.

" nona maafkan kami karena tidak bisa menjaga si kembar seperti janji kami tapi nona tenang saja kami akan berusaha memantau dari jauh semoga nona tidak membenci kami " ucap bi Ami seakan berbicara dengan wulan

" maafkanlah kami nona cuma ini jalan satu satunya" ucap pak andi.

" jadi yang mana yang harus kita rawat dan yang akan di rawat tuan muda?" tanya bi Ami.

" sepertinya si kakak Ana saja yang di bawa oleh tuan muda aku melihat bayi ini memilik aura yang berbeda kelak dia akan tumbuh menjadi gadis yang kuat dan sorot matanya memancarkan aura tegas semoga kelak kamu yang membantu adikmu andin mendapatkan keadilan untuk ibu kalian nak " ucap pak Andi

Akhirnya mereka memutuskan memberikan Ana kepada tuan muda sementara itu bi Ami mencari dokter maya dan meminta tolong agar Andin di jaga oleh dokter Maya sebentar karena tuan Mereka akan datang mengambil si kakak Ana bi Ami juga meminta agar bu maya merahasiakan jika wulan melahirkan anak kembar dokter maya yang memang mengetahui kisah wulan akhirnya mengangguk setuju ....

Tak lama Rangga tiba di rumah sakit dan menemui Pak Andi yang saat itu keluar dari ruang bayi

" di mana anak saya pak?" tanya Rangga

" di dalam tuan mari saya tunjukan tuan " ucap pak Andi

" ini tuan nona wulan memberikan nama Ana "ucap pak Andi seraya menatap bayi mungil yang begitu cantik

Rangga tersenyum menatap anaknya yang begitu cantik lalu menatap pak andi untuk menanyakan keadaan wulan

" pak bagaimana keadaan wulan aku ingin bertemu dan mengatakan aku akan membawa Ana ikut bersamaku ke Jakarta?" tanya Rangga

Pak Andi matanya berkaca-kaca dan berusaha untuk tenang melihat ekspresi pak Andi membuat rangga kembali bertanya

" Ada apa pak kenapa muka bapak terlihat sedih di mana Wulan?" tanya Rangga tak sabaran dan tiba-tiba jantungnya berdetak lebih cepat

" Nona wulan telah meninggal saat melahirkan Ana tuan dan kemarin jenazah nona sudah di kuburkan saya sudah berusaha menghubungi tuan tapi nomor tuan susah di hubungi" ucap pak Andi sambil mengusap air matanya yang jatuh saat menceritakan soal wulan

Mendengar itu kaki Rangga terasa lemas dan tidak kuat menahan tubuhnya Rangga terduduk di lantai dan menatap kosong kedepan walaupun ia membenci wulan tapi hati kecilnya masih ada rasa bersalah Rangga sudah berpikir beberapa hari ini di sela kesibukannya Rangga berniat akan memberikan wulan kompensasi yang besar agar wanita itu bisa hidup lebih baik setelah ini tapi takdir Tuhan berkata lain