LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
Suasana malam hari di kota Bandung sedang tak bersahabat. Kabut tebal menyelimuti kota yang dijuluki sebagai Kota Kembang. Suasana malam hari yang sedikit mencekam membuat Rion terpaksa menghentikan perjalanannya di sebuah minimarket. Padahal jarak rumahnya hanya sekitar dua puluh menit lagi dari tempatnya berhenti saat ini.
Tidak apa, lebih baik Rion menunda perjalanannya untuk saat ini. Ia tak ingin mengambil resiko untuk berkendara di tengah kabut tebal.
Rion berdiam lama di depan rak yang berisikan banyak makanan ringan. Ingin menunggu kabut menipis sambil memakan cemilan agar tidak membosankan.
Niatnya hanya ingin membeli dua bungkus cemilan, nyatanya lebih dari empat bungkus yang ia ambil. Biarlah ia membelinya untuk di rumah.
"Rion ya?" kasir yang melayani Rion menyapanya. Seorang wanita dengan kacamata bingkai hitam.
"Ya?" Rion menoleh ke belakang. Memastikan jika yang disapa adalah dirinya dan bukan orang lain. Akan memalukan rasanya jika Rion salah sangka.
"Lo masih inget gua gak?" tunjuk wanita itu kepada dirinya sendiri.
"Gua Maudy, temennya Alice." wanita itu mengenalkan diri sambil menghitung barang belanjaan milik Rion.
Rion termenung, mengingat-ingat lagi tentang wanita yang sedang bersamanya saat ini. Kedua matanya menatap wanita yang menyebut dirinya dengan nama Maudy.
"Ah ya...gua gak terlalu inget." Rion mengusap tengkuknya merasa canggung.
"Oh gak masalah juga sih." Rion mengangguk kikuk.
"Habis darimana malem begini?" tanya wanita itu basa-basi.
"Dari Bekasi," jawabnya jujur.
"Eh? Jauh banget sih." tampaknya wanita itu terkejut dengan jawaban Rion. Yah memang jarak yang cukup jauh juga.
"Iya kebetulan lagi main."
"Ini totalnya jadi delapan puluh lima ribu tujuh ratus."
"Gua boleh gabung?" Maudy, wanita yang sebelumnya melayani Rion di dalam kini menghampirinya yang sedang duduk di bangku depan minimarket. Ia sedang menikmati cemilan yang dibelinya sambil menunggu kabut menghilang.
"Sorry gua ngagetin," ucap Maudy.
"Untung aja gak tumpah," dengus Rion. Ia sedang meneguk minuman kemasan saat Maudy menghampirinya tiba-tiba.
"Boleh ikut duduk kan?" Rion mengangguk saja membuat wanita itu tersenyum.
"Gak dimarahin?" tanya Rion khawatir. Ini masih jam kerja, dan Maudy malah menawarkan diri untuk berbincang bersamanya.
"Gak bakal."
"Mau juga?" tawar Rion menyodorkan sebungkus snack berwarna ungu.
Maudy menggeleng, sedang tak lapar. "Lo masih deket sama Faisal?" tanyanya.
"Malah kita satu kerjaan." Rion menyuap lagi snack yang sudah ia buka. Keripik singkong balado.
"Dimana?" tanya Maudy lagi.
"Delusi Cafe." sejujurnya Rion tak suka dengan wanita yang sedang bersamanya saat ini.
"Kalo gua mampir ke sana boleh dong berarti?"
"Mampir aja." Rion menjawab sambil fokus mengirim pesan untuk Rayna.
"Next time deh gua mampir sekalian sama Alice." Rion tak menjawab. Sedang sibuk membalas pesan Rayna yang mengirim stiker dengan berbagai macam karakter. Sepertinya ia khawatir karena Rion terjebak kabut.
"Gak masalah kan?" Maudy masih berusaha untuk mendapatkan responnya.
"Ya bebas aja."
Sejauh seratus lima puluh tujuh kilometer
Setidaknya kau jauh di sana...
...157 - Midnight serenade...
"Mereka bahagia..."
"Jalan kaki di Braga..."
"Dan aku bayangkan..."
"Jika kita bersama..."
Suara musik dari speaker bluetooth memenuhi seisi cafe. Rion dan kedua temannya ikut bersuara menyanyikan lagu yang sedang diputar. Masih pagi hari, belum ada pengunjung hari ini. Meski diantara mereka tak ada yang memiliki suara emas dan hanya merusak suara dari penyanyi aslinya.
"Permisi..." Rion dan kedua temannya bergegas menghentikan konsernya saat dua orang wanita datang memasuki cafe.
"Ah maaf, belum buka ya?" salah satu wanita itu merasa tak enak ketika melihat Rion dan temannya yang sedang sibuk membersihkan cafe.
"Udah ko, mau pesen apa?" Radit bergegas menuju kasir, meninggalkan kain lap yang digunakan untuk meja sebelumnya.
Rion memilih untuk merapikan peralatan bersih-bersih yang sebelumnya mereka gunakan. Biarlah Radit yang melayani dua pengunjung wanita itu. Ia pergi ke belakang dengan banyak barang di tangannya.
Cukup lama sampai Rion kembali ke depan dan melihat temannya sedang berbincang dengan kedua wanita yang menjadi pelanggan mereka.
"Yon sini gabung!" ajak salah satu wanita.
"Iya."
"Kebetulan banget gua hari ini lagi ada waktu buat mampir ke sini." Maudy, wanita itu benar-benar mampir ke cafe dan mengajak satu lagi wanita yang menjadi temannya. Yah Rion tak masalah juga sebenarnya, tapi tetap saja Rion berharap ia tak datang disaat Rion sedang bekerja.
"Gimana kabar lo?" tanya wanita yang datang bersama Maudy.
"Baik," jawab Rion. Ia menarik satu kursi dan ikut bergabung bersama mereka.
"Cuek banget sih! Kaya yang baru kenal aja," ungkap Maudy. Entahlah, Rion tak suka dengan kehadiran dua wanita yang sedang bersamanya saat ini.
"Perasaan lo doang itu mah, gua biasa aja tuh!" sangkal Rion.
"Ternyata kalian masih aja barengan." pernyataan Maudy tertuju untuk Rion dan juga Faisal. Sejak di sekolah mereka selalu terlihat bersama, bahkan hingga saat ini.
"Iyalah mereka masih barengan, kan yang udah gak bareng lagi gua sama Rion." wanita itu tersenyum simpul. Alice, wanita yang cantik dan terlihat dewasa. Sangat bertolak belakang dengan Rayna yang memang terkadang terlihat seperti anak kecil dan lebih menyukai sesuatu yang terlihat menggemaskan. Rion sedikit tak suka dengan ucapan Alice, tapi ia memutuskan untuk tak bersuara.
"Iyalah, Rion udah punya pacar," sahut Faisal.
"Cewek lo pasti beruntung banget bisa punya pacar kaya lo." wanita bernama Alice itu menunjukkan senyumnya. Rion sendiri tak peduli, ia menemaninya hanya untuk menghargai saja.
"Jelas, Rion kan bucin banget." kali ini Radit yang ikut menyahut dari balik meja kasir. Tidak ada pengunjung lain selain Maudy dan Alice, membuat ketiga pria itu dengan bebas mengobrol.
Menghabiskan hampir lima belas menit mereka berbincang, sampai akhirnya pintu cafe terbuka. Kali ini seorang pria yang masuk. Rion dan Faisal bergegas kembali bekerja. Tak mungkin juga mereka harus menemani Maudy dan Alice berbincang dalam waktu yang lama.
"Ko lo bisa ketemu sama Maudy?" Faisal bertanya dengan nada heran.
Setelah lelah bekerja memang paling bagus untuk menikmati langit Bandung di sore hari. Rion dan kedua temannya tak langsung pulang ke rumah. Mereka lebih memilih untuk pergi ke lapang, menyaksikan banyak anak yang umurnya di bawah mereka sedang bermain layangan. Ada beberapa juga yang memilih untuk bermain bola.
Meski berbagai suara teriakan terdengar, tak mengganggu percakapan ketiga pria itu. Menurut mereka tempat seperti lapangan itu membuat nostalgia.
"Ya kan kemarin sempet ada kabut tuh pas lagi jalan, gua mampir sebentar ke minimarket," jawab Rion sambil mengunyah kacang kulit.
"Lo ketemu di sana?" Rion mengangguk.
"Dia kasirnya," jelas Rion.
"Hati-hati Yon!" peringat Faisal. Entahlah, tak nyaman jika Rion harus bertemu dengan masa lalunya.
"Kenapa?"
"Ya hati-hati aja." Faisal hanya ingin saja jika Rion berhati-hati.
"Tapi jujur aja sih, Alice tuh cantik banget," puji Radit.
"Ambil aja kalo dia belum ada pacar mah!" suruh Rion.
"Kan gua yang udah ada pacar."
"Siapa?"
"Anita," jawab Radit dengan bangga.
"Dih ngaku-ngaku!" Rion melempar kulit kacang rapat mengenai lengan Radit.
"Lagian muka doang yang cakep, kelakuan mah gak menjamin," ucap Rion. Lebih dari satu tahun mereka memiliki hubungan saat zaman sekolah. Rion paham jika hubungan di masa sekolahnya hanya sebatas cinta monyet.
Rion sendiri mengakui jika Alice memang cantik, tak ingin berbohong juga pada dirinya sendiri. Tapi bukan itu masalahnya, mungkin saat itu umur mereka masih terlalu muda untuk memiliki hubungan dewasa.
"Kenapa sih dulu lo bisa putus sama Alice?"
"Karena udah sama-sama gak sayang lagi," jawab Rion asal.
"Tapi kayanya itu cewek masih ngejar lo Yon," tebak Radit. Terlihat dari percakapan mereka saat pagi tadi di cafe.
"Biarin aja, kan gua udah punya Rayna."
"Rayna tau?" tanya Radit.
"Jangan ada yang kasih tau!" larang Rion.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?