Jangan lupa mampir ditempat ini...!
Menceritakkan seorang cewek ceria dan kocak masuk ketubuh sahabat jauh setelah pergi dan jarang bertemu.
bagaimana kisahnya, dan mampukah dia menerima jadi diri barunya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon THAN PUR2507, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 15.
"Bagaimana keadaan nenek sekarang?."tanya Leon berdiri disebelah nenek dengan wajah khawatir
"Untuk apa kamu datang juga."tanya nenek balik dengan wajah acuh dan membuang muka tidak ingin melihat cucunya lagi
Selama ini nenek begitu menyayangi cucunya, akan tetapi apa yang ia dapatkan. Tidak sama seperti yang selama ini nenek perlakukan lembut pada cucunya.
Leon mengerutkan keningnya terdiam terkejut dengan perilaku acuh dari neneknya. Namun dengan tenang Leon mengajak nenek bicara lagi.
"Aku sangat mengkhawatirkan nenek, aku sangat terkejut saat nenek tiba-tiba pingsan dikamar mandi. Lalu kami membawa nenek kerumah sakit."ujar Leon sambil menatap Shella disebelahnya
Nenek mengangkat wajahnya lalu duduk bersandar, dan langsung dibantu oleh Leon.
"Terimakasih karena sudah membawa nenek kesini, sekarang kalian berdua bisa pergi."ucap nenek tegas mengusir cucunya dan wanita disebelahnya dari tempat ini
"Kenapa nenek mengusirku, aku masih ingin bersama nenek disini."tolak Leon dengan tatapan tertuju pada neneknya terkejut
"Cukup Jihan saja yang tetap berada disini."ucap nenek tidak bisa diganggu gugat atau dibantah
Dengan wajah menahan kesal, Leon membawa Shella keluar dari sini. Sebelum mereka pergi Leon menatap tajam kesal kearah Jihan.
Leon menduga kalau Jihan telah menghasut neneknya supaya membencinya. Bahkan hanya Jihan yang diperbolehkan untuk menjaganya disini.
Kini rasa dendam yang sebelumnya sedikit mereda terhadap Jihan, berubah kembali. Memang semenjak beberapa hari terakhir Jihan telah banyak berubah dan tak seperti biasanya.
Tetapi tanpa disadari olehnya Jihan telah berencana untuk merebut hati neneknya. Hingga membuat nenek berpihak padanya dan bukan cucunya sendiri.
Jikalau begitu maka Leon tidak akan segan untuk memisahkan nenek darinya. Supaya nenek bisa berpihak padanya dan tidak terhasut oleh kata manis Jihan yang mampu merayu siapa sasaran dari targetnya.
Setelah Leon dan Shella memperhatikan kepergian mereka berdua, nenek menghela napasnya terdengar berat.
"Kenapa nenek suruh mereka pergi?."ucap Jihan bingung masih berdiri ditempatnya
"Tidak apa-apa biarkan saja. nenek juga tidak ingin menemui mereka lagi. "ujar nenek dengan tenang mengabaikan cucunya sendiri
"Tapi cucu nenek sedari tadi sangat mengkhawatirkan nenek."ujar Jihan yang mengingat saat nenek dibawa masuk kesini
"Itu cuma kebohongannya, saja, nenek jamin dia sudah tidak perduli lagi pada nenek."jawab nenek menduga perasaan cucunya
"Lalu bagaimana nenek bisa pingsan dikamar mandi tadi?."tanya Jihan mengabaikan soal Leon dan lebih mementingkan apa yang terjadi pada nenek
Nenek menundukkan kepalanya pelan, wajahnya menjadi sedih ketika mendengar apa yang nenek dengar pada obrolan mereka bertiga.
Juga ada yang membuat nenek menjadi syok dan terkejut ketika mengetahui rahasia yang disembunyikan oleh Jihan dan yang sedang ditutupi.
"Nenek tahu semuanya, dan nenek tahu kalau kamu bukanlah Jihan tapi Shella. Wanita yang nenek tidak sukai karena telah merubah kelakuan Leon menjadi jahat."ucap nenek mengatakan apa yang telah ia dengar dan menguping
Seketika pandangan Jihan terlihat mematung, terkejut apakah nenek mendengarkan apa yang ia bicarakan dengan Shella sebelumnya.
"Apa maksut nenek berkata seperti itu?."ucap Jihan bertanya dengan tatapan gelisah saat mengetahui kalau nenek sudah tahu rahasianya
"Maafkan nenek, selama ini nenek salah mengira kalau kamu yang telah membuat Leon berubah. Tetapi nenek sadar kalau kamu adalah wanita baik dan berhati lembut."ujar nenek lalu mengenggam tangan Jihan dengan penyesalan dihatinya
Sejak hari itu memang nenek pikir sifat kedua diantara mereka sangat berlawanan. Sebab dulu ia pernah bertemu dengan wanita yang sangat mirip dengan Jihan.
Akan tetapi mereka berdua memiliki kepribadian yang berbeda, dan nenek selalu menduga jika mereka adalah orang yang berbeda.
Keraguan nenek semakin terbukti kala mendengar pengakuan dari wanita yang mengobrol dengan Jihan sebelum Leon meninggalkan mereka.
"Apa nenek bisa merahasiakan ini dari Leon, kalau nenek tahu siapa aku sebenarnya. Karena aku sudah bersusah payah untuk melupakan Leon dalam hidupku. Bisakah nenek merahasiakan ini untukku."ucap Jihan membujuk nenek supaya tak mengatakannya pada Leon
Meski sebelumnya Jihan sempat berharap Leon bisa mengenalinya. Namun Leon tidak mengenalinya sama sekali dan mengatakan jika ia bicara omong kosong belaka.
"Tetapi kenapa, bukankah kalian saling mencintai."ujar nenek bertanya alasan Jihan menolak untuk membocorkan rahasia ini
"Mungkin itu dulu, tetapi aku baru menyadari satu hal kalau aku dengan Leon memang nggak akan mungkin bersama. Karena itulah aku meminta pada nenek untuk merahasiakan ini."ujar Jihan dengan wajah memohon pada nenek
Rasa cinta dan sayang yang dulu untuk Leon telah ia pendam dalam-dalam. Mungkin saja hubungannya dengan Leon hanya sebatas pertemanan biasa.
"Baiklah kalau itu keputusanmu, nenek tidak akan mengatakannya pada cucu nakal nenek itu."ujar nenek menganggukkan kepalanya mengerti dan menyembunyikannya dari Leon
"Makasih banyak nek"ucap Jihan tersenyum lega
"Nenek lapar apa nenek bisa minta tolong sama kamu."toleh nenek sambil mengosok perutnya yang lapar
Jihan tersenyum tipis mengerutkan bibirnya, menatap nenek dengan wajah serius. Mengingat kalau nenek sudah makan satu porsi nasi kari tapi masih saja belum kenyang.
"Memang nasi karinya nggak cukup nek!."ujar Jihan heran baru tahu jika porsi makan nenek rupanya cukup banyak
"Lah ini sudah jam makan siang Jihan, apa kamu tidak lihat jam dinding sana?."ucap Nenek menunjuk kearah jam dikamar ini yang sudah ditengah-tengah
Dengan payahnya melupakan waktu Jihan menepuk dahinya pelan baru menyadarinya. Kemudian ia pun menegakkan tubuhnya melepaskan genggaman tangan nenek dari tangannya.
"Nenek ingin makan apa biar Jihan belikan."ujar Jihan menanyakan apa yang ingin dimakan nenek
"Sup saja."jawab nenek ingin makan yang berkuah dan bisa menghangatkan tubuhnya
"Siap, makanan akan segera dibeli."ucap Jihan sambil menempelkan tangannya dipelipis memberi hormat laksanakan
"Dasar anak ini, sana beli!."ujar nenek tertawa pelan melihat tingkah lucu Jihan
Kemudian Jihan segera membeli apa yang nenek inginkan. Tetapi ketika Jihan baru menginjakkan kaki keluar dari dalam.
Langkahnya seketika dihentikan oleh Leon yang seperti sudah menunggunya diluar dengan marah. Bukannya takut Jihan malah tampak tenang-tenang saja dan kembali acuh.
"Mau lo apa?."ucap Jihan datar tanpa ekspresi
"Jawab pertanyaanku sekarang apa yang sudah kamu rencanakan tanpa sepengetahuanku Jihan."ucap Leon serius berdiri didepan Jihan dengan nada tegas dan marah
Jihan menatap Leon yang rupanya sedang meminta perhitungan padanya soal nenek. Tatapan Jihan juga sekilas melirik kearah Shella yang terdiam mendengarkan tanpa menjelaskan kenapa Leon meminta perhitungan padanya ini.
Entah Shella juga akan ikut bertindak atau tidak. Jihan juga tidak tahu, bisa saja Shella mengatakan sesuatu yang buruk tentangnya.
"Gue nggak tahu maksut lo apa, tapi yang jelas gue kagak ngapa-ngapain nenek lo."ucap Jihan menjelaskan dengan singkat
"Tidak mungkin kalau kamu memang tidak merencanakan sesuatu dibelakangku, kenapa harus menyangkutkan nenek dalam masalah kita."kini Leon semakin emosi dan hilang kesabarannya menghadapi kelakuan Jihan
"Terserah lo mau lo percaya atau nggak gue kagak perduli. Mending lo perdulikan aja wanita disebelah lo itu, lebih baikkan."ujar Jihan sambil mengalungkan tangannya didada melipat
"Jihan kamu...!"ucap Leon sedikit berteriak tapi seketika terdiam
"Apa? gue sama sekali nggak takut sama lo Leon Dirgantara."toleh Jihan menyela perkataan Leon berani lalu pergi menjauh dari mereka berdua