Novel yang ini akan mengus air mata kalian kawan kawan pencinta novel ..saya menulis novel ini untuk menguras adrenaline anda ..dimana perjuangan seorang anak perempuan berusia 20 tahun arus menghadapi kerasnya kehidupan ibunya meninggal ayah dan ibu tirinya mengusirnya ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. DASAR MESUM .
Aldo membawa Gisel menuju bilik kamarnya
Tidak begitu lama berjalan kini mereka sudah tiba di bilik kamar milik Aldo .
Aldo meletakkan Gisel diatas pembaringan. Aldo menatap lekat wajah milik Gisel kemudian menyingkirkan helaian rambut yang menutupi mawahnya .
Setelah puas memandangi wajah Gisel, Aldo bergegas menuju lemari kecil yang ada didalam biliknya itu, Ia membuka dan mengeluarkan sebuah kotak yang berisi obat obatan .
Aldo mengambil salah satu botol kecil yang berisi cairan berwarna mereh .
dibersihkanya luka yang ada di dahi Gisel , setalah merasa cukup bersih, dengan hati hati sekali Aldo mengoles luka itu dengan cairan merah menggunakan kapas .
Setelah merasa cukup Aldo mengembalikan kotak obat tersebut di tempatnya semula .dan kembali duduk di kursi ditepian ranjang itu
" Siapa sebenarnya gadis kecil ini !" ucap Aldo sambil terus menatap kearah Gisel .
Lama Aldo menatapi wajah Gisel, mungkin lantara capek sehingga matanya mulai redup dan tertidur dalam posisi duduk dengan kepalanya di letakkan di atas kasur tempat tidur.
Waktu demi waktu berlalu detik berganti menit, menit berganti jam begitulah seterusnya
hingga sang surya mulai menampakkan dirinya di ufuk timur .
Kicauan burung pagi begitu merdu menyambut sang mentari. cahaya matahari menembus masuk melewati pentilasi dan jendela kaca trasparan sehingga terbias menerpa wajah Gisel .
Gisel mulai menggerakkan kepalanya akibat silauan dari sinar mata hari pagi itu.
"Um ternyata sudah pagi " Gumam Gisel sambil mengucak lembut kedua kelopak matanya .
Tapi tiba tiba Gisel merasa sesak sebuah benda berat menghimpit kedua benda rahasia miliknya .
Gisel menggankat sedikit kepalanya dari posisi tidur dan tiba tiba matanya terbelalak melihat sebuah kepala sedang bentengger indah diatas dada miliknya.
" Dasar mesum ...." ucap Gisel sambil memukuli badan Aldo
Aldo yang sedang asyik tertidur merasa terganggu dengan teriakan gisel disertai beberapa pukulan mendarat diatas punggungnya .
" Berisik......." ucap Aldo memegangi tangan Gisel yang tidak henti hentinya memukuli dirinya .
"Tuan Mesum ....." ucap Gisel yang terus merontah .
Aldo mengkerutkan dahinya tak tau apa maksud perkataan dari Gisel itu.
" Maksud kau Apa! mengataiku mesum hah? ucap Aldo sedikit membantah kearah Gisel.
"Tuan meletakkan kepala Tuan diatas Da...da..saya ! ucap Gisel terbata bata .
"Begitu saja kau sampai seheboh ini! mengganggu tidur pagiKu dan memukuli sekujur tubuhKu " balas Aldo yang merasa terusik oleh ulah Gisel.
"Tuan bilang segitu hah! ...Tuan sudah menodai harga diri saya sebagai wanita" ucap Gisel tak mau kalah
"Kalau begitu kita gantia! Kamu yang tidur di dadaKu sekarang supaya harga diri kita sama sama ternodai bagai mana ? " ucap Aldo sambil mendekatkan wajahnya kewajah Gisel .
Gisel yang mendapat perlakuan seperti itu segera menutupi wajahnya dengan kedua tanganya.
wajah Gisel memerah antara takut dan malu atas perlakuan Aldo padanya.
"Menggemaskan sekali " ucap Aldo dalam hati .
"kalau kau tidak menjawab berarti Kamu setuju! ucap Aldo sambil tersenyum
Sontak membuat Gisel menggeleng gelengkan kepalanya tanda tidak setuju dengan usulan Aldo itu.
"Hay Anak kecil! ..biarpun Aku melakukan lebih dari itu to sah sah saja! Kita sudah resmi menikah sah menurut Agama dan hukum Kamu mengerti itu ? ucap Aldo
Gisel hanya terdiam apa yang di katakan Aldo benar adanya tho Aldo adalah suaminya sekarang
"Kenapa Kamu diam Apa kau ingin melakukan itu denganku sekarang " ucap Aldo tersenyum menatap Gisel .
Mendengar ucapan Aldo Gisel sontak berdiri dan memukul Aldo dengan Bantal
"Dasar musum ....." ucap Gisel sambil berlari keluar dari kamar itu .
👉budaya like , vote , and coment terimah kasih .
.