NovelToon NovelToon
DIVINE SIN

DIVINE SIN

Status: sedang berlangsung
Genre:Dark Romance
Popularitas:481
Nilai: 5
Nama Author: Ellalee

''Di balik malam yang sunyi, sesuatu yang lama tertidur mulai bergerak. Bisikan tak dikenal menembus dinding-dinding sepi,meninggalkan rasa dingin yang merayap.ada yang menatap di balik matanya, sebuah suara yang bukan sepenuhnya miliknya. Cahaya pun tampak retak,dan bayangan-bayangan menari di sudut yang tak terlihat.Dunia terasa salah, namun siapa yang mengintai dari kegelapan itu,hanya waktu yang mengungkap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ellalee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

RITME JIWA YANG TERBELAH

Malam menelan jalan sepi, cahaya rembulan memantul di aspal yang basah. Jae-hyun menarik napas berat, darah samar menempel di sudut bibirnya, tapi matanya tetap fokus pada Haeun. Tubuh Haeun yang kini kerasukan Dewa Kebangkitan berdiri di sisinya, aura gelap menyelimuti dirinya, membuat sosoknya terlihat lain—nakal, liar, dan menggoda.

“Keluar dari tubuhnya… sekarang,” ucap Jae-hyun dingin, tegas, tapi suaranya nyaris bergetar.

Dewa Kebangkitan menatapnya, tertawa terbahak-bahak, suara itu bergema di udara malam. Tubuh Haeun bergerak mendekat, langkahnya penuh percaya diri, matanya menyala liar. “Kau pikir kau bisa menahanku?” godanya, senyumannya mengerikan tapi memikat.

Jae-hyun menggenggam tangan Haeun,bukan Haeun asli, tapi tubuhnya yang kini dikuasai kekuatan lain. “Aku tidak akan membiarkanmu… siapa pun kau sekarang!” desisnya, darah menetes tipis di bibir, tapi matanya masih menyala dengan tekad.

Di sisi lain, Haeun asli seakan terjebak, menyaksikan tubuhnya dipakai untuk menari oleh kekuatan lain. Namun ada sesuatu dalam tatapan Dewa Kebangkitan yang seakan menyiratkan nakal dan menggoda. “Akh… kau terlalu serius, Jae-hyun. Mari kita mainkan ini sebentar,” suara itu bergema, penuh ejekan dan misteri.

Jae-hyun menelan ludah, menatap sosok yang menguasai Haeun, hatinya bergetar. “Aku tidak peduli… aku akan mengeluarkanmu, apa pun yang terjadi,” ucapnya, meski tubuhnya lemah, darah menetes, tapi tekadnya teguh.

Dari jauh, rembulan menyorot wajah Haeun yang kini tersenyum nakal,campuran antara dirinya dan Dewa Kebangkitan. Suasana malam itu sunyi, tapi setiap detik terasa seperti napas panjang yang menahan bahaya, misteri, dan ketegangan antara dua jiwa yang terikat, satu tubuh yang dikuasai kekuatan lain, dan satu hati yang tidak mau melepaskan.

"Jae-hyun menarik Haeun,yang kini masih dikuasai Dewa Kebangkitan,menuju rumahnya dengan langkah cepat. Udara malam terasa tegang, dan setiap detik yang berlalu seolah menekan dada mereka. Begitu mereka tiba, rumah itu sunyi. Lampu-lampu padam, hanya cahaya redup menyorot dari pintu barat, yang selama ini tidak boleh disentuh siapa pun.

Haeun, masih dengan senyum nakal dan pandangan yang menggoda, menatap Jae-hyun. “Kau benar-benar serius, ya? Membawa aku ke sini… hanya untuk mengurungku?” suaranya merayap di udara, terdengar manis tapi menyimpan ancaman terselubung.

Jae-hyun menghela napas, matanya tetap tajam. “Ini satu-satunya tempat yang aman… setidaknya sementara,” jawabnya, suaranya rendah, penuh tekad. Tangan Jae-hyun menggenggam lengan Haeun, menahan setiap godaan dari tubuh yang bukan sepenuhnya milik Haeun itu.

Mereka melangkah pelan menuju cahaya di pintu barat. Namun, langkah mereka terhenti ketika sosok itu muncul dari bayangan,ibunya Jae-hyun,berjalan tertatih-tatih. Hanbok putihnya ternoda darah, setiap gerakan membuat kain itu berdesir menyeramkan di lantai kayu.

Haeun,atau jiwa yang menguasainya,menarik napas pendek, matanya membesar, namun bibirnya tetap melengkung dalam senyum nakal. “Oh? Kau yang baru pulang melawan ku tadi,haha… kau tampak… berbeda malam ini,” ujarnya sambil menyeringai, mengalihkan ketegangan menjadi permainan yang berbahaya.

Eomma Jae-hyun menatap mereka, tubuhnya lemah tapi tatapannya masih menahan sesuatu yang mengerikan. “Jae-hyun… kenapa kau bawa dia....dia...dewa kebangkitan yang berhasil merebut tubuh gadis ini,” ucapnya, suaranya gemetar, namun penuh misteri.

Jae-hyun menatap ibunya, kemudian mengalihkan pandangan ke Haeun. “Aku tidak akan membiarkanmu terluka… Haeun, dengarkan aku. Tetap bersamaku,” kata Jae-hyun, suaranya serak, tapi matanya membara.

" eomma, aku minta maaf karena membuat eomma terluka, aku janji... aku akan membawa haeun kembali. " ucap jae-hyun menenangkan eomma nya yang ketakutan melihat haeun, lebih tepatnya sosok yang merasuki haeun.

Haeun, dengan tawa kecil yang jahat dan manis sekaligus, mendekat, membungkuk di depan Jae-hyun. “Kau terlalu serius, Jae-hyun… aku hanya ingin bermain sebentar, menggoda, membuatmu… gelisah,” katanya sambil menatap mata Jae-hyun, menyibak sisi lembutnya yang tersembunyi di balik ketegasan.

Eomma Jae-hyun mengangkat tangan, seakan memberi peringatan, namun tidak bisa menghentikan aura gelap yang mengalir dari tubuh Haeun. Lampu di pintu barat bergetar samar, cahaya itu menari-nari di dinding, membuat bayangan mereka semua tampak seperti sosok yang hidup sendiri.

Jae-hyun menarik napas dalam, menatap Haeun dengan campuran rasa takut dan perlindungan. “Keluar dari tubuhnya… sekarang, Haeun. Aku tidak peduli lagi, dengarkan aku!” suaranya menggema di ruang yang sepi, menembus tawa nakal Haeun yang kini terdengar seperti nada gelap di tengah malam.

" Jae-hyun menutup pintu kamar tamu dengan hati-hati, memastikan cahaya di luar tidak mengganggu. Haeun duduk di atas kasur, tubuhnya tampak lemah namun aura gelap yang memancar dari dirinya membuat siapa pun merinding. Senyumnya terselip di bibir, nakal dan menantang, seakan menertawakan upaya Jae-hyun untuk melindunginya.

“Tenang… aku tidak akan membiarkanmu sendirian,” bisik Jae-hyun, tangannya menggenggam lembut bahu Haeun. Suaranya dingin, tapi setiap kata membawa keteguhan yang menyelimuti hati Haeun, atau setidaknya tubuh yang kini dikuasai Dewa Kebangkitan itu.

Namun, Jae-hyun tahu ini tidak cukup. Ia melangkah ke kamar ibunya sendiri, langkahnya berat namun tegas. “Eomma… ada cara untuk… mengusirnya?” suaranya menahan rasa frustrasi, mata menatap ibunya dengan harap.

Ibunya menoleh, wajahnya serius namun dingin. “Jae-hyun… kau tidak mengerti. Dewa Kebangkitan ini… bukan makhluk biasa. Ia telah memakan seratus tumbal. Tumbal yang terakhir… adalah eommanya Haeun,itu karma yang harus dia tebus karena memberi raga putri nya untuk iblis”

Jae-hyun terdiam, darahnya seakan membeku di urat nadinya. “Apa maksudmu? Jadi… Haeun… dia… terjebak selamanya?” Suaranya rendah, hampir tidak terdengar.

Ibunya mengangguk pelan, tatapannya menusuk seperti bayangan gelap di malam hari. “Ya… Haeun asli sekarang berada di antara dua dunia. Tubuhnya kini menjadi rumah bagi Dewa Kebangkitan. Aku tidak bisa mengusirnya, tidak seorang pun yang bisa. Bahkan aku, yang pernah mempelajari ilmu ini bertahun-tahun, tak mampu melakukannya.”

Jae-hyun menepuk wajahnya sendiri, mencoba menahan kemarahan, rasa sakit, dan ketakutan yang bersarang di dadanya. “Kalau begitu… kalau aku tidak bisa mengusirnya… aku akan… menjaga Haeun. Aku akan memastikan dewa itu… memperlakukan tubuhnya dengan baik. Aku… aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padanya.” Suaranya gemetar, namun matanya menyala dengan tekad yang membara.

Ibunya menghela napas panjang, seakan melepas beban yang terlalu berat untuk dibawa sendirian. “Jae-hyun… hati-hati. Kau sedang berdiri di antara dunia yang tidak bisa disentuh manusia. Tapi… aku tahu kau… berbeda. Kau mampu menjaga Haeun… mungkin lebih dari yang kuharap.”

Jae-hyun menutup mata sejenak, memvisualisasikan Haeun di kamar tamunya, tubuhnya yang kini dipenuhi kekuatan Dewa Kebangkitan, namun masih ada secercah jiwa Haeun asli di dalamnya. “Aku akan bicara padanya… dan juga padanya,” gumamnya lirih. “Dewa Kebangkitan… dengarkan aku. Kau mungkin menempati tubuh ini, tapi aku akan memastikan… kau dan Haeun akan… hidup berdampingan, damai. Jangan sakiti Haeun. Jangan sampai kau menyesal.”

Jae-hyun menatap mata Haeun,atau tubuhnya,dan menghela napas. Tubuh itu bergerak sedikit ke arahnya, senyumnya nakal namun ada kilatan perhatian yang mulai muncul, seakan Dewa Kebangkitan mendengar dan merespons.

“Hmm… kau… tidak takut padaku?” suara Haeun terdengar, tapi nada itu lebih dingin, lebih berani, hampir menggoda.

Jae-hyun mencondongkan tubuhnya, menatap dalam-dalam. “Aku tidak takut. Karena aku harus menjaga dirimu… karena itu yang harus kulakukan. Tidak peduli berapa lama, tidak peduli berapa gelap dunia ini. Aku tidak akan menyerah,” jawabnya, puitis namun tegas, seolah setiap kata mengikat janji di antara jiwa mereka.

Haeun tertawa, tawa yang berbeda, liar dan penuh misteri, namun kali ini terdengar seperti bisikan angin di malam yang sunyi. “Kau benar-benar… aneh… tapi… menyenangkan,” bisiknya, menyingkap sisi manusia yang masih tersisa dalam dirinya.

Jae-hyun tersenyum tipis, dan meskipun darah dan kegelapan mungkin mengelilingi mereka, ia merasakan secercah harapan. Ia tahu malam ini baru permulaan. Malam yang panjang, gelap, namun dipenuhi janji perlindungan, cinta, dan tekad.

Dan di sana, di antara dunia manusia dan dunia dewa, dua jiwa—satu asli, satu penghuni baru—mulai menulis takdir yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

"“Di tubuh yang bukan sepenuhnya miliknya, jiwa yang terjebak menatap dunia dengan kebebasan yang terlarang. Cinta dan kegelapan bertaut, janji dan takdir bersinggungan, sementara malam menjadi saksi bisu pertarungan antara hati dan kekuatan yang tak terlihat.”

1
Ngực lép
Bikin klepek-klepek!
Zhunia Angel
Gemes deh!
Kakashi Hatake
Bagus banget thor, jangan lupa update terus ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!