"Selain sering berbicara kaku seperti Google translate, kamu juga tidak peka, Peony. Mengertilah, Aku menyukaimu sejak awal!!" — Van Jeffdan Admaja.
"Maaf, Saya hanya berusaha bersikap profesional, Tuan.” — Peony Thamyta Sedjatie.
***
Peony adalah tuan putri manja yang segala sesuatunya selalu di siapkan oleh para pelayan.
Makan dari sendok emas. Kehidupan layaknya tuan putri yang keinginannya selalu di turuti sang raja. Itulah Peony Thamyta.
Hidupnya serba mewah, apa yang dia inginkan hanya perlu dia katakan dan beberapa menit setelahnya akan menjadi kenyataan.
Setidaknya, hal itu terus berlanjut sebelum Ayahnya —Darius Sedjatie, tiba-tiba menjodohkan Peony dengan anak teman bisnisnya.
Peony yang merasa belum siap menikah pun menolak! Berharap keinginannya kali ini akan terkabulkan, tapi sayangnya kali ini keberuntungan Peony seolah hilang. Darius tak mau menurutinya lagi, sehingga lelaki paruh baya itu menawarkan sebuah perjanjian gila.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sifat asli
Damn!! Apa-apaan ini
Kini tubuh Jeffdan yang menindih tubuh Peony. Yang membedakan hanya posisi tangan Jeffdan yang menahan kedua tangannya di sisi kepala Peony, dengan wajahnya yang menatap gadis itu dekat, bahkan kedua hidung mereka pun hampir bersentuhan. Gerak sedikit pun sudah pasti akan terjadi adegan Kiss antara keduanya.
“YAK!! KAU MEMBOHONGI KU!?”
Teriak Peony, melotot kan matanya sembari mendorong wajah Jeffdan dengan sekuat tenaga. Jeffdan yang merasa sedang dalam keadaan yang tak aman pun segera menyingkir dari atas Peony berganti berbaring di samping gadis manis itu.
“Tidak, tadi beneran tidur. Cuman kaget pas tiba-tiba kaya jatuh dari atas genteng.” Jawab Jeffdan asal. Sedangkan Peony yang merasa tak nyaman pun segera mendudukkan dirinya dan hendak berdiri dan pergi ke paviliun miliknya.
“Mau kemana? Tidur di sini saja, menemaniku. Mommy dan daddy ku sedang ada urusan di luar kota. Jadi akan pulang lama, kau tidak perlu khawatir.” Katanya, menghentikan langkahnya Peony.
Peony berbalik, menatap Jeffdan yang kini tengah tersenyum-senyum menggodanya. “Kau! Apa kau tidak di ajarkan sopan santun, hah! Bisa-bisanya meminta orang asing untuk menemani tidur! Tidur sendiri, kau itu sudah besar.” Peony mengomel. Yang malah mendapatkan kekehan dari Jeffdan.
Asistennya ternyata galak sekali, kkk.
Jeffdan mendongak, menatap Peony yang kini tengah berdiri. “Lalu, kau sendiri dengan seenaknya meninggikan suara kepadaku. Perlu kau ingat, aku adalah Bos mu, sekaligus orang yang lebih dewasa dari mu. Bocah tengik. Ckck!” Kata Jeffdan membuat Peony seketika terdiam kaku. Benar juga apa yang di katakan lelaki itu. Bisa-bisanya dia meninggikan suara kepada orang yang jauh lebih tua dari dirinya. Juga bosnya.
Gila.
Terbesit rasa bersalah yang hinggap di dalam pikirannya, namun kembali ke kenyataan, Jeffdan telah menipunya dengan berpura-pura tidur agar bisa melakukan skinship dengan Peony. Meskipun belum tentu itu alasan nya, tetapi jika di dilihat dalam bentuk fisik, ya, memang begitu.
“Maaf, saya akan kembali. Selamat malam, Tuan Jeffdan.” Pamit Peony menunduk.
“Huh, ayolah Peonytha! Jangan terlalu kaku begitu. Dimana Peony yang mengumpati Bosnya seperti tadi.” Jeffdan mengeluh sembari menahan pergelangan tangan Peony.
“Maaf atas kelancangan saya karena telah meneriaki dan memaki anda Tuan, sekali lagi saya minta maaf atas kejadian tadi. Saya akan kembali ke tempat saya dan juga membersihkan tubuh. Permisi!” Jelas Peony, seharusnya dia tidak perlu mengatakan bahwa dirinya ingin membersihkan diri. Meskipun secara spontan!
“Haishh!! Jangan bantah, bisa!? Aku ini Bos mu, jadi turuti lah, dan sini! Oh, iya satu lagi! Kamu ngga perlu se formal itu, santai aja kalo berbicara, kamu jadi keliatan seperti Google translate!” Cibir lelaki tampan itu. Lagi-lagi Peony heran.
“Maaf, Tuan.”
“Hei, berhentilah mengucap kan kata ‘Maaf’ karena kamu ngga punya kesalahan satupun, dan~” ungkap Jeffdan masih dengan nada kesalnya. Lalu meminta Peony untuk mendekat ke arahnya melalui gerakan tangan.
“Ini, pakailah. Kamu bisa membersihkan badan di sini, ah, maksudnya di kamar mandi milikku. Setelah itu temani aku sampai aku tertidur. Lalu terserah mu ingin apa! Kembali ke paviliun atau menginap di ranjang ku juga tak masalah.” Ucapnya sembari menyodorkan setelan piyama tidur bergambar macan imut yang masih tersegel oleh bungkusnya ke arah peony.
Peony tak menjawab, ia juga tak menerima uluran piyama dari Jeffdan. Dia masih berdiri tegak dan berusaha untuk mencerna perkataan Jeffdan yang baru saja lewat melalui Indra pendengaran nya.
Jeffdan mendengus, lalu tanpa sepatah kata pun ia segera menarik Peony, membawanya ke dalam kamar mandi dan menguncinya dari luar. “Peony, sadarlah dan cepat-cepat mandinya. Aku akan menyiapkan pakaian mu nanti.”
“Tidak menerima penolakan! Panggil aku jika kamu sudah selesai.” Lanjut Jeffdan seenaknya. Peony yang di dalam hanya bisa merapalkan beberapa -banyak, kata-kata mutiara untuk memaki Jeffdan, sang Bos.
Memangnya bekerja menjadi asisten juga harus menemani bosnya tidur, ya?
*
*
Jeffdan mendongak menatap Peony yang kini tengah Mengusap-usap kepalanya. Dilihatnya kini Peony yang tengah melamun dengan tangan yang senantiasa bergerak abstrak mengacak-acak rambutnya.
Entahlah apa yang gadis manis itu pikirkan, hanya saja itu cukup mengganggu pikiran Jeffdan. Karena wajah Peony yang terlihat kusut dan sedikit semburat beban, dengan tatapan sendu.
“Kamu kenapa?”
“Hm~” Peony menoleh, menundukkan sedikit wajahnya agar bisa dengan jelas menatap wajah tampan Jeffdan. “Tidak, saya baik, Tuan.” Jawabnya, lalu kembali pada kegiatannya semula.
“Kamu bohong, Peony. Dari Mata kamu itu udah jelas kalau kamu itu tengah menanggung beban berat. Kamu ada masalah? Cerita aja, anggap aja kita temenan dari lama. Lagian, ya, aku bakal lebih seneng kalo kita bisa jadi temen. Karna aku ngga pernah ngerasain punya temen cerita dari dulu.” Jeffdan curhat.
“Kenapa?” Tanya Peony heran.
“Ya, karena. Aku ngga pernah benar-benar nyaman sama mereka. Paling cuman sama Tani, Kak Jerry dan Yuda, itu pun ngga terlalu dekat. Cuman temenan biasa aja, aku masih ngga bisa cerita tentang apa yang aku rasakan ke mereka.” Peony menunduk, matanya menatap wajah Jeffdan yang tengah terpejam sembari terus berkeluh kesah padanya.
“Yuka?”
“Huh~ dia itu adik sepupu ku, aku nggak dekat sama dia sebenarnya. Cuman karena dia orangnya suka random dan juga seenaknya, jadi keliatan kaya kita berdua itu nempel terus. Padahal aslinya engga, males juga deket-deket sama dia.”
“Kenapa?”
“Ka— Peony, dari tadi aku cerita kok kamu cuman jawab singkat doang. Kamu cerita juga dong, aku tau kamu lagi ada masalah kan! Ayo cerita, siapa tau aku bisa bantu nanti.” Kata Jeffdan terus berusaha membujuk Peony agar mau berbicara lebih padanya.
Lama sekali gadis itu terdiam dan tidak berbicara, sampai ingin lumutan rasanya, Jeffdan bergejolak sedih. Sifat aslinya mulai muncul kepermukaan.
“Tidak, saya baik-baik saja, Tuan. Anda tidak perlu khawatir.” Jawab Peony pada akhirnya. Dan dengan tidak elitnya, Jeffdan berguling-guling dia atas ranjang, merajuk pada Peony dan terus meminta agar gadis manis itu bercerita tentang masalahnya.
“Ayolah~” rengekan Jeffdan, membuat Peony seketika melotot horor. Bagaimana bisa? Jeffdan yang biasanya dia lihat garang dan berwibawa. Sekarang malah merengek layaknya anak kecil yang tidak di perbolehkan memakan Es krim.
Bukan rengekan nya yang membuat Peony menatap horor, bukan. Tetapi karena laki-laki tampan itu kini tengah menatap dirinya dengan puppy eyes dengan kedua tangan yang menggenggam erat tangannya.
Sungguh membuat Peony geli sendiri. Dan mau tidak mau dia bercerita. Untuk menghentikan aksi gila dari Bos anehnya itu.
“Baiklah, baiklah, saya kan bercerita. Dan~ berhentilah menatap saya dengan wajah seperti itu, Tuan.” Katanya.
Jeffdan seketika merengut, namun segera menormalkan raut wajahnya. Dan merubahnya menjadi tatapan garang nan dingin seperti waktu pertama kali bertemu dengan Peony.
“Saya~ kedua orang tua saya telah menjodohkan saya. Dan itu sungguh mengganggu otak dan pikiran saya, Tuan.” Kata Peony menunduk,
“Dengan siapa? Kalian sudah berkenalan?” Jeff bertanya dengan tatapan seakan menyelidik. Sedangkan Peony hanya menggelengkan kepalanya bertanda tidak pernah.
“Belum, Tuan. Saya bahkan tidak pernah tau wajah dan nama nya. Itulah yang membuat saya sedikit ragu untuk menerimanya. Meskipun tidak ada hak bagi saya untuk menolak perjodohan itu.” Jawab Peony lesu setengah hidup.
“Kita sama, Peony ...”