Wang Wu Xie hidup damai bersama keluarganya di perbatasan dunia fana dan dunia kultivasi. Namun jauh di dalam hatinya, tumbuh kerinduan akan dunia yang lebih luas dan keinginan untuk menapaki jalan keabadian.
Suatu malam, ia bermimpi tentang sosok misterius yang melawan tiga tetua sekte besar demi mempertahankan Pusaka Penentang Langit dan Kitab Reinkarnasi. Mimpi itu terasa terlalu nyata untuk sekadar bunga tidur.
Siapa sebenarnya sosok dalam mimpi itu? Apa hubungannya dengan darah Wang Wu Xie sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan itu akan menyeretnya menuju takdir yang tidak pernah ia bayangkan.
Penuh ketegangan dan intrik, jadi ikuti misteri yang ada dalam cerita ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hamtaro Dasha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14 - Latihan
Bai Yue berkedip, sebelum menyarungkan pedangnya, lalu menyilangkan tangan. Pandangannya terarah pada rimbunan bambu di sekitar mereka.
"Apa kau lihat pohon bambu itu?" ucapnya perlahan, seakan ingin memastikan Wang Wu Xie benar-benar memperhatikan.
"Bambu menghabiskan bertahun-tahun hanya untuk menumbuhkan akar. Dari luar tampak diam, tapi sebenarnya ia sedang memperkuat fondasinya. Maka ketika menjulang, tidak ada angin sekuat apa pun yang mampu merobohkannya."
Bai Yue menoleh, tersenyum lembut pada Wang Wu Xie dan berkata, "Begitu juga denganmu. Jangan bandingkan langkahmu dengan mereka yang sudah berlari jauh di depan. Jika dasarmu kokoh, maka sekalipun terlambat, suatu saat kau akan melampaui mereka."
Wang Wu Xie terdiam mendengar penjelasan itu. Matanya bergerak ke batang-batang bambu yang melambai lembut ditiup angin. Sesaat, ia merasa dirinya hanyalah bibit kecil yang rapuh, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan para saudara sepupunya yang sudah lama berlatih.
"Dengar baik-baik," Bai Yue berujar. Suaranya lembut, namun tegas. "Yang harus kau lakukan adalah mengasah dasar-dasarmu sampai tidak tergoyahkan. Itulah bedanya kultivasi dengan sekadar mengejar kekuatan. Mereka yang terburu-buru biasanya berakhir seperti pohon lapuk, tinggi menjulang, tapi mudah patah."
"Bai Yue," untuk pertama kalinya Wang Wu Xie menyebut nama gadis di hadapannya. Nada suaranya tenang saat berkata, "Apa aku bisa... Melampauimu?"
Bai Yue terdiam sejenak. Matanya berkedip ringan, seakan tidak menyangka mendengar pertanyaan itu. Lalu, sebuah senyum cerah merekah di wajahnya.
"Tentu saja kau bisa," Bai Yue berujar mantap. "Asal berlatih lebih keras, kau akan bisa melampaui siapa pun. Aku sendiri tidak mendapat posisiku sekarang dengan mudah. Aku melewati banyak rintangan dan kesulitan yang tidak terhitung jumlahnya. Aku juga memulainya dari langkah yang kecil... sama sepertimu."
"Antara kau dengan tetua Sekte Iblis Hitam... Siapa yang lebih kuat?"
!!
Bai Yue terperangah sejenak, matanya melebar. "Wu Xie, itu… perbandingan yang terlalu jauh," Ia menghela napas panjang, lalu memijat dahinya dengan wajah muram. "Tentu saja dibandingkan dengan tetua Mo Tian Shen, aku ini bukanlah apa-apa. Haah.. Ya ampun,"
Wang Wu Xie memperhatikan wajah Bai Yue yang tampak frustrasi. Ia tidak terlalu peduli dengan reaksi gadis itu karena tujuannya yang sebenarnya sudah tercapai.
Dengan satu pertanyaan sederhana, ia berhasil membuat Bai Yue menyebut nama yang ingin ia dengar. Nama itu keluar begitu saja, tanpa disertai rasa curiga sedikit pun.
"Mo Tian Shen..."
Hati Wang Wu Xie bergetar hebat, namun wajahnya tetap setenang permukaan danau. Tanpa sadar, jemari tangannya terkepal erat di balik lengan bajunya.
*
*
"Pada dasarnya, inti dari menjadi seorang kultivator adalah menyerap Qi—Energi alam yang mengalir di sekitar kita." Bai Yue mengulurkan tangannya. Titik-titik cahaya kebiruan muncul, berkilauan, lalu memadat dan berkumpul di telapak tangannya.
"Qi di alam sebenarnya tidak berwarna," lanjut Bai Yue pelan. Dia menjelaskan, "Namun unsur yang menaunginya memberi corak yang berbeda. Hutan ini, misalnya, dipenuhi Qi hijau yang melambangkan kehidupan. Dan ketika Qi itu memasuki tubuh manusia, warnanya akan mengikuti jalan kultivasi yang ia pelajari. Aku sendiri mempelajari manual praktik yang sesuai dengan Akar Spiritual Angin, maka Qi milikku tampak berwarna biru."
Wang Wu Xie mengulurkan tangannya. Ia cukup lama terdiam sebelum keningnya berkerut.
"Bagaimana cara melakukannya?"
"Hmph, tentu saja kau masih jauh dari tahap menyerap Qi." Bai Yue menyeringai tipis. "Dasarnya ada pada Teknik Pernapasan. Itu adalah langkah pertama untuk menarik energi alam ke dalam tubuh. Pelajari manual praktik yang kuberikan dengan giat, maka kau akan bisa melakukannya."
"Tapi aku sudah membacanya..."
Bai Yue mengangkat alis, lalu mendengus. "Membaca dan memahami itu berbeda. Kalau kau hanya membacanya sekali atau dua kali, tidak ada artinya."
"Jadi... Berapa kali sampai aku bisa melakukan apa yang kau perbuat?"
Bai Yue menepuk dagunya sejenak, pura-pura berpikir. "Ehm... Mungkin sekitar seratus kali?"
"... Bai Yue."
"Aku tidak bercanda." Bai Yue menatapnya lurus, "Jika kau tidak memiliki bakat, maka satu-satunya jalan adalah berusaha berkali-kali lipat. Kita tidak akan melangkah ke tahap berikutnya sampai kau benar-benar bisa merasakan Qi, menyerapnya, dan membuatnya mengalir di tubuhmu."
Wang Wu Xie mengangguk pelan seolah mengerti. Ia melirik ke sekitar dan baru sadar langit sudah mulai meredup. Ibunya pasti khawatir bila ia pulang terlalu larut.
"Wu Xie? Kau mau ke mana?" Bai Yue berkedip bingung saat anak laki-laki itu berjalan pergi begitu saja.
"Pulang," jawab Wang Wu Xie singkat.
"Haah?" Bai Yue terperangah. Ia menggaruk pipinya pelan, lalu buru-buru menyusul Wang Wu Xie. "Hei, ini sudah kesekian kalinya kau bertindak seenaknya. Tidak bisakah kau bicara dulu sebelum pergi begitu saja? Terkadang aku merasa... Kau benar-benar aneh."
Wang Wu Xie hanya terdiam.
"Aku juga sudah penasaran sejak lama," Bai Yue terus saja mengoceh. "Kau tidak pernah memanggilku Shizun. Kau malah seenaknya menyebut namaku. Bukankah itu kurang sopan?"
Wang Wu Xie menoleh sekilas, ekspresinya tetap datar. "Rasanya... Tidak cocok."
Bai Yue tertegun. Sama sekali tidak menyangka subjek di sampingnya akan memberikan jawaban yang seperti itu.
"Astaga... Ka-Kau..."
Sambil menghela napas panjang dan menggeleng. Wajah Bai Yue dipenuhi frustrasi saat berujar, "Aku sampai kehabisan kata-kata. Kau menyebalkan sekali, tahu tidak? Setelah semua yang kulakukan untukmu, bahkan rutin untuk datang dan melihatmu, membimbingmu, dan memberi banyak hal padamu, tapi kau justru bersikap seperti ini padaku? Ya ampun... Murid macam apa yang aku punya ini?"
Wang Wu Xie mendengus ringan, "Hmph. Melihatku juga tidak akan membuatmu rugi."
Bai Yue mengerjap, "Apa?"
Wang Wu Xie menatapnya santai, "Kau bisa memandangi wajahku yang sangat tampan."
!!!
Bai Yue sampai menepuk dahinya sendiri. "Kau... Dasar bocah tak tahu malu..! Apa kau tidak bisa mengatakan hal yang lain? Bagaimana kau bisa senarsis ini. Aduuh... Kau membuatku merinding."
Wang Wu Xie hanya mengangkat alis, seakan membenarkan. "Fakta tidak bisa dibantah. Aku memang tampan,"
Bai Yue terdiam beberapa saat, lalu tertawa kecil tanpa sadar. "Haah... Kenapa aku masih mau repot-repot mengurusmu, ya? Benar-benar merepotkan. Apa kau tidak ingat usiamu? Kau masih bocah dan sudah senarsis ini?"
"Tentu. Usia emas untuk menunjukkan ketampananku."
Bai Yue mendesah, menatap langit seakan minta kesabaran tambahan. "Wu Xie... Diamlah,"
******
Perjalanan MC di mulai dari nol,,, sehingga terlihat seperti real,, bukan sekedar fiksi
Dan tinggalkan jejak 👣👣👣👣
Semangat 💪💪💓💓
Jangan berhenti,,,, raihlah apa yang jadi mimpi mu.....
Ingatlah,,,, sukses berawal dari mimpi....
Meskipun tak menyukai Wu Xie,,,, nyatanya masih perduli,,, meskipun mungkin hanya untuk menjaga martabat keluarga Wang di mata umum,,,,
hehehehe 😁😁😁😁
Kenapa begitu panik...?!
Klo kematiannya begitu miris,, maka aku harap itu bukan Xiao Shuxiang, thor...
Cari tokoh lain aja,,, aku ngga rela Xiao Shuxiang di cabik-cabik...