Bumi, tahun 2120. Di sebuah kota kecil, tepatnya sebuah gang belakang distrik F. Lahirlah seorang anak laki-laki , bernama Arlean yang berarti "Janji". Kedua orang tuanya, merupakan seorang petualang peringkat (E+), bertugas untuk membantu kerajaan dalam menghabisi binatang-binatang buas dan moster yang menyerang ke wilayah kerajaan.
Dunia ini memiliki sejarah baru, yaitu. Adanya gelombang energi yang tidak diketahui menimpa bumi kita. Perluasan wilayah bumi dengan tiba-tiba, yang semula berkisar 1x (510.072.000 km²) menjadi 1.000x lipat luasnya.
Monster-monster perlahan muncul, beserta. Dengan adanya kekuatan sihir dan sistem, Arlean yang seorang anak kecil, bercita-cita menjadi petualang tingkat teratas, seperti kedua orangtuanya. Mampukah dia mencapai mimpinya? Ataukah malah sebaliknya... kegagalan yang tragis! ("Cerita ini, merupakan kisah dari seseorang yang jauh dan sangat berharga bagiku" by; Florina).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AI. htiar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch (12) Rumah dan Jalanan Sekolah
(Pagi Hari Di Rumah Arlean)
Udara sejuk memasuki setiap sela-sela jendela yang terbuka di pagi hari. Tirai jendela terurai di samping kanan dan kiri. Cahaya matahari, yang mulai mengenai Arlean. Membuatnya terbangun.
Arlean : "Hmm... " sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Untuk menghindari sinar cahaya matahari.
Arlean : "Sudah pagi tah?." Gumamnya.
Setelah bergumam sebentar, dia teringat. Bahwa untuk 1 minggu kedepan, merupakan liburan, dari akademi. Dan juga, ada sebuah event di siang harinya. "Lebih baik aku tidur kembali".. ujar Arlean.
Sesaat dia ingin tidur kembali. Suara kicauan burung datang, mengetuk jendela ruangan Arlean.
'Tuk.. tuk.. tuk'. Arlean yang merasa terganggu, terbangun dan menghampiri burung tersebut.
Saat dia sudah sampai di depan jendela dan hendak menghampiri burung tersebut. Burung nya hilang dan ada seseorang di bawah, yang memanggil Arlean.
Viona : "Arlean...!! " Berteriak dengan memanggil bersamaan dengan kedua tangannya.
-"Ayo berlatih, ayah ingin melihat hasil latihan mu di akademi"
Arlean yang melihat Viona di bawah, segera berkata. "Tentu kak" tersenyum pada kakaknya.
Persiapan demi persiapan dia lakukan. Mulai dari membersihkan dirinya, memakai pakaian latihan dan berjalan bersama kakaknya. Menuju tempat latihan keluarga.
. ..
(Tempat Latihan Keluarga)
Sesampainya di tempat latihan keluarga, Arlean sudah melihat ayahnya menunggu di tengah-tengah lapangan. Dan menyapa Arlean.
Tristan : "Arlean. Anak ku, sudah lama tidak latihan bersama kita". Ujarnya
Viona : " Dia sibuk di akademi yah" Menatap ayahnya
Arlean : "Tidak apa-apa kak, aku juga bersemangat untuk latihan bersama". Kebingungan dengan sanggahan kakaknya.
Tristan : " Tentu, kalau begitu. Ayo kita mulai!". Menatap Arlean
Arlean pun menyanggupi pernyataan tersebut dengan sigap. "Siap". Dalam sepersekian detik, Arlean pun melaju menuju Ayahnya, sembari menyerang nya dengan tebasan vertikal.
'Tukkk.. " Suara benturan pedang yang ditahan. Tidak mengambil lama, Tristan segera menyerang balik Arlean. Dengan serangan miring.
Arlean yang melihat serangan balik dari ayahnya, segera menendang tangan Tristan, untuk mencoba menjatuhkan pedang miliknya.
Tristan yang melihat Arlean menggunakan serangan taktik kaki, segera mengubah lintasan pedang menuju kepala Arlean. Dirinya yang tidak mampu mengelak, segera terkena serangan. 'Duakk.. '. Terjatuh dan tersungkur ke belakang.
Tristan : "Kamu sudah banyak berkembang, tapi apakah sampai disini saja?" Mencoba mengejek semangat Arlean.
Arlean yang terjatuh pun, langsung bangun. Tidak ingin lagi, kalah melawan ayahnya. Ia pun segera berlari dan menggunakan skill [Trailblazer's instinct {Lvl. 1}]. Langkahnya pun menjadi efisien dan cepat, bersamaan dengan jejak langkah kaki yang tidak terlalu jelas.
Ia pun melaju, seperti ular. Pergerakan vertikal dengan menyamping kanan dan kiri, sehingga telah sampai pada putaran vertikal 3. Arlean pun segera menyerang bagian tubuh yang memiliki liver(hati), milik Tristan.
Tristan yang diam saja dan tidak bergerak. Tersenyum, melihat Arlean sudah berkembang banyak, tapi masih sedikit kurang dalam hal taktik.
Ia pun segera menggunakan salah satu kemampuan nya untuk mengejutkan Arlean.
[Deflecting Spin {Lvl.1}] + [Flank Thrust {Lvl.1}]. Seketika tombat Tristan, berputar dengan cepat di samping dan membuat pedang Arlean terhempas. Hingga setelah berputar, tombak tersebut tidak berhenti. Ia langsung mendorong Arlean dengan menggunakan batang tombak nya yang telah dipoles menjadi bulat.
Arlean terhempas dengan dorongan tersebut ke dinding pelatihan. Suara benturan terdengar.
'Dhuakk.. ' dan suara terpengap terdengar dari Arlean 'Huukkee. . .', dan ia memuntahkan sebagian air liurnya.
Tristan : "Kerja bagus Arlean, cukup sampai disini saja" Tristan pun mengangguk ke Viona, agar segera memberi perawatan kepada Arlean. Lalu ia pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Arlean yang kala itu duduk, ditemani oleh Viona. Diberikan perawatan, oleh Viona. Dengan sihirnya, dan tanaman obat. Untuk mengobati luka memar di tangan Arlean.
Viona : "Kenapa kamu berusaha sekeras itu, untuk mengalahkan ayah ku? " Ucapnya dengan bingung melihat Arlean.
Arlean : "Hehe... Kakak, ayah akan memberiku hadiah jika aku bisa mengalahkannya, meskipun hanya menyentuh bagian tubuhnya saja." Tersenyum pada kakaknya, sembari membersihkan ingus di hidungnya.
Viona : "Ya.. ya.. ya, baiklah kalau begitu. Nanti siang kamu ada event di akademi kan? Kakak boleh ikut?"
Arlean : "Ya, tentu kakak boleh ikut. Tapi kakak mau jalan bareng ke akademi?" bertanya kepada kakaknya.
Viona : "Tidak, kakak akan menunggu di akademi. Ada urusan dengan kakek di akademi kakak" ucapnya, menjawab Arlean.
Arlean yang mendengar itu, berkata "Baiklah kak". Sembari berdiri, ingin kembali ke kamarnya. Untuk beristirahat, menunggu siang hari.
Kakaknya, yang melihat nya pun. Juga segera pergi menuju akademi di pagi hari.
. ....
(Siang hari)
Terlihat sosok perempuan sedang menunggu depan pintu rumah Arlean. Sedang melihat kolam ikan yang berisi nemo-nemo dan ikan-ikan kecil berwarna-warni.
Arlean yang kala itu, sudah selesai membersihkan diri dan kamarnya. Melihat sosok wanita di bawah.
Arlean : "Florina?!, hey kenapa kamu disini? " bertanya dengan berteriak melalui jendela lantai atas.
Florina yang mendengar suara teriakan Arlean. Segera menjawab. "Hey..!! Arlean, kamu tidak lupa janji kita kan? Jalan bersama ke akademi, di hari ini?"
Arlean yang mendengar perkataan Florina, segera menyadari. Bahwa ia lupa, akan janjinya untuk jalan bersama dengan Florina.
Arlean : "Iya-Iya tunggu". Arlean pun segera bergegas menuju kebawah untuk bertemu Florina.
Arlean : "Ayo jalan". Berjalan di depan Florina dengan mendahului nya.
. . . .
(Di Jalanan Menuju Akademi)
Banyak orang-orang memakai kendaraan bermotor canggih, bahkan ada pesawat canggih yang melintas. Untuk membawa orang-orang petualang maupun kargo dan truk-truk kargo. Bahkan ada kereta di samping kanan bawah, melaju menuju dinding-dinding wilayah lainnya.
Jalanan yang dilalui oleh Arlean dan Florina merupakan jalan menurun. Kompleks rumah mereka berada di dataran tinggi.
Saat mereka berdua sampai dekat kafe dan lorong jalan ke kiri. Florina tiba-tiba berhenti dan memanggil Arlean.
Florina : "Hey.!! Arlean. Berhenti, kesini dulu" Ucapnya.
Arlean yang kebingungan dari pengarahan tiba-tiba oleh Florina. Menghampirinya.
Arlean : "Ada apa?" menatap Florina yang sedang menatap lorong kosong yang berisi kucing terbengkalai.
Tiba-tiba, ada suara dari kucing yang terdiam tersebut. "Meo... n..g.." suara yang lemah, suara yang hampir seperti mendekati kematian.
Arlean dan Florina yang mendengar suara lemah kucing tersebut. Segera menghampiri kucing hitam tersebut. Dan saat Arlean mengambil dan menggendong kucing hitam tersebut. Florina juga melihat ada kucing berwarna putih, yang sedang tidur dan hampir mati berdarah-darah di samping kotak box, dekat kucing hitam tersebut.
Florina : "Hey Arlean. Kita harus menolong mereka, ayo cepat bawa ke dokter hewan". Ujar Florina dengan khawatir dan sikap terburu-buru.
Arlean yang mengerti hal tersebut pun, segera membawa kucing hitam tersebut ke klinik hewan terdekat. Bersamaan dengan Florina yang membawa kucing putih tersebut.
. ...
(Klinik Hewan)
Florina dab Arlean yang tiba ditempat klinik hewan tersebut. Segera menyerahkan kedua kucing itu, kepada perawat nya. Sang perawat pun membawa kepada dokter hewan dan segera menyiapkan alat-alat lainnya untuk segera menyiapkan pengobatan kucing tersebut.
Florina yang melihat Arlean, berbicara. "Semoga kucing nya bisa selamat". Dengan menundukkan kepalanya.
Arlean pun segera menjawab : " Tidak perlu khawatir, klinik ini terkenal akan kehebatannya dalam penyembuhan ". Meyakinkan Florina, bahwa ia tahu sesuatu tentang klinik ini. Berkat pembelajaran buku-buku dan artikel miliknya, yang ia peroleh dari Internet.
Florina : " Hey, tapi kamu bawa uang kan? Aku lupa membawa arloji pintar ku". Menatap Arlean, dengan malu.
Arlean yang mendengar itu, tertawa lucu. Ia pun segera mengecek saldo uangnya. Berharap masih ada sisa tabungan/uang yang diberikan ayahnya.
Arlean : "Baiklah-baiklah, aku cek sebentar". Sembari mengecek nya di arloji pintar miliknya.
[Selamat Datang]
>[Pilih Bank Aetheria]
..
.
A. [Pilih Saldo]
B. [Deposit]
C. [Withdraw]
-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-+-
...Bank Aetheria...
_________________________________________________
Saldo : €974.321,56
Rank : VIP {B}
Status : Active / Until (5 Years)
^^^ _________________________________________________ Setelah Arlean melihat saldonya, dan menunjukkan nya pada Florina. Ia pun segera mematikan kembali jam arloji pintarnya. Florina pun duduk lega. Ia tadi khawatir, takut tidak bisa membayar biaya perawatan untuk kedua kucing tersebut. Setelah ia duduk lega dan kembali menghirup nafas dengan normal. Ia bertanya pada Arlean. Florina : "Hey Arlean, berhubung kucing nya ada dua. Warna hitam dan putih, bagaimana kalau kamu ambil yang hitam aku yang putih?". Arlena pun berpikir sejenak dan menjawab. " Tentu, aku yang hitam". Tersenyum sembari menunjukkan giginya. Florina yang melihat Arlean tersenyum seperti itu. Segera memasang ekspresi marah dan segera menampar Arlean. "Bodoh!". Sembari menunggu kucing tersebut selesai di rawat. Mereka berdua berbincang-bincang dan segera, setelah itu. Selang beberapa waktu kemudian, kucing tersebut selesai di rawat. Sosok perawat terlihat membawa dua kucing tersebut, yang telah memakai baju khusus kucing. ... _____ Bersambung : {Ch (13) Dua Kucing Misterius} > [Next]
aku udah like dan komen ya kak, jangan lupa balasannya di ceritaku🙃✨🙏
semangat terus nulisnya✨😁
jangan lupa mampir buat like dan komen di cerita ku ya kak🥺🙏
mampir juga ya ../Coffee//Coffee/