Setelah kepergian Papaku, aku diasingkan oleh Mama tiriku dan Kakak tiriku.
Aku dibuang kesebuah pulau yang tak berpenghuni, disana aku harus bertahan hidup seorang diri, aku selalu berharap, akankah ada seseorang yang membawaku kembali ke kota ku ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pelangi senja11, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Tangisan Cindy
Helikopter yang yang ada Andi didalamnya sudah sampai ketempat kecelakaan pesawat yaitu dilaut.
Kemudian helikopter itu, terbang mencari pulau yang dekat dengan lokasi kejadian.
"Lihat itu sepertinya pulau, kita kesana, semoga pulau itu ada Devan disana." Ujar Andi menunjuk kepulau yang ada ditengah laut itu.
Pulau itu tidak terlalu besar kalau dilihat dari atas, helikopter itu menuju kepulau yang terlihat itu.
sedangkan yang lain mencari lewat darat, anggota yang mencari Devan semuanya membawa foto Devan agar orang mudah mengenalnya.
"Permisi Pak, saya ingin bertanya, apakah Bapak pernah melihat orang di foto ini ?" tanya salah satu anggota yang mencari Devan, yang sudah sampai di desa ditepi laut.
Bapak itu menggeleng, tanda tidak pernah melihat orang yang difoto yang ditunjukkan oleh anggota yang mencari.
"Tidak Tuan, kami tidak pernah melihatnya." Jawab orang itu.
begitu juga didesa lain, anggota pencari lainnya juga menunjukkan foto Devan untuk bertanya pada penduduk ditepi laut.
"Permisi Pak, Buk, apakah kalian pernah melihat orang ini ?" tanya orang yang mencari Devan itu.
Bapak dan Ibu itu mengambil foto Devan ditangan anggota pencari. "Bukankah ini Tuan muda Devan ?" tanya Bapak dan Ibuk itu yang mengenal Devan, karena sering melihat di tv atau berita.
Anggota yang mencari Devan langsung mengangguk membenarkan yang Bapak dan Ibuk itu katakan.
"Bukankah Tuan muda Devan, sudah meninggal saat kecelakaan pesawat ?" tanya Ibuk dan Bapak itu lagi, karena mereka melihat diberita kalau Devan termasuk dalam daftar meninggal saat kecelakaan pesawat yang menuju jepang.
Lagi-lagi Anggita yang mencari Devan itu mengangguk, karena benar seperti yang Ibuk dan Bapak itu katakan, kalau diberita Devan disahkan telah meninggal dunia dalam kecelakaan pesawat.
"Lalu kenapa anda mencari ya lagi ?" tanya Bapak itu bingung.
"Bos kami, yaitu Tuan Bagas dan Nyonya Reisa tidak yakin kalau Tuan muda Devan telah tiada sebelum mereka melihat jasadnya." Anggota itu menjelaskan pada Bapak dan Ibuk itu.
"Iya benar, siapa tau aja Tuan muda baik hati itu masih hidup, tapi maaf Pak, kami tidak pernah melihatnya, jika pernah melihat sudah pasti kami akan memberitahu pada Taun Bagas." Jawab Bapak dan Ibuk itu.
Devan dikenal Tuan muda baik hati didesa nelayan itu, karena banyak sekali bantuan yang disalurkan Devan kedesa itu, seperti Perahu, Nyaring, dan lain-lainnya.
Memang sih yang memberikan bukan Devan sendiri, tapi bantuan itu diterima dari Andi oleh masyarakat disana, namun atas nama Devan
Sementara dipulau, Nenek Mirna semakin berat menghembuskan nafasnya, tenggorokannya seperti tercekik.
Mata Devan masih beranak sungai, Cindy jangan ditanya lagi, matanya sudah sembab, hidungnya sudah merah, dia sesenggukan.
Namun biarpun begitu, Cindy mengajak Nenek Mirna mengucap.
"Nek, ikuti apa yang aku ucapkan !" minta Cindy pada Nenek Mirna.
"Asyaduallailahaitlaulah," Cindy melanjutkan lagi, dan Nenek Mirna mengikuti Cindy, sehingga tubuh Nenek Mirna tidak bergerak lagi, dan nafasnya juga sudah berhenti.
Devan, meletakkan jemari telunjuk dibawah hidung Nenek Mirna, namun tidak terasa ada nafas Nenek Mirna lagi.
Kemudian Devan mengecek nadi Nenek Mirna, sama juga, tidak ada denyutan lagi di nadi Nenek tua baik hati itu.
"Innalilahi wa innailaihi Raji'un." Ucap Devan sembari menutup mata Nenek Mirna yang sudah pergi menghadap Allah SWT.
"Nenek," Ucap Cindy, tubuhnya luruh, terduduk dipasir, tangisannya pecah, air matanya sudah tidak dapat dibendung lagi, setelah kehilangan Mama, lalu Papanya, sekarang ini Cindy kehilangan lagi, Nenek tua yang sudah dia anggap sebagai Nenek sendiri.
Devan memeluk Cindy, dia menenangkan gadis itu, Devan membingkai pipi Cindy.
"Kamu tidak boleh seperti ini, kamu harus kuat, ini sudah tiba waktu Nenek, kamu harus ingat, setiap yang bernyawa pasti akan seperti Nenek suatu saat, begitu juga kita, mungkin hari ini Nenek, siapa tau besok kita. kamu harus kuat." Devan mengusap air mata Cindy dengan ibu jarinya.
"Nenek sudah tiada, aku sekarang sendiri, aku takut." Cindy menangis lagi.
"Jangan takut, kamu tidak sendirian, ada aku, aku akan menjagamu, aku janji, kamu berhenti menangis ya, kamu harus kuat, disini hanya ada kita, berdua tidak ada yang lain, kamu harus mensucikan jenazah Nenek, dan kita harus memakainya." Ujar Devan diangguki oleh Cindy.
Cindy memeluk tubuh Devan, dan membuat Devan terkejut, karena baru kali ini dalam hidupnya dipeluk oleh cewek selain Mamanya.
"Aku janji, aku akan menjaga mu, dan melindungimu seumur hidupku." Ujar Devan sembari mengusap lembut punggung Cindy.
Beberapa menit kemudian, Cindy melerai pelukannya, dia mengusap air matanya, stelah itu bangkit.
Cindy mempersiapkan semuanya dibantu oleh Devan. setalah mensucikan tubuh Nenek Mirna, Cindy sempat bingung karena tidak ada kain untuk kafan.
Cindy merobek beberapa baju, dan mem balut jenazah Nenek Mirna, ditambah lagi dengan tikar yang Nenek Mirna buat dari daun kelapa.
Sedangkan Devan, menggali tanah untuk pemakaman Nenek Mirna.
Sedangkan helikopter Andi, sedang berputar-putar dipulau ditengah laut yang Andi yakini disana ada Devan.
Setelah beberapa menit berputar-putar, namun tidak ada tanda-tanda kehidupan disana.
Akhirnya Andi meminta pilot untuk mendarat, Andi harus menelusuri pulau itu dengan jalan kaki.
Setalah mendarat Andi keluar dari helikopter itu, sebelum melangkah dia lebih dulu memantau agar tidak terjadi hal yang buruk padanya.
Andi dan kedua anggotanya memasuki pulau, sedangkan pilot diminta menunggu di helikopter.
Cindy dan Devan baru saja selesai memakamkan Nenek Mirna disamping makam suaminya, seperti permintaan terakhir Nenek Mirna.
Cindy dan Devan tidak tau, apakah jenazah bisa dikuburkan tanpa kafan, namun mereka tidak bisa berbuat lebih, dipulau ini tidak ada kafan, jadi Cindy membalut jenazah Nenek Mirna dengan baju dan tikar asalkan auratnya tertutup.
Setelah pemakaman, kini tinggallah mereka berdua saja digubuk itu, suasana terasa sepi tidak seperti masih ada Nenek Mirna.
Cindy duduk termenung, tatapannya tertuju pada baju yang dibuat Nenek Mirna dengan daun kelapa.
Cindy mengingat semua kenangan, saat pertama kali dia bertemu dengan Nenek Mirna.
Dia hanya sendirian dipulau, hampir saja dia dimakan serigala, Nenek Mirna lah yang menolongnya, dan membawanya ke gubuk ini.
Dia hidup bersama Nenek Mirna sudah tiga tahun lebih. Nenek Mirna merawatnya dengan penuh kasih sayang.
"Nek, terimakasih semuanya, aku tidak akan pernah melupakan Nenek," Air mata Cindy luruh dengan sendirinya.
Devan yang melihat Cindy termenung, dia menghampiri dan duduk disamping Cindy.
Devan menghibur Cindy, agar tidak terlalu memikirkan dan terpukul atas perginya Nenek yang sangat disayanginya.
***
Andi dan kedua anggotanya, melihat ada sebuah gubuk tua disna, ketiganya berjalan kegubuk itu dengan harapan Devan berada disana.
Saat tiba digebuk itu Andi dan kedua anggotanya mendengar suara
Bersambung.
jgn kelamaan up nya 😀✌️
Olivia masuk jebakan brian tpi kasian jg sich olivia..