"sakiiitttt."
"Aaahhh perut ku sakit sekali, tolong perut ku sakit!"
Siti terus menjerit karena perut nya sakit bukan kepalang, di usia kehamilan nya yang menginjak lima bulan ia harus pendarahan. tapi bukan cuma rasa sakit akibat pendarahan saja yang membuat dia takut, melainkan ia melihat tangan berbulu meremas remas perut.
KRAAAAUUKK.
KRAAAAAUUUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14. Eko dan Beni melihat
Eko lemas karena sampai saat ini belum ada juga kabar bagai mana istri nya di bunuh, bahkan diam diam dia juga mendatangi seorang dukun yang kata nya sangat handal. kemarin sempat mau minta tolong pada Purnama, tapi menurut kabar yang di edarkan oleh Kopsah, Purnama tidak lah tau sekali soal ini.
Masalah yang Siti saja kemarin belum juga dia tau siapa pelaku nya, bahkan Purnama mengatakan kalau itu bukan ulah kuntilanak. sedangkan Kopsah sangat yakin itu kuntilanak karena mendengar suara tawa nya di malam itu, jadi dia begitu yakin dan merasa Purnama tidak sepintar seperti yang orang orang katakan selama ini.
"Jadi apa kata dukun nya, Ko?" Beni mendekati sahabat nya.
"Dukun itu bilang kalau ada jin yang kelaparan sehingga memakan janin kami, tapi dia juga tidak tau itu jenis jin apa." jelas Eko.
"Kau sudah minta dia untuk berusaha mengalahkan nya?" tanya Beni lagi dengan hati hati.
"Dia bilang aku harus bayar dua puluh juta, itu pun kalau bisa pula dia melawan." keluh Eko.
"Ah tidak usah lah, itu jelas cuma mau duit saja. dukun minta bayaran dua puluh juta dan belum tentu bisa juga melawan, buang duit saja yang ada!" Beni langsung kesal.
"Aku mu minta tolong juga sama Purnama, dia yang selama ini banyak bukti bisa membantu orang. malah tidak pernah mau juga kalau di bayar!" ujat Eko pelan.
"Nah biasa nya yang dukun asli begitu!" Beni juga setuju.
Eko masih memikirkan semua san semua jalan juga dia tempuh, lewat jalur polisi juga dan jalur dukun pun dia coba, siapa tau saja salah satu nya ada yang bisa menemukan sehingga tidak masalah bila harus mencoba kedua nya. lagi pula baru sehari semalam sehingga masih agak samar samar, polisi juga tidak bisa mau mencari tau hanya lewat bayangan foto itu saja sebagai barang bukti nya untuk kerja keras.
"Malam ini Mas Zidan atau pun Arya kok tidak datang ya tahlilan?" ucap Eko bertanya tanya.
"Ku rasa tidak tau, mungkin mengira kau tidak membuat acara seperti keluarga nya Umar." jawab Beni sambil menghisap rokok.
"Eh, Ben!" Eko yang sedang menghisap rokok langsung bangkit.
"Ada apa?" Beni juga siap berdiri karena melihat Eko waspada.
"Aku melihat bayangan hitam berjalan di antara pohon kelapa sana." bisik Eko pelan.
Beni dan Eko saling pandang dan mereka segera bergerak untuk mengikuti bayangan itu tadi, penasaran juga malam malam begini ada yang lewat seolah mau mencari buah kelapa. sambil berpikir mungkin saja itu adalah jin yang di maksud, jadi mereka pun memberanikan diri melihat nya.
"Tadi kearah sini, kok sekarang tidak ada." ujar Eko menatap kesana kemari.
"Aku juga melihat bahwa dia sangat tinggi, tapi kenapa malah menghilang." Beni juga bingung dan mulai merinding.
"Ayo kita masuk lebih dalam, siapa tau saja dia ada di sana." ajak Eko.
"Kau jangan sembarangan lah, kita ini tidak tau apa apa soal ghaib. hantu mana ada yang bisa di tembak!" seru Beni.
Takut juga bila ternyata itu adalah jin yang sangat jahat, apa nasib mereka berdua tidak tamat di buat nya. lagi pula sejauh ini belum ada setan yang bisa di tembak, kalau kalah dengan bacaan ayat suci al-quran masih banyak. sempat itu memang setan jahat, maka habis lah sudah mereka berdua di dalam kebun kelapa.
"Ayo kita pulang saja, perasaan ku tidak enak." ajak Eko yang merasakan punggung nya dingin.
"Ya sudah, lagian kau sih pakai acara mengajak kesini." rutuk Beni cepat cepat berjalan pergi dari sini.
Namun langkah mereka berdua jadi tertahan karena di hadapan nya ada sosok yang sangat tinggi dan juga besar, bahkan sangking besar nya sampai tidak bisa Eko dan Beni melihat kepala dia. hanya sebatas dada saja dan itu pun sudah mendongak maksimal, mungkin mahluk ini tinggi nya mencapai pohon kelapa.
"Tidak boleh makan walau pun lapar, Ibu bilang tidak boleh makan." mahluk ini menggeram.
Eko dan Beni menutup mulut dan menahan nafas nya agar jangan sampai ketahuan oleh mahluk besar ini, mereka bersembunyi di balik pohon kelapa agar jangan sampai ketahuan. sebab bila tinggi begini maka akan susah menunduk kebawah, tidak mungkin akan terlihat.
"Pulang saja, aku mau pulang." mahluk itu bicara sendiri dan tubuh nya bisa menyusut hingga menjadi dua meter.
Tanpa menoleh dan tidak sadar kalau ada Eko dan Beni di pohon kelapa dekat situ, dia berjalan pergi dan menghilang dalam gelap nya malam. setelah dia jauh maka Beni dan Eko lari pontang panting masuk kedalam rumah, takut sekali bila sampai di mangsa oleh iblis mengerikan itu.
"Hahhhhhh!" Beni menarik nafas panjang setelah minum air putih.
"Pokok nya aku harus cerita sama Purnama ini, dia pasti tau." Eko rasa nya sudah yakin mau minta tolong sama Purnama.
"Besok kau datangi lah dia, bicarakan dengan jelas dan bila perlu aku akan menemani mu!" ujar Beni.
"Iya, siang saja aku kerumah dia." angguk Eko yang merasa ada jalan keluar.
"Ko, tutup lah puntu kamar mu itu." suruh Beni yang agak takut juga karena Puspita meninggal dalam keadaan hamil.
Eko pun menutup pintu kamar utama itu, para keluarga nya tidur di kamar lain dan mereka sudah pulas. memang tinggal Eko dan Beni saja yang tidak bisa tidur, padahal ini sudah jam satu malam dan memang wayah nya para setan beraksi karena ini jam nya mereka keluar dari kandang.
"Itu genderuwo kan, Ko?" tanya Beni pula yang penasaran.
"Entah lah, yang jadi pertanyaan itu apa dia yang sudah membunuh anak dan istriku." ujar Eko.
"Dia seram sekali, tapi wajah nya tidak bisa di lihat jelas." gumam Beni.
"Dia seperti panglima perang kan? lihat tadi baju nya yang mirip jenderal jepang atau cina gitu." ujar Eko.
"Jauh sekali mereka sampai datang kesini, kau pun ada ada saja." rutuk Beni.
"Coba lah kau ingat, aku tau karena aku sering ikut nonton Puspita yang perang perang kerajaan nya korea gitu." kekeh Eko yakin sekali.
"Ya sudah besok jelaskan saha begitu, jangan sampai ada yang terlewat agar Purnama paham." ujar Beni.
"Padahal tadi kan pakai jubah hitam iblis nya!" batin Beni.
Eko mengangguk dan dia memang yakin itu mirip jendral perang yang ada di korea, masalah nya dia sering nonton drama itu bersama sang istri sehingga sebagian ada yang dia hapal, dan yang tadi sangat lah mirip.
Selamat malam besty ku.
kopi meluncur thor🤭🤭🤭poin'y kismin kudu ngumpulin dulu