Elina adalah seorang pengacara muda handal. Di usianya yang terbilang masih muda, dia sudah berhasil menyelesaikan banyak kasus penting di karirnya yang baru seumur jagung.
Demi dedikasinya sebagai seorang pengacara yang membela kebenaran, tak jarang wanita itu menghadapi bahaya ketika menyingkap sebuah kasus.
Namun kehidupan percintaannya tidak berbanding lurus dengan karirnya. Wanita itu cukup sulit melabuhkan hati pada dua pria yang mendekatinya. Seorang Jaksa muda dan juga mentor sekaligus atasannya di kantor.
Siapakah yang menjadi pilihan hati Elina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan
“Ehem!!”
Lamunan Gerald pecah ketika mendengar suara deheman Renata. Saking terpukaunya melihat penampilan Elina, pria itu sampai melamun.
“Sudah siap?” tanya Gerald.
“Sudah.”
“Tante saya ajak Elina keluar dulu.”
“Iya. Tapi pulangnya jangan terlalu malam.”
“Siap, Tante.”
Setelah mendapat ijin dari Renata, Gerald mengajak Elina menuju mobilnya. Ketika hendak masuk ke dalam mobil, Zar baru saja pulang. Gerald menunggu Zar turun dari mobilnya. Pria itu segera mendekati Zar lalu mencium punggung tangannya.
“Mau kemana?” tanya Zar.
“Makan malam, Om. Aku harap Om mengijinkan. Karena sulit sekali mengajak El makan malam denganku,” ujar Gerald seraya melemparkan senyum. Tak ayal Zar pun ikut tersenyum.
“Pulangnya jangan terlalu malam.”
“Siap, Om.”
“Tolong kasih dia makan yang banyak. Tubuhnya kurus seperti tidak pernah dikasih makan oleh orang tuanya.”
“Hahaha.. siap, Om.”
“Papa..” protes Elina.
Sambil tertawa, Zar membukakan pintu mobil untuk anaknya. Tangannya melambai ketika kendaraan roda empat milik Gerald mulai melaju. Sepeninggal anaknya, Zar segera masuk ke dalam rumah. Renata langsung menyambut kepulangan suaminya.
“Mama sama Papa mana, sayang?” tanya Zar seraya memeluk pinggang istrinya.
“Mama dan Papa lagi nginap di rumah Arsy. Istrinya Arsyad positif hamil, makanya mereka ke sana.”
Wajah Renata nampak sendu ketika mengatakan itu. Dirinya sudah sangat ingin menimang cucu. Tapi sampai sekarang Elina masih belum mau mengakhiri masa lajangnya. Padahal sudah ada dua pria baik yang mendekatinya. Zar yang menyadari perubahan raut wajah istrinya, mengajaknya duduk di ruang tengah.
“Ada apa?”
“Aku tuh udah pengen nimang cucu kaya Stella. Tapi anak kita…”
Hanya helaan nafas saja yang terdengar dari mulut Renata setelahnya. Zar merangkul bahu istrinya ini. Berbeda dengan Renata, Zar sendiri tidak mempermasalahkan kapan Elina akan menikah. Di matanya, Elina tetaplah putri kecilnya. Dan Zar masih belum siap berpisah dengannya.
“Biarkan El mengembangkan karirnya lebih dulu. Dia masih ingin hidup bebas. Kalau dia sudah menikah, waktunya bersama kita akan terbatas. Dan aku belum siap untuk itu. Kalau kamu mau nimang cucu, main saja ke rumah Stella.”
“Ih Mas tuh… Aku pengen nimang cucu sendiri.”
“Iya Mas tahu. Tapi kamu jangan terlalu menekan El.”
“Kalau Kakek Abi masih ada, pasti urusan jodoh El bakalan cepat beres,” gumam Renata pelan. Dia jadi merindukan Kakek mertuanya yang sudah tenang di rumah barunya.
“Gean mana?”
Zar langsung mengalihkan pembicaraan. Setiap mengenang Abi, pria itu selalu dilanda kesedihan. Baginya Abi dan Nina adalah sosok terbaik yang selalu memberinya kasih sayang dan kekuatan.
“Gean lagi ke rumah temannya.”
Gean adalah adik dari Elina. Usianya berbeda lima tahun dari sang Kakak. Zar dan Renata hanya memiliki dua anak. Dua-duanya lahir secara Caesar. Zar pun memutuskan hanya memiliki dua anak saja. Dia tidak sanggup kalau harus melihat Renata menjalani operasi lagi jika ingin memiliki keturunan lagi. Saat ini Gean masih menempuh pendidikan sarjana. Dia mengambil jurusan manajemen bisnis. Nantinya pemuda itu yang akan mewarisi perusahaan yang saat ini dipegang oleh Zar.
“Mas mau langsung mandi atau berendam?”
“Maunya sih berendam dulu. Tapi takut kalau sendirian. Takut ada hantu air.”
“Ish… modus. Bilang aja mau berendam bareng. Hantu airnya tuh belalainya Mas.”
“Hahaha.. mumpung ngga ada anak-anak, ayo kita me time.”
Zar memeluk Renata lalu menciumi wajahnya. Pria itu lalu mencium bibir Renata, menahan tengkuknya agar ciumannya bertambah dalam. Renata menghentikan acara pertautan bibir mereka agar tidak kebablasan. Dia mengajak suaminya masuk ke dalam kamar. Sesuai permintaan Zar, dia akan menemani suaminya berendam.
***
Mobil yang dikendarai Gerald berhenti di pelataran parkir salah satu café yang ada di daerah Dago Atas. Semilir angin langsung terasa ketika Elina keluar dari mobil. Matanya kemudian melihat pada kelap-kelip kota di bawah sana. Café yang dituju Gerald memang berada di ketinggian. Pemandangan Bandung di malam hari memang menjadi salah satu daya tarik café ini.
Gerald mengajak Elina menuju lantai dua. Pria itu sudah memesan meja di bagian selasar. Di sini para pengunjung dapat menikmati makan malam sambil melihat pemandangan. Bagian atap dibiarkan terbuka, hingga mereka bisa menikmati keindahan langit malam yang bertabur bintang-bintang.
“Tempatnya bagus banget,” gumam Elina.
“Kamu pernah ke sini sebelumnya?”
“Belum. Tempatnya baru buka ya?”
“Ngga juga, udah tiga tahunan.”
“Masa sih? Kok aku baru tahu sih? Kudet banget ya,” Elina tertawa setelahnya.
“Café ini memang ngga pernah promosi. Cuma para pengunjung sering posting di media sosial kalau mereka ke sini.”
“Kok bisa sih mereka ngga pernah promosi? Dengan tempat dan penataan sebagus ini, kalau pengunjungnya sepi kan sayang banget. Pasti modal yang keluar udah banyak.”
“Ada sejarah lucu dari tempat ini. Mau dengar?”
“Langsung aja cerita, ngga usah nanya-nanya. Bikin orang penasaran aja.”
“Hahaha..”
Perbincangan mereka harus terhenti karena seorang pelayan datang menanyakan pesanan mereka. Setelah memesan makanan dan minuman, Gerald melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus.
“Jadi dulunya café ini masih bangunan sederhana aja. Tempat ini disewain sama pemiliknya dahulu dengan harga yang relatif murah. Saat itu BIN sedang memantau sebuah organisasi internasional yang menjalankan bisnis haram di sini. Lokasi mereka ngga jauh dari sini. Demi melancarkan operasi mereka, akhirnya mereka sewa tempat ini. Biar target ngga curiga, mereka buka tempat makan. Ternyata salah satu anggota mereka ada yang pintar masak. Siapa sangka, pengunjung pertama mereka itu seorang vlogger kuliner. Café ini langsung viral setelah diunggah sama dia karena rasa masakannya yang enak. Dari situlah café ini berkembang.”
“Nah terus misi mereka gimana?”
“Ini yang paling kocak. Mereka kerepotan juga harus mengintai sambil melayani pelanggan. Demi mengusir pelanggan, mereka menaikkan harga makanan dua sampai tiga kali lipat. Bukannya sepi malah tambah ramai.”
“Astaga, terus?”
“Mereka ditegur sama atasan, karena begitu menjiwai peran mereka sebagai pengusaha kuliner. Akhirnya mereka dibebas tugaskan dan BIN mengirim tim baru. Akhirnya orang-orang di organisasi internasional itu berhasil ditangkap dan dideportasi dari Indonesia. Tim pertama alias pengelola café ikut membantu dalam aksi ini. Setelah misi selesai, mereka kembali ke kesatuan kecuali yang pintar masak. Dia meneruskan usaha café ini sampai sekarang.”
“Kok Abang bisa tahu sih?”
“Papaku yang bertugas mengurus masalah ini karena ada tuntutan dari mereka.”
“Oh begitu. Pantas aja café ini ngga pernah promo. Ada sejarahnya ternyata.”
Seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Rib eye steak dan strawberry lemonade menjadi menu pilihan Elina. Sementara untuk Gerald, pria itu memesan Irish Stew dan infused water. Minuman yang diberi potongan buah berupa mentimun, peach dan lemon. Elina memandangi makanan pesanan Gerald. Sesuatu yang baru saja dilihatnya.
“Itu apa, Bang? Soto Betawi?”
“Bukan. Ini Irish Stew namanya atau spo khas Irlandia. Mamaku sering buat makanan ini dan aku memang suka banget.”
“Pakai kentang ya? Dagingnya daging sapi atau kambing?”
“Kalau di sini pakai daging domba. Cuma di sini yang sediain Irish Stew. Makanan Irlandia emang banyak didominasi olahan kentang. Salah satunya ini. Kamu mau coba?”
“Boleh.”
Gerald menyendokkan daging dan irisan kentang lalu menyuapkannya pada Elina. Irish Soup memiliki kuah yan kental dan bumbunya berasal dari berbagai rempah. Elina mengangkat ibu jarinya, memuji rasa masakan yang dicicipinya.
“Enak, Bang. Sama buatan Tante Debby enakan mana?”
“Enakan buatan Mama sih, hahaha..”
“Kapan-kapan aku mau dong cobain Irish Stew buatan Tante Debby.”
“Boleh. Nanti aku bilang ke Mama.”
Elina menganggukkan kepalanya. Hubungannya dengan kedua orang tua Gerald memang terbilang dekat. Ketika sedang magang di Novak and Partners, Elina menjadi anak magang kesayangan Liam. Wanita itu tidak hanya cerdas, tapi juga supel dan bisa cepat membaur dengan semua karyawan di sana, termasuk dengan para senior partners. Beberapa kali Elina diundang ke rumah Liam. Itulah yang membuat wanita itu juga mengenal Debby.
“Ehm.. Bang, aku boleh nanya masalah pribadi?”
“Silakan.”
“Sudah berapa lama Abang menjadi duda?”
“Kurang lebih tujuh tahun.”
“Abang ngga ada niatan nikah lagi?”
“Kenapa? Kamu mau menjadi calon istriku?”
“Hahaha.. Abang bisa aja.”
“Aku serius, El. Saat ini aku tidak memandangmu sebagai junior atau anak mentorku lagi. Perasaan itu sudah hilang sejak lama.”
“Sejak kapan?” tanya Elina pelan. Jantung wanita itu berdegup tak karuan. Dia tahu kalau sekarang Gerald tengah mengungkapkan perasaan padanya.
“Setahun setelah kamu magang di Novak and Partners, perasaanku padamu mulai berubah. Harus kuakui kalau aku jatuh cinta pada anak mentorku sendiri.”
“Kenapa Abang baru bilang sekarang?”
“Karena aku ngga mau mengganggu karirmu. Aku ngga mau membuatmu canggung dengan situasi kita saat itu. Aku juga mau kamu tetap fokus dengan karirmu. Dan sekarang, aku merasa waktu yang tepat untuk mengungkapkannya.”
Elina langsung terdiam. Wanita itu tidak tahu harus mengatakan apa. Saat ini dia masih menganggap Gerald hanya sebatas mentor dan rekan saja. Pria itu juga atasan di tempatnya bekerja. Elina hanya ingin menjaga hubungan mereka tetap terjalin sebagai professional. Tapi pengakuan Gerald malam ini, tak ayal membuat semuanya sedikit berubah.
“Kamu tidak harus menjawabnya malam ini, El. Aku hanya mengungkapkan perasaanku, kalau aku mencintaimu dan serius ingin menjalin hubungan denganmu.”
“Menikah?”
“Tentu saja. Di usiaku sekarang sudah bukan waktunya lagi berpacaran. Tentu saja menikah menjadi prioritasku sekarang. Tapi aku juga tidak ingin mendesakmu. Kamu boleh mengambil waktu sebanyak mungkin untuk memikirkan apa yang kukatakan. Dan kamu juga tidak harus menjawab iya. Aku tahu kalau bukan hanya aku yang berharap padamu.”
“Apa maksud Abang adalah Bang Zahran?”
“Iya. Aku tahu kalau dia mengejarmu. Dia juga menginginkanmu seperti diriku. Semuanya aku serahkan padamu. Aku memang mencintaimu, El. Tapi aku juga ingin kamu bahagia. Kalau bahagiamu bukan denganku, maka aku akan mendukungmu dengan siapa pun itu.”
“Terima kasih, Bang. Aku.. aku tidak bisa menjawabnya sekarang.”
“Aku tahu. Take your time. I’m not going anywhere.”
Elina hanya melemparkan senyum kecil. Usai Gerald mengungkapkan perasaannya, wanita itu merasa hubungannya dengan Gerald menjadi sedikit canggung.
***
Sabar ya Ge, Elina masih bingung😂
aku yakin Gita suka sama Gerald , tapi sayangnya Gerald suka sama Elina . dan pada akhirnya nanti Elina malah mendukung Gita dengan Gerald .
pikiranku terlalu jauh gak sih , tapi namanya juga nebak , bener sukur , kalau salah ya udah berarti gak sesuai dengan ide cerita kak othor . jadi nikmati aja ya El......
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
tapi nabila ikutin alurnya mak author deh
sedangkan sama Zahran , Zahran bisa mengimbangi Elina biar kata Zahran menuruti elina tapi dia bisa membujuk Elina dan mengarahkan insyaallah bahagia terus kalau sama Zahran..
E..tapi kok aq lebih sreg EL sam bang Ge ya 🤭🤭🤭
Ya walaupun duda sih, kan skrg Duda semakin didepan 🤣🤣🤣
Tapi aq manut aja apa yg ditulis kak icha.,
Siapa tw dgn kasus ini akhrnya El sama Gita bisa jadi bestie ye kan....
Trys gita jadian sama zahran 🤣🤣🤣