Anindya Selira, panggil saja Anin. Mahasiswa fakultas kedokteran yang sedang menempuh gelar dokter Sp.Dv, lebih mudahnya spesialis kulit.
Dengan kemurahan hatinya dia menolong seorang pria yang mengalami luka karena dikejar oleh penjahat. Dengan terpaksa membawa pria itu pulang ke rumahnya. Pria itu adalah Raksa Wirajaya, pengusaha sukses yang memiliki pengaruh besar.
Perbuatan baiknya justru membuat Anin terlibat pernikahan paksa dengan Raksa, karena mereka berdua kepergok oleh warga komplek sekitar rumah Anin.
Bagaimana hubungan pernikahan mereka berdua?
Akankah mereka memiliki perasaan cinta satu sama lain?
Atau mereka mengakhiri pernikahannya?
Yuk baca kisah mereka. Ada 2 couple lain yang akan menambah keseruan cerita mereka!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cchocomoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang Bersama
“Pulang bareng aku ya?” pinta Raksa pada Anin.
Saat ini mereka berdua berjalan menuju ke parkiran. Anin bingung harus menerimanya atau tidak. Karena dirinya juga membawa mobil.
“Aku juga bawa mobil, Sa. Mana mungkin salah satu mobil kita ada yang ditinggal,” ujar Anin yang apa adanya
“Aku bisa minta asistenku untuk mengambil mobilnya. Aku akan ikuti keputusanmu, terserah kamu mau mobilku atau mobil kamu yang akan kita pakai.”
“Baiklah, jika kamu tidak keberatan bisakah pakai mobilku?”
“Tentu! Tapi, tetap aku yang akan mengemudikan mobilnya.”
“Baiklah.” Anin memberikan kunci mobilnya pada Raksa.
Raksa membukakan pintu untuk Anin, lalu berjalan memutar dan masuk ke dalam mobil. Sebelum ia menyalakan mobilnya, Raksa mengambil ponselnya yang ada di balik jasnya.
“Aku akan minta asistenku agar mengambil mobilku disini.”
“Mmm.” Anin mengangguk, lalu beralih melihat ke arah luar.
Tidak pernah terpikirkan jika dirinya berada di tahap seperti ini. Perubahan Raksa membuat dirinya merasa lebih baik, ia seperti melihat ada kesempatan untuk memperbaiki hubungannya dengan Raksa.
Pernah terlintas aku menyesali perkataanku yang meminta cerai padanya. Tapi, dibalik semua itu aku bisa melihat perubahan Raksa saat ini, batin Anin yang merasa bahagia dengan usaha Raksa yang ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Meskipun begitu, Anin akan lihat untuk kedepannya. Apakah Raksa terus bersikap seperti ini atau kembali seperti sebelumnya. Raksa yang selalu mengabaikan dirinya, Raksa yang jarang menegur ataupun menanyakan keadaannya.
Raksa yang berbanding terbalik dengan Raksa yang saat ini duduk di kursi pengemudi mobilnya. Dalam hati Anin yang paling dalam, ia berharap jika Raksa tidak akan kembali ke sikapnya yang dulu.
“Bagaimana? Apa asistenmu sudah membalasnya?” tanya Anin yang melihat Raksa yang fokus melihat layar ponselnya.
“Sudah, kita bisa pulang sekarang.” Raksa menyalakan mobil Anin.
Pandangan Anin salah fokus pada Raksa yang menggunakan sarung tangan berwarna hitam. Saat makan Raksa tidak memakai sarung tangan, jadi kapan Raksa memakainya.
Hal itu menjadi pertanyaan untuk Anin, ia sangat penasaran kenapa tiba-tiba Raksa memakai sarung tangan.
“Sa, apa aku boleh tanya sesuatu?” tanya Anin yang melihat Raksa mulai melajukan mobilnya.
“Ya, tentu saja. Kamu bisa tanyakan apa yang menjadi pertanyaanmu,” jawab Raksa yang pandangannya lurus ke depan
“Kenapa kamu memakai sarung tangan? Dan sejak kapan kamu memakainya? Saat kita makan, aku lihat kamu tidak memakainya. Apa kami kedinginan?” tanya Anin.
Malam ini memang terasa lebih dingin, tapi masih bisa ditahan. Anin berpikir apakah Raksa tidak bisa menahan dengan suhu dingin.
Raksa bingung untuk menjawab pertanyaan Anin, ia melihat tangannya yang memakai sarung tangan hitam. Sangat tidak mungkin Raksa memberitahu Anin kenapa ia memakai sarung tangan.
“Tidak juga, tapi memang malam ini lumayan dingin. Dan kebetulan aku membawa sarung tangan, jadi aku memakainya,” jawab Raksa yang berharap Anin percaya.
“Oke, aku kira kamu tidak bisa dengan suhu dingin. Suhu dingin malam dan suhu AC sangat berbeda. Bagiku suhu dingin yang alami seperti ini, terkadang tidak bisa terkontrol oleh tubuh,” jelasnya yang sesekali melirik ke arah Raksa, begitupun sebaliknya.
“Aku setuju denganmu, karena itu aku selalu sedia membawa sarung tangan. Setidaknya untuk berjaga-jaga, karena saat tubuhku kurang sehat, aku tidak bisa menahannya.”
“Apa kamu pernah mengalaminya?” Anin melihat Raksa.
“Pernah sekali, itupun sudah sangat lama. Jika tidak salah sekitar enam tahun yang lalu, saat itu aku sedang dalam perjalanan ke luar kota.” Kali ini Raksa berkata jujur, karena sebelumnya ia benar-benar mengalaminya.
Tidak ada pertanyaan lagi dari Anin yang membuat Raksa bingung. Bahkan tidak ada respon sama sekali. Raksa melihat ke samping, dan ternyata mata Anin sudah terpejam.
“pantas saja, rupanya dia tidur,” gumam Raksa.
Di rumah Bima.
“Sayang, sebenarnya siapa yang akan menjadi pasien Anin, kecuali dia pemilik rumah sakit? Maksudnya, apa kamu tau istrinya?” tanya Larisa
Mendengar sekilas yang diceritakan Bima membuat Larisa penasaran siapa istrinya dari sahabat suaminya akan menjadi salah satu pasien sahabatnya.
“Kenapa aku merasa ini bukan kebetulan,” celetuk Bima. Ia tidak menjawab pertanyaan Larisa. Ia justru terlarut dalam pikirannya.
“Ada apa? Apa yang bukan kebetulan? Aku tidak mengerti, bisa katakan dengan jelas? Jangan setengah-setengah seperti ini. Apalagi sekarang kamu melamun,” pinta Larisa yang tidak mengerti maksud dari suaminya itu.
“Lagi bahas apa? Kenapa kak Bima kelihatannya banyak pikiran?” tanya seseorang yang baru saja tiba dengan kekasihnya.
Bima masih memikirkan kebetulan-kebetulan yang terjadi. Menurutnya ini bukan hanya kebetulan biasa. Apalagi reaksi Raksa saat dirinya mengatakan dokter Anin, wajahnya begitu terkejut.
“Jika ini kebetulan, tidak mungkin sampai dua kali,” ujarnya yang masih melamun.
“Kak! Ada apa dengan kak Bima?” tanya perempuan itu.
“Aku juga nggak tau, Mei. Sebelum kalian datang dia sudah melamun seperti ini,” jawab Larisa.
“Sayang, coba kamu tanyain ke kak Bima. Apa yang terjadi sama dia sampai melamun seperti ini,” pintanya pada kekasihnya.
“Baiklah, aku juga penasaran apa yang sedang dia pikirkannya. Beberapa hari ini aku jarang berkumpul dengan Bima dan Raksa. Sepertinya dia sedang memikirkan mengenai Raksa,” ujar Ardhan yang melihat Bima duduk dengan menyangga dagunya dengan tangan.
Perempuan itu adalah kekasih Ardhan, panggil saja Meira. Kekasih Ardhan sekaligus sepupu Larisa.
Ardhan melangkah mendekati Bima. Ia duduk di sebelah Bima dan menepuk pundak sahabatnya yang mungkin tidak menyadari kedatangannya bersama dengan Meira.
Bima terkejut, lamunannya buyar karena tepukan dari Ardhan. “Kenapa?” tanya Bima.
“Seharusnya aku yang tanya kenapa, nggak lihat istrimu bingung melihatmu melamun seperti ini?” Ardhan membalikkan pertanyaan Bima.
“Apa kamu sedang memikirkan Raksa?” Bima langsung mengangguk. Ia juga tidak bisa menyembunyikannya dari Ardhan, karena ia juga tau mengenai masalah Raksa.
“Apa yang terjadi padanya? Apa ada masalah serius?” Bima menggeleng.
Larisa dan Meira setia mendengarkan percakapan antara Bima dan Ardhan. Mereka berdua penasaran apa yang sedang dibahas.
“Lalu? Apa yang membuatmu melamun?”
“Kamu taukan jika hari ini aku menemui Raksa di cafe.” Lagi-lagi Ardhan hanya mengangguk, ia tau jika Raksa dan Bima bertemu. Sebenarnya tidak hanya Bima dan Raksa yang bertemu.
Awalnya Ardhan juga akan ikut, hanya saja saat dalam perjalanan ia teringat jika harus menjemput Meira di bandara. Karena Meira baru saja menyelesaikan pemotretan di luar kota.
Meira seorang model, belum lama ini ia baru saja bergabung menjadi model di perusahaan R’Company. Yang tidak lain salah satu perusahaan milik Raksa.
Bisa dikatakan jika Meira masih baru di perusahaan Raksa. Apalagi Meira baru bergabung sekitar satu tahun yang lalu. Tentunya mereka berdua belum pernah bertemu satu sama lain. Karena Raksa jarang ke perusahaan cabangnya.
Meira juga tidak tau jika atasan yang belum pernah ia temui adalah sahabat kekasihnya. Dan untuk Ardhan sendiri juga belum tau jika kontrak Meira dengan perusahaan sebelumnya telah berakhir.
suamiku jg ada tapi ga nular tapi juga ga sembun sampe sekarang aneh segala obat udah hasil ya sama ,