NovelToon NovelToon
ROMANCE BOY

ROMANCE BOY

Status: sedang berlangsung
Popularitas:320
Nilai: 5
Nama Author: tata

Aruna hanya memanfaatkan Arjuna Dewangga. Lelaki yang belum pernah menjalin hubungan kekasih dengan siapapun. Lelaki yang terkenal baik di sekolahnya dan menjadi kesayangan guru karena prestasinya. Sementara Arjuna, lelaki yang anti-pacaran memutuskan menerima Aruna karena jantungnya yang meningkat lebih cepat dari biasanya setiap berdekatan dengan gadis tersebut. *** "Mau minta sesuatu boleh?" Lelaki itu kembali menyuapi dan mengangguk singkat. "Mau apa emangnya?" Tatapan mata Arjuna begitu lekat menatap Aruna. Aruna berdehem dan minum sejenak, sebelum menjawab pertanyaan Arjuna. "Mau ciuman, ayo!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 12

Plak!

"Masih berani kamu datang kesini?!" Amarah wanita itu tampak menakutkan bagi beberapa orang yang menatapnya. Namun, bagi gadis yang mendapat sebuah tamparan di pipinya yang kini kebas---dia tidak takut sama sekali. Menurutnya, manusia di depannya tidak menakutkan. Aruna lebih takut pada hantu.

Kedua pembantu, seorang sopir dan satpam rumah menatapnya kasihan. Mereka tidak berani membantu, karena taruhannya tentu dipecat.

"Kenapa harus takut? Emangnya lo siapa?!" Mereka menahan nafas ketika tangan wanita tersebut berniat melayangkan tamparan kembali.

Aruna memegangnya erat, tidak lagi membiarkan wajahnya terluka. Pipinya merah dan sakit, bahkan dia merasakan anyir di sudut bibirnya.

"Pergi kamu dari sini! Usir dia sekarang!" Teriaknya murka membuat mereka tersentak kaget. Sang pembantu langsung bergegas mendekati sang nona muda.

"Asal lo tahu, gue kesini cuma mau lihat keadaan papa. Cuma mastiin dia masih hidup atau udah capek hidup bareng lo,"

"Non, sudah non!" Bisikan lembut itu menghangatkan hati panas Aruna.

Jambakan kuat dia rasakan dari wanita di depannya. Aruna meringis kesakitan dan menjerit. Tangannya menarik tangan wanita yang menjambak rambutnya.

"Ma, udah ma." Aruna langsung merapikan rambutnya yang kusut dan berantakan akibat jambakan wanita di depannya. Sungguh dia benci sekali terhadap suara lemah lembut gadis di depannya.

"Biar! Biar gadis ini tahu diri kalau dia cuma benalu. Saya sudah peringatkan kamu jangan dekat-dekat dengan Arjuna! Putuskan dia sekarang!" Aruna tersenyum sinis menatap wanita di depannya.

Perlahan Aruna mengangkat dagunya dengan senyum miring, wajahnya berubah angkuh. Seolah dia bisa mendapatkan sesuatu yang berharga dengan menyakiti Sisil. Seharusnya, jika Sisil bersikap baik dan tidak mengambil seluruh perhatian papanya---Aruna mau untuk menganggap saudara. Dia tahu, Sisil tidak bersalah. Aruna tidak buta dengan siapa yang salah. Namun, dengan Sisil yang selalu ingin menjadi nomor satu, membuat Aruna menaruh benci padanya.

"Tante yang rebut papa dari mamiku! Bukannya, tante juga benalu?"

"Jaga mulut kamu! Anak kecil kaya kamu tahu apa?! Sebelum mami kamu menikah dengan suami saya, papa kamu kekasih saya!"

Aruna terdiam sejenak, merenungi kalimat yang baru saja Siska sampaikan. Wajahnya seolah ditampar sebuah fakta yang baru dirinya ketahui.

"Papa kamu nggak pernah cinta sama mami kamu, makanya dia dibuang. Saya juga heran, kenapa mereka bisa sampai punya anak. Jangan-jangan kamu anak lelaki lain," Wanita itu menyorot tajam dan sinis.

Tubuhnya lemas tak terkira. Perlahan air matanya luruh dan tubuhnya terduduk di lantai yang dingin. Pernyataan yang baru saja di lontarkan seolah memperjelas semua benang kusut yang selama ini Aruna pertanyakan. Hari-harinya yang penuh pertanyaan, kini seolah terjawab sudah semuanya.

Ternyata, memang tidak ada yang mengharapkan dirinya? Bahkan papanya saja tega membuang dirinya dan sang mama. Betapa malangnya nasib mamanya.

"Kalau kamu nggak mau berakhir dibuang seperti mami kamu, lebih baik putuskan Arjuna." Nada suara Siska perlahan tidak sekeras tadi, namun masih datar. Wanita itu mengusap bahunya dan menatapnya dalam. "Percaya saya, lebih baik kamu lepaskan Arjuna---sebelum kamu yang di lepaskan."

Wanita itu menatapnya lekat. Aruna masih terdiam di tempatnya, memikirkan semua kemungkinan yang bisa saja terjadi.

Aruna takut ditinggalkan.

Aruna takut dibuang.

Dan Aruna lebih takut lagi tidak dicintai dengan tulus.

"Arjuna, dia lelaki baik kan?" Perlahan Aruna mengangguk. "Dia, cuma kasihan sama kamu. Sama seperti papa kamu yang cuma kasihan sama mami kamu."

Tubuh Aruna bergetar dengan isakan kuat. Sisil menatap yang lain dan memberi kode agar pergi. Suasana hening menyelimuti seketika, hanya isakan lirih yang terdengar.

"Runa, papa baru aja tidur. Kamu bisa ketemu dia besok pagi," Sisil tersenyum lembut, membantu Aruna untuk berdiri.

Aruna mengangguk dan pamit pulang, Sisil menawarkan diri mengantar--- namun, langsung ditolak. Siska menatap Sisil dengan senyuman puas dan tertawa, setelah berhasil membodohi Aruna.

Tubuh mungil Aruna berjalan menapaki trotoar dengan telanjang kaki. Sandalnya tertinggal di rumah Himawan. Gadis itu bingung akan pergi kemana dan bagaimana. Hidup sendiri, dirinya seperti kehilangan arah. Tanpa pikir panjang, Aruna melangkahkan kakinya menuju sebuah cafe. Mungkin disana perasaannya akan membaik dengan minum es krim dan makan manis.

Aruna duduk dan memesan makanan. Pandangan matanya masih kosong menatap jendela dengan air mata menetes.

Entah apa maksud dunia

Tentang ujung cerita

Kita tak bersama

Mendengar penggalan suara yang mengalun merdu, dirinya tambah menangis kencang. Tapi, Aruna sedang tidak bisa berpikir dengan logika. Perasaannya sedang sensitif dan sedih.

"Lo udah putus ya sama Arjuna?" Tatapan mata mengejek itu membuat Aruna mengusap air matanya cepat.

Mengapa dari semua tempat di dunia, saat dirinya sedih begini---wajah orang yang begitu mengesalkan muncul? Ingin rasanya dia melempar buku menu yang ada di depannya pada wajah mengejek Raka.

Raka sahabat Arjuna. Mengapa lelaki itu ada disini? Sungguh, Aruna kesal.

"Mungkin, sebentar lagi." Sahutnya kesal, meli

"LO SERIUS?!" Raka menatapnya kaget. Makanan di depan matanya, tidak lagi menarik. Lelaki itu lebih tertarik dengan cerita Aruna.

Aruna mengangguk singkat. Gadis itu mulai menikmati es krim yang manis dan segar di mulut. Hatinya perlahan dingin dengan perasaan sejuk.

"Kenapa? Cowok kaya Arjuna mau lo buang gitu aja? Emang secantik apa lo?" Gadis itu menatap tajam wajah Raka. Lelaki itu memang pedas sekali jika berkata, lebih pedas daripada Ethan.

Mendengar kalimat buang, ada sudut hatinya yang terluka. Dia tidak berniat membuang lelaki itu. Aruna justru ingin terus bersama dengan Arjuna.

"Asal lo tahu, kalau sampai lo sakitin Arjuna---lo terima akibatnya!" Nada suara Raka terdengar serius, tidak main-main. Aruna sih tidak takut dengan ancaman tersebut.

"Lo kenapa sih?" Aruna bertanya dengan nyolot dan kesal.

"Arjuna itu baik banget, gue nggak terima kalau di sakitin." Raka menatapnya dingin dan penuh peringatan. "Meskipun gue nggak suka sama lo, gue nggak masalah kalian jadian."

"Kenapa lo nggak pernah suka sama gue? Salah gue apa? Emang kita kenal?"

Raka terdiam, tidak menjawab pertanyaan tersebut. Lelaki itu tersenyum kecut dan menggeleng. Biarlah semua menjadi rahasianya saja, tanpa perlu ada yang tahu.

"Nggak usah banyak tanya, intinya jangan putus sama Arjuna!"

Aruna memutar bola matanya malas. "Jangan banyak ngatur, suka-suka gue!" Balasnya, tidak mau kalah dengan Raka.

"Ck, keras kepala emang! Kenapa sih, lo kaya ngotot mau putusin Arjuna?!"

Aruna hanya mengedikkan bahunya, tidak mau menjawab sama sekali. Gadis itu fokus menikmati makanan di depan matanya dan senandung musik. Raka tidak lagi dirinya anggap, toh lelaki itu sejak tadi diam saja. Setidaknya, Aruna tidak lagi kesepian.

Raka bahkan menawarkan mengantarkan dirinya pulang. Awalnya, Aruna sudah menolak. Namun, lelaki itu memaksa untuk mengantar. Terpaksa, Aruna mau diantar.

Sementara di lain tempat, Arjuna begitu cemas dengan kekasihnya yang tidak bisa dirinya hubungi. Lelaki itu menggerutu kesal, mengingat kebiasaan Aruna yang sering lupa mengisi daya ponselnya. Nanti, Arjuna akan membelikan power bank agar Aruna bisa membawa kemanapun.

"Mau kemana bang?" Renata menatap anak sulungnya yang sudah memakai jaket.

"Pasti ketemu Mbak Runa, kan?" Tebak Acha tepat sasaran.

Sang kepala keluarga menoleh, menatap anak bungsunya. "Mbak Runa siapa, dek?" Acha melipat tangan di atas dada dengan bangga.

"Pacar baru Abang, kalau Abang udah boleh pacaran---berarti Acha juga kan?"

Arvin si anak tengah yang sedang menikmati makan malam, langsung menoleh dengan tatapan tajam. Begitu pun sang kepala keluarga dan Arjuna yang melotot.

"Nggak boleh!" Acha langsung cemberut mendengarnya.

"Kamu masih kelas 5 SD loh dek, lagian cowok yang kamu suka siapa?" Renata menatapnya heran.

Acha menggeleng pelan sebagai jawaban. Namun, Arvin yang tahu langsung membuka mulut dengan jujur. "Si Raka," Arjuna sontak melotot, menatap adiknya.

"ACHA!!! JANGAN ANEH-ANEH KAMU!" Gadis kecil itu menghembuskan nafas kesalnya.

"Abang pergi dulu ya ma,"

Renata mengangguk, mengijinkan anak sulungnya pergi. Menyisakan Acha yang masih di interogasi oleh suaminya yang terlihat kesal. Jelas saja kesal, Acha masih kecil. Sedangkan Raka? Usia lelaki itu setara dengan Arjuna.

1
SGhostter
Gak bosen
·Laius Wytte🔮·
🤩Kisah cinta dalam cerita ini sangat menakjubkan, membuatku jatuh cinta dengan karakter utama.
Zhunia Angel
Karakter-karakternya sangat hidup, aku merasa seperti melihat mereka secara langsung.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!