NovelToon NovelToon
​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

​ Dendam Sang Mantan Istri Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Tukar Pasangan / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Selingkuh
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Adrina salsabila Alkhadafi

​💔 Dikhianati & Dibangkitkan: Balas Dendam Sang Ibu
​Natalie Ainsworth selalu percaya pada cinta. Keyakinan itu membuatnya buta, sampai suaminya, Aaron Whitmore, menusuknya dari belakang.
​Bukan hanya selingkuh. Aaron dan seluruh keluarganya bersekongkol menghancurkannya, merampas rumah, nama baik, dan harga dirinya. Dalam semalam, Natalie kehilangan segalanya.
​Dan tak seorang pun tahu... ia sedang mengandung.
​Hancur, sendirian, dan nyaris mati — Natalie membawa rahasia terbesar itu pergi. Luka yang mereka torehkan menjadi bara api yang menumbuhkan kekuatan.
​Bertahun-tahun kemudian, ia kembali.
​Bukan sebagai perempuan lemah yang mereka kenal, melainkan sebagai sosok yang kuat, berani, dan siap menuntut keadilan.
​Mampukah ia melindungi buah hatinya dari bayangan masa lalu?
​Apakah cinta yang baru bisa menyembuhkan hati yang remuk?
​Atau... akankah Natalie memilih untuk menghancurkan mereka, satu per satu, seperti mereka menghancurkannya dulu?
​Ini kisah tentang kebangkitan wanit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13: Pengungkapan dan Pengambilalihan

​Cahaya matahari pagi yang seharusnya membawa harapan justru terasa dingin dan kejam di balik jendela Ruang Rapat Puncak Whitmore Group. Di meja marmer panjang yang biasanya dipenuhi oleh direksi dengan senyum percaya diri, kini hanya ada dua orang yang duduk tegang: Aaron Whitmore dan Eliza Whitmore.

​Waktu terus berdetak menuju pukul 10:00, batas waktu yang diberikan Bank Sigma sebelum menyita saham inti perusahaan sebagai jaminan.

​Aaron mondar-mandir seperti singa yang terperangkap. Ia baru saja menyelesaikan telepon terakhirnya—permintaan tolong yang ditolak mentah-mentah oleh rekan bisnis lama ayahnya.

​"Tidak ada, Bu. Semua orang lari. Mereka semua bilang 'risiko terlalu tinggi'," kata Aaron, suaranya pecah karena keputusasaan dan kelelahan. "Kita hanya butuh $50 juta untuk menutupi pinjaman macet itu, tapi tidak ada yang mau mengambil risiko untuk Dinasti yang sedang tenggelam."

​Eliza menatap jendela, punggungnya lurus, tapi matanya dipenuhi kemarahan yang membeku. "Ini bukan tentang uang, Aaron. Ini tentang jaringan. Wanita itu—Elara—dia telah menanamkan racun di seluruh jaringan kita. Dia membuat kita terisolasi."

​"Kita harus memanggil pengacara. Kita harus mencari cara untuk menunda penyitaan ini," ujar Aaron, mulai meraih telepon.

​Tiba-tiba, pintu ruangan itu terbuka. Bukan pengacara atau petugas Bank Sigma, melainkan Hadiningrat—Kepala Keuangan Elara Holding. Hadiningrat masuk, diikuti oleh dua pengawal tegap, membawa tas kulit besar yang diletakkan di atas meja.

​"Tuan dan Nyonya Whitmore, saya datang tepat waktu," kata Hadiningrat dengan nada tenang, meletakkan setumpuk dokumen. "Bank Sigma telah setuju untuk menunda penyitaan selama 30 menit. Nyonya Elara telah mengambil alih peran mereka sebagai kreditur Anda."

​Eliza dan Aaron saling pandang. Mereka tahu ini bukan kabar baik; ini adalah momen eksekusi.

​"Apa maksudmu?" desis Eliza.

​"Bank Sigma setuju untuk menjual hak penagihan utang dan semua jaminan aset yang terkait dengan pinjaman macet Anda kepada Elara Holding. Jadi, Anda sekarang berutang pada kami," jelas Hadiningrat, mengeluarkan sebuah tablet dari tas kulit. "Kami datang dengan satu-satunya tawaran yang akan menyelamatkan nama keluarga Anda, walau dengan harga yang mahal."

​Hadiningrat memutar tablet itu ke arah mereka. Layar menampilkan sebuah kontrak:

​PENJUALAN SAHAM MAYORITAS (51%) WHITMORE GROUP kepada ELARA HOLDING.

​Harga Akuisisi: $1 (Satu Dolar Amerika)

​Syarat: Pelunasan segera seluruh utang macet Whitmore Group senilai $50 Juta kepada Elara Holding. Tuan Aaron Whitmore akan tetap menjabat sebagai CEO di bawah manajemen Elara Holding.

​Aaron berdiri, wajahnya memerah. "Satu Dolar?! Ini gila! Ini perampokan!"

​"Ini adalah harga untuk kehidupan perusahaan, Tuan Whitmore," balas Hadiningrat tanpa emosi. "Jika Anda menolak, kami akan segera menyita 51% saham Anda yang dijaminkan dan mengambil alih perusahaan di bursa efek, menghancurkan harga saham dan reputasi Anda secara permanen. Pilihannya sederhana: jual murah, atau dihancurkan secara total."

​"Wanita sialan itu—Elara! Dia akan membayar untuk ini!" raung Aaron.

​Saat Aaron mengayunkan tinjunya ke meja, pintu ruang rapat kembali terbuka. Kali ini, tidak ada pengawal, tidak ada tas kulit. Hanya seorang wanita.

​Wanita itu mengenakan power suit biru tua yang pas, rambutnya disanggul rapi. Di tangannya, ia membawa sebuah amplop surat yang terlihat sudah usang. Wajahnya yang biasanya lembut dan ramah kini diselimuti ketenangan yang dingin, matanya adalah mata pemangsa.

​Aaron dan Eliza memandang ke arah pintu, terpaku. Mereka mengenali gaun itu. Mereka mengenali sosok itu. Tapi mereka menolak untuk percaya.

​"Nyonya Elara tidak akan membayar apa-apa, Aaron," kata wanita itu, melangkah maju. Suaranya rendah dan menusuk. "Karena aku adalah Elara."

​Aaron memproses kalimat itu. Ia memproses wajah itu. Ia memproses sosok itu. Bibirnya bergetar, otaknya menolak untuk menghubungkan sosok yang berdiri di depannya dengan wanita yang diceraikannya tiga tahun lalu.

​"N-Natalie?" bisik Aaron, seolah nama itu baru pertama kali ia ucapkan.

​"Ya, Aaron," Natalie berdiri di ujung meja, Hadiningrat bergerak mundur, menyerahkan panggung padanya. "Aku adalah Natalie. Mantan istrimu. Dan, saat kau menandatangani surat cerai itu, kau secara tidak sengaja menciptakan Elara."

​Eliza terhuyung ke belakang, mencengkeram sandaran kursi. "Tidak... Tidak mungkin! Kau adalah Natalie yang lemah, yang kami buang!"

​Natalie tersenyum sinis, senyum yang tidak pernah dilihat Aaron sebelumnya—penuh kemenangan yang dingin. "Natalie yang 'lemah' berhasil menghancurkan 'Dinasti' kalian dalam waktu kurang dari setahun, Nyonya Whitmore. Aku berhasil melakukannya tanpa koneksi, tanpa nama besar, hanya dengan kecerdasan yang kalian remehkan dan uang hasil kerja keras yang kalian rampas dariku."

​Ia meletakkan amplop surat usang itu di atas kontrak $1.

​"Kau ingat amplop ini, Aaron?" tanya Natalie. "Ini adalah surat cerai yang kau berikan kepadaku. Di dalamnya, ada cek tunjangan yang sangat kecil, dan kata-kata: 'Ambil uang ini, Natalie. Kau tidak akan pernah bisa membeli apa-apa di dunia ini tanpa nama Whitmore'."

​Natalie mendorong kontrak $1 ke depan.

​"Nah, Aaron. Hari ini, aku datang untuk membeli sesuatu yang sangat besar dengan uangku. Aku datang untuk membeli namamu, perusahaanmu, dan kebebasanmu."

​Aaron tiba-tiba tertawa, tawa histeris yang tidak waras. "Kau pikir kau bisa lolos? Menggunakan nama palsu, menyabotase bisnis?! Aku bisa menuntutmu!"

​"Tuntut aku?" Natalie mengangkat alisnya. "Tuntut aku karena menjadi investor yang cerdas? Tuntut aku karena membeli properti dengan harga yang disepakati? Tuntut aku karena melihat risiko di Bank Sigma dan melindungi investorku, Santoso dan Tanuwijaya? Tidak ada tuntutan, Aaron. Semuanya legal."

​Ia lalu mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya membara. "Yang tidak legal adalah kau yang mengambil alih warisan Kenzo. Yang tidak legal adalah kau yang memanipulasi aset anakku. Yang tidak legal adalah kau yang mencoba menghancurkan ibuku. Semuanya sudah kuserahkan ke Daniel, pengacaraku, sebagai bukti penggelapan dan pengabaian. Setelah ini, kau akan menghadapi tuntutan hukum yang nyata, bukan dari Bank Sigma, tapi dari mantan istrimu."

​Ancaman ganda itu—kehilangan perusahaan dan ancaman penjara—menghantam Aaron hingga ia ambruk di kursinya.

​"Aku tidak akan menandatangani ini," desis Aaron, kepalanya menunduk, dikalahkan.

​Eliza yang selama ini diam, kini mendekat. Wajahnya sudah tidak lagi merah karena marah, melainkan putih karena syok dan ketakutan. Ia menyentuh bahu Aaron.

​"Tandatangani, Aaron," kata Eliza, suaranya pelan dan putus asa. "Kita kalah. Jika kita tidak menandatangani ini, kita kehilangan semuanya dan nama kita akan hancur di bursa. Paling tidak, kau tetap menjadi CEO, walau hanya boneka. Kita beli waktu."

​Ia menatap Natalie, tatapan itu adalah perpaduan antara kebencian dan penghormatan yang mengerikan.

​"Kau menang, Natalie. Kami akan menyerahkan 51% perusahaan ini. Tapi ingat, ini belum berakhir," ancam Eliza.

​Natalie hanya mengangkat bahu. "Tentu saja belum berakhir, Nyonya Whitmore. Tapi sekarang, Anda hanya akan bermain di bawah peraturanku."

​Aaron, dengan tangan yang gemetar, mengambil pena dan membubuhkan tanda tangannya di atas kontrak penjualan $1. Ia baru saja menjual warisan ayahnya kepada Natalie.

​Natalie mengambil kontrak yang sudah ditandatangani itu.

​"Selamat, Tuan Aaron," ujar Natalie. "Anda kini adalah CEO Whitmore Group... anak perusahaan Elara Holding."

​Natalie berbalik. Sebelum ia mencapai pintu, ia berhenti dan menoleh ke belakang, menatap Eliza.

​"Oh, satu hal lagi, Nyonya Whitmore," katanya. "Mulai hari ini, Anda tidak akan lagi memiliki akses ke perusahaan ini. Hadiningrat, pastikan Nyonya Whitmore diberhentikan dari semua dewan dan keanggotaan perusahaan. Dan segera ganti semua kunci dan kode akses. Ini adalah kantor pusat saya sekarang."

​Eliza tersentak, kehilangan kekuatan dan posisinya di depan mata. Aaron hanya bisa menatap lantai. Natalie, sang "wanita lemah" yang mereka buang, telah mengambil segalanya.

​Natalie meninggalkan ruang rapat itu sebagai pemenang dan pemilik mayoritas Whitmore Group. Di luar, ia menarik napas panjang. Hadiningrat mendekat.

​"Tuan Hadiningrat, kirimkan surat pengunduran diri saya ke kantor lama Whitmore atas nama 'Natalie W.' dan pastikan ada paket pengiriman khusus yang tiba di alamat mereka sore ini," perintah Natalie.

​"Paket apa, Nyonya?"

​Natalie tersenyum tipis. "Satu dolar. Uang pembelian perusahaannya."

1
partini
dari sinopsisnya ngeri " sedap menarik
Himna Mohamad
lanjut thoor
putri lindung bulan: siap akan saya lanjutkan
total 1 replies
Himna Mohamad
good thoor sat set
Himna Mohamad
👍👍👍👍👍
Himna Mohamad
sdh mampir thoor,,lanjut
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir , salam kenal ya
total 1 replies
Himna Mohamad
awal yg bagus thoor👍👍👍👍👍
putri lindung bulan: terimakasih sudah mampir
total 1 replies
putri lindung bulan
untuk sahabat adri selamat datang di dunia nataly.semoga kalian suka novel.jika suka jangan lupa beri like,dan sisipkan komentar.salam kenal semuanya🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!