NovelToon NovelToon
Limit Unlock

Limit Unlock

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Epik Petualangan / Bullying dan Balas Dendam / Murid Genius / Mengubah Takdir / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Jin kazama

Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.

Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?

Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13. Keterkejutan Jaka (Bagian 2)

Bab 13. Keterkejutan Jaka (Bagian 2)

Jaka masih tenggelam dalam keterkejutan.

Untuk sejenak ia sedikit kesulitan mencerna informasi yang baru saja ia dapatkan. Setelah menenangkan diri, barulah ia bisa mengubah ekspresinya kembali seperti sebelumnya.

Namun semua itu tidak luput dari perhatian Rama dan yang lainnya. Alih-alih tertawa, mereka justru memaklumi.

Mereka mengira, Jaka menyembunyikan identitasnya yang sebenarnya. Di luar terlihat sederhana, tapi kenyataannya siapa yang tahu. Bisa jadi, dirinya memang tidak ingin menonjol.

Tapi justru itulah yang membuat mereka tertarik padanya. Memiliki latar belakang keluarga yang istimewa, bisa mengeluarkan tekanan mengerikan seolah dirinya adalah seorang master hebat, khususnya dalam bidang seni bela diri. Semua hal ini jelas menyatakan jika dirinya bukanlah orang biasa.

Saat Jaka masih merenung, Rama kembali mengatakan sesuatu yang membuat dahinya berkerut, dan dirinya langsung diselimuti oleh rasa penasaran yang besar.

Dia berkata,

“Jaka, satu hal yang harus kau ketahui, jika berhubungan dengan kekuasaan, maka segala sesuatunya tidak akan sesederhana yang terlihat di permukaan. Contohnya pertarungan perebutan kekuasaan antar geng. Apakah kau tahu kekuasaan macam apa yang mendasari semua hal ini?”

Secara refleks Jaka menggeleng.

“Semua ini sudah diatur oleh sebuah organisasi bernama A.S.E, atau bisa disebut juga dengan (Aliansi Sendok Emas.) Aliansi ini adalah perkumpulan para generasi muda kaya raya yang ada di Kota Blue Star, bukan hanya di Kota Blue Star, tetapi di seluruh kota Nusantara.

Perlu kau ketahui, kota Blue Star hanyalah salah satu, bahkan termasuk kota kecil yang keberadaannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuasaan para tuan muda ini. Kekayaan, kekuatan, kekuasaan... Mereka semua memilikinya. Tetapi...”

Tiba-tiba kata-kata Rama terhenti.

Jaka yang mendengarnya dengan serius pun semakin menyipitkan matanya.

Tidak lama kemudian suara Rama kembali terdengar.

“Tetapi dari tiga itu, yang paling penting adalah satu, yaitu kekuatan. Hal inilah juga yang menjadi salah satu alasan yang membuat kami menunjukmu sebagai bos dari Geng Elang ini. Kamu memiliki satu keunggulan yang tidak kami miliki, yaitu kekuatan.”

Sebagai tanggapan, Jaka menarik sudut bibirnya. Semakin lama ia mendengarkan, segala sesuatunya menjadi semakin menarik.

Awalnya dia mengira bisa mengendalikan para berandalan yang membuat onar di sekolah ini dengan cara yang biasa, tetapi segala sesuatunya ternyata jauh lebih besar daripada dugaannya.

“Jadi begitu, kekuatan, kah? Baiklah. Kalau begitu aku akan mengajukan beberapa pertanyaan.

"Pertama, apa yang membuat kalian yakin aku memiliki sesuatu yang tidak kalian miliki?"

"Kedua, jika menyangkut kekuatan, bukankah dengan latihan dan kerja keras kekuatan juga bisa didapatkan? Kenapa kalian repot-repot memilihku?"

"Dan yang ketiga adalah... dibandingkan kalian semua, aku hanyalah orang biasa dengan latar belakang keluarga yang biasa-biasa saja tentunya. Kalian bisa merekrut orang yang jauh lebih kuat atau bahkan lebih kompeten, bukan?”

Tiga pertanyaan Jaka yang diajukan bertubi-tubi menggema di ruang atap sekolah yang sunyi itu. Semua orang hanya saling pandang dan tersenyum kecut.

Bahkan, ada beberapa yang menunjukkan ekspresi tak berdaya dan sedikit keputusasaan yang melintas di sana.

“Oh... Raut wajah mereka berubah begitu cepat?” batinnya dalam hati.

Sebagai perwakilan sekaligus orang yang memiliki kuasa tertinggi di geng, Rama kembali menjawab semua pertanyaan Jaka.

“Baiklah, aku akan menjawab pertanyaanmu satu per satu. Pertanyaan pertama adalah... kenapa kami yakin... Karena kau memiliki aura yang sama dengan mereka.”

“Hm? Mereka?!” ucap Jaka spontan. Keningnya berkerut lebih dalam.

Rama mengangguk.

“Ya... mereka. Yang aku maksud di sini adalah mereka, orang-orang yang memiliki kekuatan di luar batas manusia biasa. Atau biasanya orang biasa seperti kami menyebut mereka ahli beladiri,” ucapnya.

Mata Jaka sedikit melebar saat mendengarnya. Apa yang dikatakan oleh Rama benar-benar menyentak hatinya. Bahkan Amira yang berada di dalam dunia jiwanya juga mengubah ekspresinya. Tanpa sadar dia berseru,

“Jaka! Apakah di dunia ini benar-benar ada orang-orang seperti itu? Sangat menarik! Aku penasaran ingin melihat mereka semua!”

“Tsk... Entahlah, aku sendiri sangat awam jika menyangkut hal-hal seperti ini. Tapi... lihatlah ekspresi bersemangatmu itu. Apakah kau ingin membandingkan mereka semua dengan dirimu yang seorang Esper?

Hei, Amira! Apakah kau lupa? Saat ini jiwamu sedang terluka parah. Lebih baik kau diam, bermeditasilah dengan tenang dan jangan mencoba atau mengusulkan hal-hal yang berbahaya. Kau tahu, duniaku ini akan hancur jika para bajingan yang mengejarmu itu datang kemari karena mereka merasakan keberadaanmu,” kata Jaka dengan tegas.

Ya... dia benar-benar mengatakannya dengan tegas. Hal itu bukan tanpa alasan. Dan alasan mendasarnya hanya karena dirinya masih lemah. Jangan bicara terlalu jauh untuk melindungi Amira atau dunianya.

Untuk melindungi dirinya saja, kekuatannya jauh dari kata cukup. Jika orang-orang yang berasal dari planet Amira itu benar-benar datang menginvasi Bumi, tidak perlu diragukan lagi, Bumi sendiri akan berubah menjadi medan pembantaian berdarah.

Dari cerita Amira saja sudah bisa dipastikan jika orang-orang itu sadis dan kejam. Keberadaan Amira di dalam dunia jiwanya adalah rahasia terbesarnya. Terlebih lagi, dia adalah penolong yang mengubah hidupnya. Keberadaannya harus aman dan dia harus menjamin itu.

Selama dirinya masih lemah, yang bisa Jaka lakukan adalah mencegah Amira melakukan hal-hal konyol yang tidak penting dan lebih berfokus pada pemulihan jiwanya.

Mendengar nada tegas dari Jaka, entah kenapa Amira merasakan hangat di hatinya. Dia mulai tersenyum dan sedikit menggodanya.

“Oh... Apakah kamu mengkhawatirkanku? Apakah kamu mulai jatuh cinta padaku?” tanyanya dengan nada genit.

Seketika bulu kuduk Jaka langsung meremang. Suara itu begitu lembut, terasa menggelitik seperti hembusan angin sepoi-sepoi yang menembus telinganya dengan begitu halus, membuat tubuhnya menegang sesaat bahkan sedikit bergetar.

“Sial! Kenapa dia bertanya dengan nada seperti itu?” gerutu Jaka yang berusaha menenangkan irama detak jantungnya.

Dia terus-menerus menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan. Hal itu ia lakukan berulang-ulang sampai akhirnya ia bisa menguasai dirinya.

“Amira, jangan mengeluarkan suara seperti itu lagi. Dan sebaiknya kau diam sekarang karena aku ingin mendengar penjelasan mereka mengenai para ahli bela diri ini,” jawabnya dengan tegas.

Amira hanya terkikik, merasa bahwa Jaka benar-benar polos dan menggemaskan. Alih-alih merasa gugup dan tergoda, dia justru mencoba mengalihkan pembicaraan dengan cara yang sangat lucu. Menggelengkan kepala, akhirnya dia mengalah. Lagi pula dirinya juga ingin mendengar penjelasan tentang para ahli bela diri ini lebih lanjut.

“Dunia ini penuh dengan kejutan! Tidak buruk, aku rasa di sini cukup menyenangkan,” bisiknya sambil mengulum senyum.

...◦~●❃●~◦...

Kembali ke cerita.

Rama kembali menjelaskan,

“Alasan yang kedua dari pertanyaanmu adalah... tidak semua orang memiliki bakat untuk menjadi ahli bela diri. Menurut penjelasan para tetua yang ada di keluargaku, perbedaan terbesar antara manusia biasa dan mereka adalah, mereka bisa memadatkan energi dan menciptakan sebuah wadah yang disebut Dantian.

Dantian ini berfungsi sebagai cadangan energi. Katanya, para ahli bela diri ini bisa menyerap energi alam yang disebut energi Qi. Untuk memadatkan Dantian sendiri juga tidak mudah, mereka harus membuka titik akupuntur dan juga jalur meridian di dalam tubuh.

Saat semuanya sudah tersinkronisasi dengan sempurna, barulah mereka bisa merasakan aliran energi untuk memadatkan Dantian yang nantinya akan diisi oleh energi Qi.

Energi inilah yang membuat mereka berbeda dengan orang-orang biasa. Dengan energi Qi ini, mereka bisa melepaskan kekuatan besar seperti menciptakan angin yang bisa menghempaskan benda-benda yang ada di sekelilingnya. Hal itu persis seperti yang kau lakukan pada malam itu,” kata Rama dengan sangat serius.

Ali, Yudha, dan yang lainnya juga mengubah ekspresi mereka. Tatapan mata mereka lurus ke arah Jaka seolah mereka ingin mengonfirmasi sesuatu.

Jaka yang melihatnya sampai sedikit bergidik, seolah dirinya adalah seekor kelinci kecil yang dikerumuni oleh para serigala.

Meskipun mulut mereka tidak bicara, tetapi mata mereka seolah bertanya dengan sangat jelas.

“Apakah kau salah satu dari mereka?”

“Apakah kau benar-benar ahli bela diri?”

Dua pertanyaan itu seperti anak panah yang terus-menerus ditembakkan ke arahnya bertubi-tubi, memaksanya untuk berkata jujur. Dan jika ia mencoba mengelak, maka panah-panah itu akan terus menghantuinya seperti iblis pemburu yang mengejarnya ke mana pun ia pergi.

“Haist! Para berandalan ini... selain menyebalkan, ternyata juga sangat merepotkan,” keluhnya dengan frustrasi.

Akhirnya ia terpaksa menjawab,

“Ya, ya... Kalian semua bisa menganggapku bagian dari mereka,” ucapnya malas.

Seketika mata mereka bersepuluh berbinar, benar-benar seperti sekumpulan anak kecil yang diberi mainan baru oleh orang tuanya.

“Hahaha! Itu bagus. Jika kau benar-benar bagian dari mereka, maka Geng Elang kita bisa menjadi lebih besar!” kata Yudha tertawa terbahak-bahak.

Yang lain juga mengangguk menyetujui. Untuk sejenak suasana menjadi sedikit riuh.

Di sisi lain, Rama meskipun tidak seheboh teman-temannya, namun matanya juga tidak bisa menyembunyikan antusiasme yang besar. Ada ambisi yang membara di sana. Akan tetapi, jelas dirinya lebih bisa menahan diri dan menjaga ekspresinya agar tetap tenang.

“PROK!”

Rama menepuk tangannya, kemudian dia berseru,

“Sudah cukup!” ucapnya.

Saat mendengar tepukan itu, kericuhan yang terjadi perlahan mereda.

Menyaksikan itu semua, Jaka cukup takjub. Tapi jika dipikir-pikir lagi, itu juga tidak mengherankan sama sekali. Dirinya memang memiliki aura dan sikap layaknya seorang pemimpin yang akan menjadi pewaris keluarga kaya.

Kemudian Rama kembali berkata. Matanya menatap terus ke arah Jaka.

“Dan untuk menjawab pertanyaanmu yang terakhir, alasan kami memilihmu karena kamu seumuran dengan kami dan tidak terikat dengan keluarga mana pun. Perlu kau ketahui, meskipun kami memiliki latar belakang keluarga yang cukup berkuasa, tetapi mengundang ahli bela diri bukanlah sesuatu yang bisa dikatakan mudah. Mereka sangat pemilih, memiliki harga yang tinggi dan syarat yang tidak sederhana,” kata Rama menelan napas.

Mendengar kata ‘pemilih’ yang meluncur dari mulut Rama, Jaka hanya terkekeh.

“Kata pemilih aku rasa kurang pantas. Karena bagi mereka yang kuat, yang lemah sama sekali tidak memiliki hak untuk berinteraksi dengan mereka. Sama halnya dengan keluarga kalian yang mungkin tidak ingin berinteraksi dengan sembarang orang yang sama sekali tidak membawa manfaat dan keuntungan,” kata Jaka.

Dia melanjutkan,

“Dan juga... sebenarnya aturan di dunia ini sangat sederhana dan hanya terikat pada dua hal, yaitu memberi dan menerima. Entah itu keuntungan atau kerugian, semuanya akan selalu terikat pada dua hal itu.”

Rama mengangguk. Dia tidak menyangkal apa yang dikatakan oleh Jaka. Jika semua disederhanakan, maka memang seperti itulah kesimpulannya.

1
adi ambara
KEMBALI KE CERITA LA..FLASBACK LA..apa thor ni berapa kali ko nak ulang cerita...jangan jadi thor yg bodoh..kalau tak ada idea jangan menulis...bodoh..
adi ambara
cerita yg banyak basa basinya..skip je cerita yg perlu..jangan jadi thor yg bodoh..walaupun cerita pendek tapi padat..jgn banyak basa basi...tolol
Was pray
wah.... tujuan kepala sekolah menunjuk Jaka sebagai ketua kedisiplinan malah jadi gak. selamat sesuai Krn Jaka malah jadi ketua fraksi geng...
Bollong
saran aja Thor,jangan terlalu kebanyakan flashback Thor,dan jangan terlalu naif,kalo bisa langsung bantai bantai aja.🙏
Was pray
sesudah dianugerahi suatu kelebihan terus jangan lupa diri Jaka...gunakan anugrah yg kamu terima untuk kebaikan diri dan orang2 di sekitarmu, jangan malah timbul sifat sombong
Was pray
up nya lebih rajin biar banyak peminatnya Thor..
Pakde
lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!