THE MAFIA BRIDE 2

Di sebuah rumah sewaan berukuran kecil di situlah kini Siena tinggal bersama Jiro dan Angela. Di kamar Jiro dan Angela tengah mendengarkan semua kisah masa lalu ibu dan ayahnya. Semua musuh yang menginginkan mereka mati. Angela hanya diam mendengarkan itu semua tanpa menyela ataupun merespon apa yang di ceritakan kakaknya. Entah apa yang di pikirkan gadis itu.

"Mulai besok aku mau mencari pekerjaan dengan uang hasil kerja. Aku juga mau ibu melakukan operasi wajahnya."

"Aku akan membantumu kak," sahut Angela turun dari atas tempat tidur lalu berjalan menuju jendela kamar dan membukanya.

"Tidak, kau harus melanjutkan sekolahmu." Jiro turun dari atas tempat tidur, mendekati Angela yang tengah menatap jauh ke depan.

"Apa kau baik baik saja?" tanya Jiro.

Angela menundukkan kepalanya, kedua tangan mencengkram tepi jendela.

"Aku tidak baik baik saja setelah mengetahui ini semua." Matanya terpejam, rahangnya mengatup menahan amarah. Ia teringat kata kata Neneknya yang selalu mengajari Angela bela diri dan belajar menembak. Mungkinkah ini maksud Neneknya, ia mengetahui banyak hal tapi tidak pernah mau bercerita padanya.

"Sudah malam, sebaiknya kau tidur." Jiro menyentuh punggung adiknya.

Angela hanya menganggukkan kepalanya. Lalu balik badan, tapi gadis itu tidak jadi beranjak dari kamar Jiro. Ia melihat Siena berdiri di ambang pintu.

"Ibu!"

Jiro dan Angela berjalan menghampiri ibunya, lalu mereka duduk di atas tempat tidur. Siena yang berada di tengah mereka, kedua tangannya merangkul bahu putra dan putrinya.

"Kalian kenapa belum tidur?" tanya Siena.

"Aku belum mengantuk Bu.." gadis itu menyenderkan kepalanya di bahu Siena.

"Ibu mau tanya sesuatu." Siena menatap ke arah Jiro.

"Ya Bu?"

"Kalau kau dan Miko bisa selamat waktu itu, apakah Ayahmu bersama kalian?" tanya Siena jantungnya tidak berhenti berdebar debar.

Jiro menggelengkan kepalanya. "Aku tidak tahu Bu, waktu aku sadar. Aku hanya menemukan Miko. Sementara Ayah, aku tidak tahu keberadaannya. Selama ini, aku dan Miko berusaha mencari Ayah. Tapi kami tidak menemukannya. Yang aku tahu dari beberapa media online, kalau ayah sudah tiada." Jiro menjelaskan semuanya apa yang dia ketahui pada Siena.

Siena terdiam cukup lama sembari memeluk erat anak anaknya.

"Bu, kalau aku sudah dapat pekerjaan. Ibu mau kan? operasi wajah Ibu?" tanya Jiro hati hati.

"Tentu sayang. Ibu juga takut, kalau Ayahmu datang mencari Ibu. Dia tidak kenal sama sekali." Siena tersenyum lalu mencium kening mereka.

"Jika Jiro dan Miko saja bisa selamat, mungkin Kenzi juga selamat. Jika Jiro bisa menemukan aku dan adiknya, kenapa sampai saat ini Kenzi tidak ada mencariku?" gumam Siena dalam hati.

"Jangan jangan dia sedang kesulitan? itu sebabnya dia tidak mencari keluarganya. Dan Ryu? di mana kau Nak."

Siena menghela napas dalam dalam. Mengusap lembut kedua anaknya yanv menyandarkan kepalanya di bahu Siena.

"Aku harus mencari Kenzi, bisa saja dia dalam masalah. Mungkin, aku akan mulai mencarimu di tempat kenangan masa lalu." Siena membatin.

"Rumah, ya rumah. Di mana aku dan dia pertama kali menjalin hubungan." Siena tersenyum.

***

Keesokan paginya, Jiro berpamitan pada Siena untuk mencari pekerjaan. Sementara Angel kembali melanjutkan sekolahnya. Di saat mereka sudah meninggalkan rumah. Siena bergegas pergi menuju rumah yang dulu pernah mereka tinggal, ia menggunakan pakaian serba hitam dan menggunakan kain penutup kepala untuk menutupi wajahnya yang sebagian sudah rusak. Ia khawatir, orang akan takut melihat wajahnya atau jijik. Siena berharap menemukan petunjuk tentang keberadaan Kenzi.

Tidak sulit bagi Siena menemukan rumah kenangan itu, sepanjang jalan semua hal indah begitu mencengkram. Hingga ia sudah tidak sabar untuk segera sampai menuju rumah mereka dulu. Mungkin rumah itu sudah tidak ada lagi. Tapi setidaknya melihat puing puingnya saja sudah memberikan ketenangan, sedikit mengobati rasa rindu.

Tak lama kemudian, Siena telah sampai. Ia masih ingat saat rumah itu hancur oleh musuh. Tapi apa yang di lihat Siena berbeda, rumah itu sudah berdiri dengan ukuran dan model yang sama ketika mereka tinggal. Senyun Siena mengembang saat melihat sebuah mobil memasuki gerbang rumah itu.

Siena matanya melebar, ia hampir saja melonjak kegirangan saat melihat seorang pria keluar dari pintu mobil. Setengah menjerit, Siena memanggil pria itu.

"Sayang!" suaranya yang serak, dan tidak bisa mengeluarkan suara lantang. Membuat pria itu yang tak lain adalah Kenzi tidak mendengarnya. Kenzi langsung masuk ke dalam rumah.

Siena berlari menyusul Kenzi sembari terus memanggilnya. "Sayang!"

Sesampainya di depan pintu, Siena mencoba membukanya. Namun pintu itu terkunci dari dalam. Perlahan ia mengguncangnya berharap Kenzi mendengarnya. Namun usahanya sia sia. Lalu ia berjalan ke samping rumah. Ia mengintip dari jendela kamar tempatnya dulu dan Kenzi tidur bersama, memang sedari dulu jendela itu selalu terbuka gordennya. Supaya bisa melihat musuh dari dalam meski dari luar terlihat sangat gelap.

Siena mendekatkan wajahnya, menatap ke dalam rumah dari balik kaca. Matanya melebar, ia mendekap mulutnya sendiri. Kakinya terasa lemas dan tak mampu lagi menopang tubuhnya. Apa yang ia lihat di luar dugaannya. Kenzi tengah telanjang di depan seorang wanita yang sama sama tidak menggunakan pakaiannya. Perlahan kaki Siena lemas dan menjatuhkan dirinya di bawah jendela. Ia terdiam dengan derai air mata yang turun saling memburu di pipinya. Ia bisa dengan jelas mendengar suara tawa nakal si wanita itu, rintihannya. Membuat dada Siena sesak dan panas. Ia berdiri menguatkan diri dan berlari meninggalkan rumah Kenzi.

Wanita itu terus berlari dan berhenti di sebuah pohon besar di tepi jalan. Ia duduk dengan tubuh ia sandarkan di pohin. Wajahnya tengadah menatap langit dan berteriak histeris.

"Aaaaaaahhhkkkk!" berkali kali Siena memukul dadanya sendiri untuk menghentikan tangisannya, tapi ia tidak bisa. Jelas hatinya kembali terluka semakin dalam.

Siena menarik kedua kakinga dan mendekapnya erat. Ia menangis sejadi jadinya. Tidak ada kata yang mampu mewakili perasaannya yang terluka atas pengkhianatan Kenzi.

Ketulusan seorang wanita terlihat saat pasangannya dalam kondisi berjuang. Ketika pasangannya sudah sukses tidak sedikit wanita yang mengaku tulus. Pengkhianatan atau perselingkuhan yang terjadi atas kesepakatan dua orang, Kenzi dan wanita itu.