Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 13
...Terkadang sering kali bertanya mengapa diri ini menjadi sedikit mencoba untuk jadi orang yang keras. Akan tetapi aku tahu sifat bawaan ku yang ramah dan juga perduli membuat orang-orang melanggar batasan. ...
...Aku memang sengaja bersikap seakan menjadi orang yang kasar, aku ingin menjaga mental dan juga emosi mereka agar mereka menjaga jarak dari diri ini. Mereka memang ku inginkan agar mereka tidak terlalu berlebihan dalam menilai dan juga membayangkan bagaimana diri ini. ...
...Karna itu akan lebih baik untuk diriku dan juga mereka... ...
...┅┅┅┅┅┅┅༻❁༺┅┅┅┅┅┅┅...
"Dok... " panggil seseorang yang saat ini berada di ruangan Aidan akan tetapi tak ada jawaban yang di berikan oleh Aidan.
"Dokter... " tetap saja panggilan kedua tak ada jawaban dari Aidan yang nampak menatap ponselnya yang diam.
"Dokter Aidan, permisi... " ucapnya dengan mengetuk meja.
sedangkan Aidan yang tersadar akan lamunannya seketika menatap seseorang yang ada di hadapannya.
"Iya, kenapa.? " tanya Aidan dengan kaget saat mendengar ketukan pintu dan melihat orang yang ada di hadapannya.
"Dokter kenapa, ga biasanya seperti ini. " jawab seorang pria yang saat ini memperhatikan Aidan yang berbeda.
"Hanya lelah saja. " jawab Aidan dengan merapikan jasnya.
sedangkan pria yang ada di hadapannya menganggukkan kepalanya.
"Ohhh iya Dok, ini beberapa berkas dari pasien yang keadaannya telah pulih." ucapnya dengan memberikan beberapa map pada Aidan.
Aidan pun mengambil map yang di berikan, terlihat dirinya yang saat ini menganggukkan kepalanya mengerti. Saat Aidan hendak mengambil pena, di saat itu juga ponselnya berdering.
"Hallo... " jawab Aidan.
" .... "
"Hm, tunggu lah di rumah. sebentar lagi saya kembali, tolong jaga Dia sebentar. " ucap Aidan dengan wajah yang terlihat khawatir lalu mematikan ponselnya.
"Semuanya tolong kamu cek dan berikan saja tanda tangan persetujuan jika mereka sudah pulih. Saya ada urusan mendadak, saya percaya dengan kamu Rik... " ucap Aidan dengan wajah yang benar-benar terlihat kesal.
"Ohhh, baiklah Dok. " jawabnya dengan wajah yang penasaran dengan apa yang terjadi pada Aidan.
setelah meninggalkan ruangan, kini Aidan terlihat terburu-buru berjalan menuju parkiran di mana mobilnya berada.
"Bisa-bisanya dia berpacaran di tempat umum sedangkan anaknya di abaikan. " gumam Aidan yang terlihat kesal dengan sorot mata. menatap jalanan yang ia lewati.
"Emily, sungguh kamu benar-benar berubah dari sebelumnya. " ucap Aidan dengan tangan yang terkepal lalu memberikan pukulan pada dasbor.
Jarak dari rumah sakit dan juga tempat di mana Emily berada lumayan jauh, akan tetapi jarak tak menjadi rintangan bagi dirinya. Dalam beberapa jam ia mampu melewati jalanan dan menempuh perjalanan dari rumah sakit menuju lokasi dengan waktu yang singkat. Aidan memarkirkan mobilnya, ia keluar dari mobilnya akan tetapi pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah Aidan dapat melihat dua orang yang saat ini berada di pinggir pantai dengan wajah yang nampak bahagia.
Senyum dan tawa yang terdengar tak jauh dari dirinya berada. Tangannya mengepal, kesal dengan apa yang ia lihat saat ini.
"Bisa-bisanya seperti ini tanpa mengetahui bagaimana keadaan anak sendiri. " gumam Aidan dengan wajah yang terlihat merah menahan perasaan kesal.
Aidan dapat melihat pria yang saat ini bersama dengan Emily menyimpan rasa yang berbeda. Tatapan yang tak biasa, tak hanya kagum yang ia lihat akan tetapi perasaan yang lebih dari sebuah kekaguman dan kenyamanan.
"Emily... !" panggilnya yang saat ini telah berada di samping Emily.