"sudahlah mas, jangan marah terus"
bujuk Selina pada suaminya Dante yang selalu mempermasalahkan hal-hal kecil dan sangat possesif..
"kau tau kan apa yang harus kau perbuat agar amarahku surut"
ucap Dante sambil membelakangi tubuh Selina..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bara api Dante
Suasana di meja makan terasa begitu hening. Hanya ada suara tik… tok… tik… tok… jam dinding yang menggema pelan dari ruang tamu, seolah ikut menghitung detik demi detik yang berjalan. Di antara keheningan itu, terdengar sayup denting sendok yang menyentuh mangkuk keramik, kring… kring…sesekali beradu lirih, menambah tegang suasana.
Dante menunduk, matanya terpaku pada mangkuk bubur ayam yang belum setengah habis. Tangannya bergerak pelan, tapi jelas kaku. Selina duduk di seberangnya, mencoba menelan suapan dengan hati-hati, namun rasanya bubur itu lebih berat dari biasanya.
Tak ada kata-kata, hanya bunyi kecil dari peralatan makan dan detakan jam yang terasa semakin nyaring. Seolah jam dinding itu sengaja mengingatkan keduanya, bahwa hening bukan berarti damai, kadang hening justru lebih berisik dari percakapan yang tak ingin diucapkan.
suasana itu membuat Selina merasa tidak nyaman.
"Masih marah mas" tanya Selina pelan dan berhati-hati..
Dante hanya menggeleng dan meneruskan suap demi sesuap Sendok yang ia pegang..
"buburnya enak nggak" tanya Selina lagi mencoba mencairkan suasana..
"ya lumayan.." Dante menjawab singkat lalu meneguk satu gelas teh hangat yang telah disiapkan Selina.
"gak keasinan kan " tanya Selina lagi..
" banyak tanya kau Sel, kalau ku bilang lumayan, berati tak ada yang kurang atau kebanyakan dari bubur ini!!" nada suara Dante meninggi, membuat Selina menunduk dan merasa takut untuk memulai pembicaraan lagi..
"kau sudah Telephone Devin" tanya Dante yang telah mengingat tentang rencana Rumah singgah Lansia yang akan di dirikan Selina..
Selina merasa gemetar dalam dirinya..
"duh kenapa mas Dante harus bertanya dalam kondisi marah seperti ini sih, pasti ini nanti jadi konflik yang berujung perselisihan lagi" gumam Selina dalam hati.
"aku tidak men telephonenya mas.." Selina menunduk menghindari tatapan Dante.
Dante menatap tajam dan mencari mata istrinya.
"hem..kau belum bilang kalau aku tidak mengizinkanmu untuk bekerjasama dengannya"
"sudah mas.." jawab Selina..
mata Dante membulat dan mulai meninggikan lagi nada bicaranya.
" kau bertemu dengan nya Sel, tanpa seizinku!!" Dante meletakkan Sendoknya di mangkuk dengan kasar sampai berbunyi keras " Tingg!!"
"aku tidak sengaja bertemu dengan nya kemarin saat makan siang mas..." mata selina berkaca-kaca,.yang diduga Selina benar..pasti Dante akan lebih marah
" lalu kenapa kau tidak bilang padaku, mau sembunyikan kebusukanmu dengannya Dariku !!"
Dante bangkit dari tempat duduknya dan memukul keras meja makan itu dengan telapak tanganya..
"astaga mas.. Aku tidak sempat bilang mas tadi malam kan mas ketiduran.." selina mendongak menatap Dante dengan mata sayu..
"alasan kau Sel...." ia mengepal tanganya dan meninggalkan meja makan itu..
Selina mengejar nya dengan langkah kecil..
"mas ..jangan pergi bekerja dalam kondisi marah, mari kita selesaikan dulu..".Selina berusaha meraih tangan Suaminya, namun tangan Selina yang hampir mendapatkan tangannya itu dihempas oleh Dante, lalu membuka gerbang rumahnya sendiri, memasuki mobil, dan melaju meninggalkan Selina..
Dengan rasa kecewa Selina berjalan pelan Selina menutup gerbangnya kembali dan memperhatikan mobil Dante yang semakin tidak nampak dari pandangannya.
lalu kembali ke meja makan untuk membereskan makananya.
"sayang banget, masih banyak buburnya, padahal aku tadi bikinya penuh cinta, dan berharap mas Dante memuji masakanku yang kubuat dengan susah payah ini" Selina menyeka air mata yang mulai menetes di pipinya..
Lalu meletakkan bubur itu pada rantang stainless berlapis plastik yang tahan panas..
Ku rasa ibu dan ayah akan suka dengan masakanku ini..
Lalu Selina bergegas membersihkan diri,
setelah selesai mandi Selina menggunakan wide leg pant berwarna denim dan crop shirt berwarna dusty pink, dengan rambut kuncir kuda dan lipstik mate berwarna nude kesukaanya yang membuatnya tampak lebih muda dari usianya..
ia menyentuh layar ponselnya dan memesan taxi online..kali ini sebelum periksa ke rumah sakit..ia akan terlebih dahulu ke rumah ibunya meski tanpa meminta izin dulu pada suaminya..
"biarlah gak usah izin toh mas Dante juga lagi marah.."lalu ia berpikir ulang, hingga ia mengirim pesan singkat pada suaminya
"mas ..aku izin pergi ke rumah ibu ya ..."
Beberapa Detik kemudian dante membalasnya dengan kesan menjengkelkan.
"terserah.."
Selina menutup layar ponselnya dengan mendengus kesal..tidak lama kemudian suara klakson berbunyi di depan rumahnya..
Ia segera membawa paper bag berisi bubur yang telah ia siapkan tadi dan menggantungkan tas kecil berwarna navy yang hanya berisi dompet dan handphone itu di bahunya..
lalu berjalan depan mengunci pintu depan. Menghampiri sang driver yang masih dalam mobil.
" mbak Selina ya.. "
"iya pak.."
"silakan masuk mbk.."
Selina masuk dan mobil itupun melaju mengantarkan Selina ke rumah orang tuanya..
Sesampainya di rumah bergaya modern cottage
Dengan banyak tanaman bunga di sekitarnya, selina turun dan mobil itu melaju meninggalkanya
Langkah Selina di sambut hangat oleh ibunya, yang sedang sibuk merawat anggrek kesayangannya, di halaman rumah
"kok sendiri Sel..Dante gak ikut? Kamu bawa apa ini Sel" sambil menerima paper bag dari tangan Selina..
Selina menggeleng pelan"mas Dante gak ikut bu, belum bisa ninggal kantor, oh iya itu tadi aku masak bubur ayam spesial bu..ibu coba deh..."
"wah kebetulan..itu chef nya lagi ada di rumah ..pasti nanti di komen enak bubur ini Sel.." jawab ibunya lalu masuk menuju meja makan diikuti langkah kecil Selina dari belakang, lalu bu Sari memindahkan buburnya pada beberapa mangkuk dan memasukkan topingnya juga yang tadi di taruh pada wadah terpisah oleh Selina..
"mas bryan shift malam bu?" tanya Selina
"iya ibu bangunkan dulu ya.."
"lalu ayah.." tanya Selina lagi..
" oh..biasa ayahmu lagi bersepeda keliling kompleks.." lalu pergi meninggalkan Selina menuju kamar bryan, untuk membangunkannya.
Selina duduk di meja makan dan menyangga pipinya dengan tangan kanannya sambil menunggu kedatangan bryan dan ibunya di meja makan..
Bryan berjalan pelan sambil mengusap matanya yang masih berat oleh kantuk, sesekali menguap pajang, mengikuti langkah ibunya dari belakang.
"cepat mas..cobain bubur buatanku" ucap Selina
"oke deh" sambil men cedok bubur ayam itu.
"gimana rasanya mas.." tanya Selina penuh antusias
Bryan berhenti sejenak seolah memikirkan sesuatu
"kata Dante tadi gimana Sel rasanya.."
Selina sontak tertunduk Lesu
"katanya lumayan.. "
Bryan terkikik mendengar jawaban adiknya
"hahaha..ya itu jawabanya Sel.."
lalu pergi meninggalkan Selina..
"ihh tapi kan aku maunya penilaian dari chef mas.."
Selina bangkit dari duduknya seolah mengejar jawaban..
Bryan yang terus melangkahkan kakinya melambaikan tangan kanannya tanpa menoleh dan mengucapkan
"pokoknya kamu harus terus belajar masak sampai Dante bilang " enak sayang " hahahha " lalu semakin menjauh dengan tetap terkekeh..