Valentine Lee mengalami malam terburuk dalam hidupnya. Ia diperkos4 oleh pria yang mencintainya selama ini, lalu mendapati tunangannya berselingkuh. Dalam kepedihan itu, ia mengalami kecelakaan dan kehilangan ingatannya.
Saat sadar, seorang pria tampan dan berkuasa bernama Vincent Zhao mengaku sebagai tunangannya dan membawanya pulang untuk tinggal bersamanya.
Namun ketika ingatannya pulih, Valentine akhirnya mengetahui siapa Vincent Zhao sebenarnya. Akankah ia memilih Vincent yang selalu melindunginya, atau kembali pada tunangan lamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13
Jacky merasa napasnya tercekat saat menatap foto-foto yang berserakan di meja, sebagian bahkan terjatuh ke lantai. Tangannya bergetar, matanya tak lepas dari bukti-bukti yang kini menghancurkan sisa pembelaannya.
Samantha menatapnya dengan sorot mata penuh kekecewaan dan amarah yang tertahan.
"Jacky, kau dan wanita itu… masih berhubungan? Bagaimana bisa kau mengkhianati Valentine?" suaranya bergetar, namun nada tegasnya menusuk hati.
Anita, yang duduk di sampingnya, juga tak kalah terpukul.
"Jacky… kenapa kau melakukan ini? Apakah Valentine mengetahui hal ini?" tanyanya, suaranya terdengar seperti rintihan.
Jacky menelan ludah, mencoba menyusun kata-kata. Matanya meredup.
"Nenek, Ma… aku… aku dan Valentine dijodohkan bukan karena cinta. Aku tahu… kita berhutang budi padanya, tapi kalian menggunakan pernikahanku untuk menebus hutang budi kita," jawabnya lirih, suaranya tanpa rasa bersalah.
"Hanya menyuruhmu menikahinya, bukan menyuruhmu menyerahkan nyawamu. Kenapa kau keberatan? Alexander—wanita yang telah meninggalkanmu—kau malah menganggapnya permata. Valentine, wanita baik-baik dan tulus padamu, malah kau korbankan. Apakah kau layak disebut sebagai seorang pria?" nada tinggi Vincent menusuk seperti cambuk.
"Perusahaan Alexander bangkrut dan dia juga dikirim ke rumah sakit jiwa. Berita itu menggemparkan Guang Zhou. Vincent… apakah ini hanya kebetulan atau…," ucap Samantha.
Jacky sontak menatap pamannya, mencari jawaban.
Vincent mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya, lalu menghembuskan asap perlahan.
"Benar," ucapnya datar. "Aku yang menghancurkan perusahaan dan keluarganya. Wanita itu menjadi gila juga karena ulahku."
Jacky terperanjat. Matanya membesar tak percaya.
"Paman… kenapa kau melakukan itu padanya? Apakah wajahnya yang terluka… juga kau yang melakukannya?"
Vincent mengisap rokoknya sekali lagi sebelum menjawab, kali ini menatap Jacky lurus-lurus.
"Iya. Aku menggunakan tanganku melukai wajahnya. Kalau sudah cacat, apakah kau masih berminat padanya?" tanyanya tajam.
Jacky membeku. Tangannya mengepal di pangkuan, tubuhnya sedikit gemetar. Kata-kata seakan tertahan di tenggorokan.
Anita yang sedari tadi shock akhirnya bersuara.
"Vincent… bukankah itu sama saja kita telah melukai orang dan menyinggung mereka?"
Vincent menggeleng pelan, matanya tak beralih.
"Salah. Bukan kita. Hanya aku."
Jacky akhirnya menunduk, napasnya berat.
"Paman… bukan salah Alexander. Aku yang kembali mengejarnya. Aku yang tidak bisa melupakan dia. Kenapa… paman tidak memberi dia kesempatan untuk hidup dengan baik? Lagi pula, keluarga dia sudah kehilangan semuanya…"
Vincent mematikan rokoknya di asbak dengan gerakan tenang namun penuh tekanan, lalu berdiri. Langkahnya mantap menghampiri Jacky hingga bayangannya menutupi tubuh keponakannya itu.
"Apa kau tahu kenapa wanita itu harus diberi pelajaran?" tanyanya pelan namun dingin. "Dia adalah penyebab Valentine kecelakaan. Dan apa yang aku lakukan padanya… itu sangat wajar."
Samantha mengangkat wajah, terkejut.
"Penyebab Valentine kecelakaan? Vincent… apa yang dilakukan Alexander?"
Vincent memalingkan wajah sejenak, lalu menatap semua orang di ruangan itu.
"Dia sengaja mengirim foto kemesraan dengan cucumu ini di kamar hotel. Valentine, yang saat itu sedang mengemudi, terpukul dan tidak bisa menahan guncangan itu… hingga ia kehilangan kendali. Sopir yang menabraknya kabur dari lokasi kejadian."
Anita menghela napas panjang, matanya memandang kosong ke arah meja.
"Sejak awal aku tidak begitu suka dengan Alexander. Dia sudah tahu kalau Jacky dan Valentine akan menikah… tapi malah mengganggu hubungan mereka," ucapnya dengan nada kesal bercampur kecewa.
"Putramu yang tidak tahan godaan dan tidak setia, jadi salahkan keduanya. Valentine hanyalah korban mereka. Oleh karena itu pernikahan ini tidak bisa dilanjutkan. Lagi pula, Jacky telah melukainya," jawab Vincent.
"Vincent… apakah sopirnya belum ditemukan?" tanya Samantha.
"Tidak peduli kecelakaan atau kesengajaan, sopir itu tetap tidak bisa lari dari tanganku. Aku telah mengurusi orangnya," jawab Vincent.
Anita langsung menegakkan tubuh, matanya membesar.
"Vincent… apa yang kau lakukan terhadap sopir itu?"
"Saat ini dia sedang koma. Orang yang lari dari tanggung jawab harus menerima akibatnya.
Jawaban itu membuat ruangan terasa membeku. Jacky menggenggam kedua tangannya. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya penuh kecemasan.
"Paman semakin kejam… dan berdarah dingin," batin Jacky sambil menunduk. "Mana mungkin aku bisa merebut posisinya di perusahaan… bahkan untuk menatap matanya saja aku merasa tertekan.
Vincent memajukan tubuhnya, mencondongkan diri ke arah Jacky. Suaranya terdengar berat dan penuh tekanan.
"Kau yang memulainya… jadi, apa yang ingin kau lakukan untuk menyelesaikan semua kekacauan ini?"
Jacky menelan ludah, matanya sempat melirik ke arah Samantha dan Anita sebelum menjawab.
"Aku… akan menemukan Valentine dan menikahinya."
Anita langsung menatapnya dengan sorot mata penuh pertanyaan.
"Jacky, apa kau yakin kau akan menikahinya?"
Jacky mengangguk cepat, meskipun gerakannya terlihat gugup.
"Iya, anggap saja aku menebus kesalahanku."
Di dalam hati, pikirannya berputar cepat. "Alexander sudah gila… aku tidak mungkin bersamanya lagi. Lebih baik aku menikahi Valentine saja."
Vincent menyipitkan mata, menajamkan tatapan yang sudah dari tadi menelusuri wajah keponakannya.
"Karena rasa bersalah… atau karena tidak ada pilihan?" tanyanya, nada suaranya merayap seperti ancaman yang terselubung.
Jacky menarik napas dalam, mencoba terdengar mantap.
"Aku yang menjadi penyebab Valentine kecelakaan… aku akan menikahinya. Walau aku tidak mencintainya. Setidaknya… dia mencintaiku."
Sejenak, keheningan menelan ruangan. Tatapan Vincent semakin dingin dan menusuk, seolah mampu mengupas isi hati Jacky sampai ke tulang. Dalam sekejap, Vincent menarik kerah kemeja Jacky dengan kasar.
Jacky terperanjat, napasnya tersengal-sengal.
"Kau sadar apa yang kau bicarakan? Pernikahan bukan sebuah permainan!" Suara Vincent meninggi, penuh kemarahan yang ditahan. "Menikah hanya karena dia mencintaimu… sementara kau mencintai orang lain… apakah ini adil?"
Jacky merasakan tarikan di kerahnya makin kuat. Napasnya hampir terhenti, wajahnya memerah karena tekanan, sementara mata Vincent menatapnya tajam seperti seekor predator yang siap menerkam.
